Chapter 43

Romance Series 8051

Dengan cepat Danish mendatangi Nafisah yang terkulai lemas. Tak perduli bila wajahnya saat ini di penuhi peluh keringat. Serta tak perduli pula rasa lelah yang begitu terasa pada tubuhnya. Bayangkan saja, sudah seharian ia bekerja. Ditambah jam lembur dan sekarang, ia harus menyelamatkan Nafisah.

"Nafisah!"

Danish berjongkok, membuka ikatan tali yang membelit tubuh istrinya. Begitu kencang bahkan meninggalkan sisa kemerahan pada kulit Nafisah. Setelah berhasil, Danish menepuk pelan kedua pipi Nafisah. Berharap jika istrinya itu lekas sadar.

"M.. Mas?"

"Alhamdulillah. Aku sudah disini. Kita pulang."

Tak banyak berkata, keduanya saling berpelukan erat. Rasa cemas Nafisah seketika hilang. Melihat Danish, ia melupakan sejenak rasa takut nya. Sejak awal ia yakin, pertolongan Allah pasti datang untuknya.

"Pelan-pelan. Aku akan menggendongmu."

"Bagaimana Diyah? Aku khawatir padanya."

"Alhamdulillah dia baik-baik saja. Ada Mama datang menjaganya."

"Mama datang?"

"Iya." Danish terkejut menatap ke samping. Darah segar mengalir di lubang hidung Nafisah. "Kita harus kerumah sakit. Kamu sedang tidak baik-baik saja."

Danish mempercepat langkahnya ketika saat ini ia menggendong istrinya secara bride style. Tubuh Nafisah sudah lemas dan rasa khawatir lagi-lagi menghampirinya.

"Kalian tidak bisa lari begitu aja!"

Danish menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke belakang. Ada Lisa berdiri dengan gayanya yang angkuh. Disaat yang sama, beberapa pria berbadan besar berpakaian jaket kulit hitam juga datang. Mereka berusaha mengepung  bahkan berdiri di tempat yang membuat Danish tidak bisa kabur.

"Lisa, lepaskan kami. Tidak cukup kah, kamu sudah membuatku menderita?!"

Nafisah meminta turun dari gendongan Danish. Dengan tertatih ia berjalan menghadap Lisa meskipun masih memberikan beberapa jarak.

"Menderita? Ck, itu tidak seberapa Nafisah. Aku benci, kenapa wanita beruntung sepertimu masih saja hidup. Jika kamu mati, bukankah itu lebih baik dan Randi tidak akan mungkin menyukaimu?"

"Jaga ucapanmu wanita murahan!" bentak Danish tiba-tiba. "Ucapan adalah doa. Jangan sembarangan mengucapkan yang tidak baik padanya. Bukankah kamu wanita murahan yang sesungguhnya? Menjual teman sendiri demi keuntungan pribadi?"

"Kamu-" Lisa menatap Danish dengan tajam. Merasa tak terima, ia bersedekap lalu membalikan badannya dan memunggungi mereka. Ia tersenyum jahat. "Aku mau kedua sampah ini di bereskan. Jika di biarkan, bukankah akan menyebabkan penyakit?"

Ucapan Lisa barusan menjadi perintah terakhir untuk para anak buahnya. Ia segera meninggalkan tempat bertepatan suara letusan bersenjata terdengar. Hatinya merasa puas. Misinya sudah selesai.

"Beginikah caramu menyelesaikan masalah? Sangat kekanak-kanakan sekali."

Lisa menghentikan langkahnya. Suara seorang pria membuatnya tertegun. Ia meneguk ludahnya dengan gugup.

"Bukankah itu suara Randi? Kenapa dia ada disini?" sela Lisa dalam hati

"Kamu tidak perlu heran, kenapa aku bisa kemari. Aku paling tidak bisa membiarkan orang-orang tidak bersalah berada di bawah kejahatanmu."

Lisa membalikan badannya, sebisa mungkin memasang raut wajah santai. Namun tetap menunjukkan gaya sombongnya. Sementara beberapa anak buahnya yang sempat ia andalkan malah tersungkur kesakitan akibat luka tembakan di kaki mereka. Dan tembakan itu berasal dari Randi.

"Ah begitu. Biar ku tebak, apakah semua yang kamu lakukan sebagai penebus rasa kesalahan karena pernah melukai... " Lisa menatap Nafisah dengan tatapan merendahkan. "Hm, bukan melukai. Tapi mencuri kehormatan seorang gadis polos yang kini berada didepan mata kita?"

Danish mengepalkan kedua tangannya. "Aku peringatkan sekali lagi! Jaga ucapanmu!"

Lisa tertawa kencang. "Daripada sibuk mengurusi ucapanku, lebih baik kamu sibukkan menjaga istrimu. Apakah kamu tidak pernah berpikir kalau Randi membantumu karena di dalam hatinya masih perduli dengan Nafisah?"

"Lisa, jangan sembarangan memfitnah orang. Apalagi Randi." sela Nafisah tiba-tiba.

"Fitnah?" Dan lagi, Lisa tersenyum licik. Tatapannya tak lepas dari Nafisah bahkan terus mengejeknya. "Tanyakan sendiri padanya. Aku begitu mencintainya Nafisah, tentu saja aku memahami isi hatinya. Ck, kasihan sekali suamimu. Harus menanggung semua rasa cemburu dan sakit hatinya. Kalau aku jadi dirimu, aku memilih pergi daripada terus-"

"HENTIKAN LISA!" bentak Randi akhirnya. Ia merasa muak dengan semua drama yang dibuat oleh Lisa. "Apa sebenarnya yang kamu inginkan?!"

"Aku ingin dirimu."

"Apa?" Randi yakin ia tidak salah dengar. "Jangan mimpi!"

"Ini adalah keinginan yang aku mau. Bukankah kamu sendiri yang bertanya padaku?"

"Aku sama sekali tidak-"

"Ya aku tahu! Aku tahu kamu tidak pernah bisa menerima aku. Sekarang pilih dan putuskan, aku ingin kamu menikahiku atau Nafisah akan terus menderita."

"Jangan coba-coba mengancamku! Aku akan melaporkan hal ini pada polisi!"

"Polisi? Ck, Silahkan. Aku tidak takut. Meskipun aku di penjara, tapi jangan pernah lupakan semua investasi yang telah kamu terima dari ayahku. Ayahku sudah tidak ada, semua saham dan bisnis telah di wariskan padaku. Aku bisa saja menariknya kembali dan perusahaanmu hancur tanpa sisa."

"Kamu-! "

"Bahkan sangat mudah bagiku menjatuhkan nama baikmu Randi. Bagaimana jika seluruh publik tahu, asisten yang baru saja bekerja dengannya memiliki seorang istri yang pernah terlibat skandal denganmu?"

Lisa memajukan langkahnya. Kini, keduanya saling berhadapan. "Jika publik tahu, BOOM! Bukankah sangat menyenangkan? Seperti bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Bahkan melukai banyak orang. Terutama keluarga Danish dan Nafisah."

DOR!

Tiba-tiba Nafisah tersungkur. Tanpa siapapun sadari, sejak tadi ada seseorang misterius yang bersiap melukai Nafisah. Lengan Nafisah tertembak dan ia pingsan di tempat. Tubuhnya sudah terlalu lelah untuk semuanya termasuk penyakitnya. Randi sampai syok. Apalagi Danish teriak karena sedih, bahkan mengeluarkan air mata.

"Di masalalu, aku memang penyebab semua ini. Tapi jangan lupa, kamu juga ikut melukai mereka sampai sekarang. Pilih dan putuskan. Waktu kamu hanya 12 jam dari sekarang."

Setelah mengatakan itu, Lisa pergi. Sementara Danish sudah pergi sambil menggendong tubuh Nafisah. Danish sangat khawatir dan ketakutan. Keselamatan Nafisah paling penting saat ini ketimbang urusan Randi ataupun Lisa.

****

Hai apa kabar? Lama gak nyapa kalian hhe??

Masya Allah Alhamdulillah. Chapter 43 sudah up ya.

Makasih sudah baca. Di tunggu next partnya??

Hm.. Lisa emang keterlaluan yaa ??

With Love LiaRezaVahlefi

Instagram : lia_rezaa_vahlefii

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience