# 8

Family Series 5583

Keluar dari Bandara Ngurahrai,
merekapun langsung menuju ke Hotel yg memang sudah dipesannya, sampai hanya dlm hitungan menit.

Mama Silvie meminta satu kamar dg Ummi serta mak Ijah.

Pak Tjandra dan si Jo.

Tiga kamar buat Rama bersaudara.

Tarjo dan supir lainnya satu kamar, sedang Bik Tarmi dan kedua rekannya satu kamar.

Usai beres-beres, Rama mengajak jalan- jalan mencari Bebek goreng, tak jauh dari Hotel mrk menginap.

Restoran itu jadi penuh sesak dg kehadiran mereka, bukan krn tempatnya yg kecil, tp memang tamu bule sangat banyak. Ditambah lagi Kehadiran keluarga ini yg mencapai delapan belas orang.

Usai makan mrk berkeliling santai. Mama Silvie, mak Ijah dan Ummi asik dg obrolan mereka sendiri, walau sesekali ikut ketawa bila mendengar hal yg lucu.

"Makin malam makin ramai saja Turisnya. heeeemmm jadi kayak di luar negri aja. Sepertinya kayak kita aza niiick Turisnya, mereka penduduk aslinya. hehehehehehehehehe". kata Tarjo sambil melihat bule bule yg berkeliaran dg berbagai model yg dikenakan.

"Waduuuh, apa gak masuk angin tho, kok pake pakean gak lengkap begitu..!!". tambahnya.

Saking asiknya ngeliatin turis yg lalu lalang, Tarjo kebentus Tiang listrik.

"Hadoooooh..!!!" teriaknya.

"Kapokmu kapan. Makanya kalau jalan itu yg bener. Hahahahahahahaha. Tuh liat bibirmu berdarah. emang enak nyium tiang listrik....?!". saut Sokran.

Sontak merekapun ketawa ngakak.
"Ini siiich namanya, Bahagia diatas penderitaan orang lain". kata Tarjo sambil nyengir kesakitan.

Bukannya diam, mereka semua malah ketawa terbahak-bahak, mendengar kata yg diucapkan si Tarjo.

Melihat ada super market yg masih buka, Irvan dan Shintia adik ke empat serta Clara masuk, Membeli camilan dan minuman.

Malam itu mrk sepakat untuk Begadang.

Sesampainya di Hotel, mereka duduk di Bale Bengong, di Halaman depan kamar Hotel tempat mereka menginap.

Canda tawa, haha hihi. Terlihat sekali disitu terasa, gak ada majikan, gak ada pembantu, gak ada supir, gak pula ada calon menantu ataupun calon besan. Saat itu terasa sama.

Pagi itu mini bus yg akan mengantar keluarga ini tlah siap di halaman parkir Hotel.

Kunjungan awal yg sudah direncanakan adalah Tanah Lot.

"pak, sebelum ke Tanah Lot, tolong anter kami ke restoran yg menu masakan nya "Ayam Betutu" yg terkenal enak ya pak ", pinta Rama kpd pak supir.

Selama diperjalanan, tak henti-hentinya mrk bercanda.

Tarjo memang biangnya, membuat mrk semua ngakak sampai gigi kering.

Sesaat hening, Tarjo kembali buka suara :" Dulu sebenarnya waktu bulan madu sama bik Tarmi itu rencananya jg di Bali, eeeeeeeee.. sama bik Tarmi madunya dijual ke tetangga. setelah saya tanya kenapa dijual, dia menjawab "untuk beli obat kuat" katanya sambil meringis.

Cekakak cekikik pun kembali terdengar.

"ooo iya, Sayangku, cintaku, istriku,. nanti kalau sampai di Tanah Lot, kita beli Barong ya, biar Mimi bisa cepat tidur setiap kali habis memandangnya". canda Tarjo memancing tawa.

Entah sudah berapa lama perjalanan tadi, yg jelas sudah sampai di Rumah Makan Ayam Betutu.

"weleh, weleh, weleh ini yg punya Restoran pasti takut laris, takut kalau masakannya dibeli orang ". kata Tarjo cengengesan.

"Mana ada orang buka Restoran takut laku tho, bapak ini ada ada saja..?!", kata Shintia.

"weleh, ini buktinya. lha buka Restoran kok di tengah sawah, masuknya jauh, eeeeee...malah di tengah kolam. Berarti yg punya takut kalau masakannya dibeli orang, kaaaaan..?!!!", jawabnya ngakak.

Cukup lama jg mrk berada di Restoran itu, sambil menikmati hidangan yg mrk pasan, ada canda ceria yg penuh dg kehangatan.

Ini pengalaman yg mungkin tak akan pernah terlupakan seumur hidup buat Ummi, si Jo dan mak Ijah.

"Papa sekeluarga memang pandai membuat Ummi menangis haru, ahli membuat Ummi Bahagia. Trimakasih Tuhan Engkau berikan Keluarga yg mampu membuat Ummi selalu tersenyum dan menangis krn bahagia ". doa Ummi dlm hati.

********

Turun dari minibus di tempat parkir, pak supir menyarankan agar membeli tiket.

Mata Tarjo tertuju pada penjual makanan yg paling dia suka, yaitu klepon.

"mbak Shintia, bpk boleh tanya gak", bisik pak Tarjo.

"Mau tanya apa..?!", sautnya.

"Kalau beli klepon pake credit card bisa gak ?". tanyanya sambil mesem.

"heeeeeeeeem......", Shintia tersenyum sambil membuka dompet dan memberikannya kpd pak Tarjo.

"hehehehhheheh...matur thank kiu... uang ini dibelikan semua mbak?".

"Terserah pak Tarjo, yg penting saya jg kebagian..".

Sepanjang jalan setelah loket masuk wisata Tanah Lot, kiri kanannya adalah pedagang oleh-oleh, mrk mampir membeli topi dan beberapa kain pantai.

Air pasang, saat mereka sampai di tempat tujuan, debur ombak tak henti menyapa pura.

Tampak kian cantik, seakan pura tempat penduduk asli melakukan sesaji itu berada di laut.

Krn ombak sedikit jalang, para pengunjung tak ada yg berani mendekati pura itu.

Pengunjung hanya berfoto ria dari atas.

Rombongan pak Tjandra, berjalan menuju samping, dan melihat dr samping kanan pura itu.

Makin cantik memang bila melihat pura itu dari tempat yg lebih tinggi.

Tak terasa mentari mulai condong ke barat, sebenarnya mrk ingin menikmati matahari tenggelam disana, tp nampaknya masih terlalu lama menunggu.

Setelah berfoto ria, mereka sepakat untuk kembali ke Hotel tempat mrk menginap.

Hari ini tampaknya ada yg berbeda, menurut pengamatan mak Ijah.

si Jo selalu bergandengan tangan dg Ummi dan sesekali Ummi menyandarkan kepalanya dipundak si Jo tanpa ragu.

Itu membuat hati mak Ijah merasa makin damai.

**** Bersambung

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience