# 20

Family Series 5583

"Ternayata berat jg ea?  aaaaaiiiiis, sakiiiit.  Talinya kena jari Ummi". Teriaknya.

"Coba sini, Mama ajari cara pegangnya.  Heeeem, gini caranya..!". Kata Mama Endah.

"Maaaaaa.  ikat ajja talinya di pohon kelapa". Teriak si Jo.

Bertiga, mrk duduk di tempat yg rindang.  Sesekali mrk memandang layang-layang yg telah terbang tinggi, meliuk kekanak dan kekiri.  Terkadang membumbung tinggi.

"Sejak suamimu masih kecil, kami berdua selalu pergi ke tempat ini,  menerbangkan layang-layang.  Terlebih, ketika kami merasa sedih.  Mengikatkan layang- layang di pohon ini. Kemudian kami berdua mencari ikan disungai.  Kadang membendung sungai, kadang kami memancing ". Cerita Mama Endah kpd Ummi.

"Mencari daun semanggi berdua.  Kadang saling lempar lumpur, hingga kami berdua belepotan dan kotor penuh lumpur ". Lanjutnya.

"Kami berdua berlari kejar-kejaran dan melompat ke sungai yg di sebelah sana.  Itu dibawah pohon rindang itu". Sambil menunjuk jari ke arah yg dimaksud.

"Ummi bangga, punya Mama, yg bukan saja penuh kasih, penuh perhatian.  Namun Mama sekaligus sebagai sahabat, teman bermain, teman disaat suka dan duka". Kata Ummi, sambil menatap Mama Endah.

"Trimakasih....". Jawab Mama Endah, lalu melanjutkan ceritanya.

"Suamimu memang, hanya sekolah sampai kelas 4 SD, tp Mama mengajarnya sendiri dirumah.  Mama gak tega saat melihat dia diperlakukan seperti anak idiot oleh teman disekolahnya". Lanjutnya.

"Mama bersyukur, dia dg baik dpt mengikuti semua pelajaran yg Mama berikan.  Bahkan Bhs Inggrisnya lebih fasih dari yg Mama perkirakan". Ceritanya bangga.

"Hayoooo, ngomongin siapa?". Sela si Jo.

"Yuk kita pulang.  Ntar Papa Tjandra dateng, kita gak tau". Tambahnya.

"Terus, layang-layangnya?". Tanya Ummi

"Dia sudah terbiasa sendiri diatas sana.  Kita bisa melihat liukannya di depan rumah". Jawab si Jo.

Bertiga mereka pulang sambil bergandengan tangan.  Ummi berada di tengah. si Jo di kanan dan Mama Endah berada di sisi kiri.   Sungguh kebahagiaan yg semakin lengkap yg Mama Endah rasakan.

****
Terlihat dari kejauhan, pak Tarjo sudah asik berburu mangga di samping rumah, bik Tarmi asik mengambil mangga yg berjatuhan.  yg nyadam (  tua dansetengah matang ).  Dan yg mentah disisihkan.  Melihat hal itu si Jo langsung tanggap.  Dia berlari meninggalkan Ummi dan Mama Endah.  Menuju kebun sebelah, mencari Nanas yg sudah siap dipetik untuk rujakan,. dipetiknya juga beberapa mentimun. Pepaya yg hampir matang.

"eeeeeeeee... Non Ummi dan Mama Endah ". Kata Tarjo.

"Mana, Mas Jo?" Lanjutnya.

"Mas Jo, gak tau kemana.  Tadi kami bertiga menerbangkan layang-layang.  Saat pulang sih kami bersama.  Setelah itu di ke kebun sebelah". Jawab Ummi

"Sudah tadi datang?, Papa mana ?". Tanya Ummi balik.

"Kami datang berempat.  Papa, Mama dan kami berdua".

Mendengar itu.  Mama Endah langsung bergegas masuk kedalam.  Sambil dipeluknya Mama Silvie, dia berkata :

"Aduuuuuuuh, maaf.  Kami bertiga lagi menerbangkan layang-layang.  Kebiasaan kami berdua sejak si Jo masih anak-anak ".

"Ya, itu sangat baik buat ngilangi kejenuhan". Jawab Mama Silvie.

"Mumpung libur, kami mo nginep disini. Sekaligus menata rencana kedepan anak-anak kita ". Lanjutnya.

"Kita bicarakan sambil santai". Kata Pak Tjandra sambil menyalami Mama Endah.

"Menurut Mama Endah, sebaiknya di sebelah mana kira- kira bangunan gudang selib dan pengepakan beras" Tanya Pak Tjandra.  "Tp saya sih lebih setuju kalau kita bangun di sebelah timur.  Jadi jalan depan rumah kita gak sampai dilalui lalu lalang truk yg bakal ngangkut beras atau gabah menuju pabrik". Usul Pak Tjandra.

"Mana yg terbaik.  Saya setuju ". Ungkap Mama Endah.

Setelah mrk berkumpul semua di ruang tamu.  Pak Tjandra mengeluarkan sesuatu.

"Ini, titipan terakhir bapakmu, saat kerumah Papa".

Diletakkannya di atas  meja bungkusan besar yg terbuat dari kantong tepung terigu, terlihat sedikit berat.  Ummi, Mama Endah dan si Jo terdiam.  Mrk hanya memandang bungkusan itu.

"Ini, hanya hasil panen terakhir dari kebun saja.   Sedangkan hasil panen padi  seluruhnya diberikan kpd pengerja sawah, oleh bapakmu.  Papa gak sempat bertanya saat itu, apa alasannya.  Papa hanya tau kalau bpkmu memang orangnya dermawan dan peduli ". Lanjutnya.

Dibukanya bungkusan itu. Mrk menghitungnya bersama- sama.

"Hasil panen sawah dan ladang itu gak pernah dibelanjakan sepeserpun.  Bapakmu selalu menabungnya, sejak Ummi berusia dua tahun, dan ini panen yg terakhir dititipkan ke Papa dg alasan suatu saat uang ini akan diperlukan". tambahnya.

"Uang ini, sudah lebih dr cukup untuk membangun  pabrik beserta keperluan yg lain". Ujar pak Tjandra.

Sore ini, para tukang akan datang, untuk sementara biar mrk tidur di gudang.  Besok mrk akan membangun bedeng untuk tidur mereka.

Truk pengangkut besi baja, bahan bangunan seperti.  Pasir, semen, batu bata, dan sejenisnya sudah berdatangan.  Pemborong sudah mendapatkan mendapat gambar bangunan yg akan dikerjakan.  Pak Tjandra jg sudah memberikan lokasi yg akan dibangunnya.  Seratus meter jarak dr rumah menuju pabrik yg akan dibangunnya.

Ternyata tak harus dilengkapi dg IMB, krn tidak dibangun secara permanen.

********BERSAMBUNG...

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience