#21

Family Series 5583

"nuwun sewu, Non Umminya ada?" Tanya salah satu dari sepuluh orang itu.
Bik Tarmi dan pak Tarjo yg sedang asik menikmati rujak manis pun serentak berdiri dan menjawab :
"Oooooo.. monggo pinarak.  Non Ummi ada didalam.  Silakan masuk".  Pak Tarjopun langsung berlari dan memanggil Ummi.  Para tamu, duduk di bale, menunggu tuan rumah.  Tak lama kemudian Ummi, si Jo dan Mama Endahpun keluar dan menyambut para tamu.

"Lhooo, kok diluar.  Ayo masuk.  Gak perlu sungkan ".  Kata Mama Endah.  Dihampirinya para tamu.  Dan diajaknya masuk.

"Neng Ummi.  Kami ini yg mengerjakan sawah  almarhum tuan Suryo dan Almarhumah Nyonya Ningtias, ibunya eneng". Kata salah satu tamunya.

"Kami semua turut berdukacita, atas kepergian tuan dan nyonya.  Semoga neng Ummi diberi ketabahan.  Sekaligus, Turut berbahagia Buat neng Ummi dan tuan Jo.  Semoga cepet dapat momongan". Kata mereka.

"Terimakasih. Tp gak perlu pake panggil Tuan begitu.  Jadi gak bisa akrap nanti.  Panggi biasa ajja.  nak Jo. lebih pantes ". Kata Ummi ramah.

Gak tau, apa yg menyebabkan para tamu itu merasa sepertinya sudah sangat akrap sekali dg semua keluarga Mama Endah.

"Kenalkan ini Papa Tjandra dan Mama Silvie.  Ini orang Tua Ummi".  Mereka semua saling berjabat tangan.

"Langsung saja, kami akan memberitahukan  tujuan kedatangan kami ke tempat ini".

"o... iya, kok tau kalau kalau Ummi tinggal disini?". Tanya Ummi.

"Semua penduduk desa, bahkan desa disekitarnya.  Semua sudah mendengar kabar yg menimpa keluarga neng Ummi.  itulah sebabnya. Mengapa pada waktu neng Ummi menikah. Selama Sepuluh hari, bahkan lebih.  Tamu yg datang itu penuh dari pagi sampai malam.". Sejenak dia berhenti.

"Disamping Tuan Suryo yg terkenal dermawan, jg membuat banyak penduduk  menjadi makmur krn pertolongan beliau.  Pernikahan anak beliau semata wayang yg tidak didampingi oleh beliau membuat penduduk ingin membalas kebaikan beliau".  Sang Tamu tak kuasa menahan air matanya.

"kok saya jadi cerita yg lain- lain.  Maaf". Katanya, sambil mengusap air mata yg menetes dipipinya.

"hem..gak apa.. kami kan jadi tau.  Ayo diminum.  Jajannya jg dicicipi.  itu oleh-oleh yg dibawa dr kota.  Mama Silvie yg bawa kemarin. ". Jawab Mama Endah.

"trimakasih.  Jadi merepotkan".

"Aaaaaah, enggak kok, kami semua malah senang.  Apalagi kalau bpk ibu mau mengnggap kami disini ini keluarga ". Saut Ummi.

"Baik.  Kembali kepermasalahan yg ingin kami sampaikan.  Bulan depan itu sudah waktunya panen padi.  Seperti yg dipesankan oleh almarhum.  Bahwa musim tanam ini beliau meminta untuk menanam padi unggul".

"oooo... iya. Panen yg sebelumnya total dihadiahkan kepada kami.  Pesannya supaya kami semua dpt membangun rumah kami. Bukan untuk yg lain. Dan yg rumahnya sudah bagus.  Harus dibelikan sapi.  atau ditabung.  itu pesan tuan kpd kami semua". Kata tamu yg lain.

"Beberapa hari yg lalu pak Darjan adiknya, meminta semua hasil panennya dan merubah bagi hasil menjadi 30-70. dg ancaman, kalau kami gak mau.  Bakal diberikan oleh petani yg mau.  pak Darjan jg bilang.  bahwa yg berhak memiliki warisan itu adalah pak Darjan katanya.Tp kami diam gak menjawab.  Kami harus izin ahli waris yaitu neng Ummi ".

Mendengar hal itu  Ummi langsung melihat ke arah pak Tjandra.  dan pak Tjandrapun angkat bicara.

"Kalau boleh tau, sebelumnya bagi hasilnya gimana".

"Dulu itu. 50-40-10.  50 bagian Tuan, 40 untuk kami yg mengerjakan dan 10 harus kami tabung  atau biaya sekolah buat yg punya anak yg masih sekolah.
Ditabung dan diberikan kpd anaknya yg menikah nanti.  Itu sudah berjalan sejak awal".

Semua memperhatikan dg penuh kekaguman.  Gajah mati meninggalkan gading. Macan mati meninggalkan belangnya.  Kata pepatah ini sangat tepat.

"Kalau boleh tau, berapa orang yg mengerjakan, sawah, ladang dan kebun?". Tanya Mama Silvie.

"heeeemmm... kalau gak salah.  Hampir mencapai 100 orang.  Pastinya kami kurang tau.  Tp kami kenal semua ". Katanya.

"Kalau kami minta tolong, agar mrk semua datang ke tempat ini, kira-kira bisa nggak?" Pinta pak Tjandra.

"Kami.  Keluarga neng Ummi, kepingin berkenalan sama mrk semua.  Kalau bisa secepatnya". Lanjutnya.

"Sangat siap pak.  Kapanpun kami diundang.  Pasti datang.  Sebenarnya, kami semua berencana kesini.  Tp kami takut kalau keluarga sisini kaget.  Makanya kami yg datang ini mewakili mereka semua".

"Ya sudah, Hari ini bpk, ibu, nginap disini.  Besok pagi biar dianter sama pak Tarjo menemui mrk semua". Pinta pak Tjandra.

"Gak, trimakasih.  Sore ini kami pulang.  Lha wong gak terlalu jauh dr sini.  Nanti malam akan kami temui mereka.  Besok pagi kami sudah sampai disini". Ujarnya.

"Ayo.  Monggo disambi.  Dicicipi jajannya.  Diminum kopinya.  Keburu dingin". Kata Mama Silvie.

Soal masak memasak Bik Tarmi memang jagonya.  Super cepat, tp juga soal rasa memang tidak pernah mengecewakan.

"Ngobrolnya ditunda dulu, ayo kita makan dulu.  Kanggokan seadanya. Tp pasti enak kok.  Tukang masaknya dr Kota... hehehehehehe" Canda bik Tarmi.

"Yah. Ayo monggo disekecakaken... gak perlu sungkan ".  Kata Mama Endah.

*********BERSAMBUNG...

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience