Part 43

Family Series 5583

"Bawaan bayi, maunya tiap hari minta main layang-layang terus. Kalau gak diturutin Ummi gak mau makan, mual muntah dan gak pernah bisa tidur lho Ma." Kata Ummi kepada Mama mertuanya sambil tersenyum.

"Wah..wah..wah.. kayak papanya dulu sewaktu kecil juga begitu. Sempat waktu itu terpaksa sore sudah hampir petang, terpaksa Mama minta pak Tarno untuk membawa layangan agak jauh berharap sekali ditarik, layang-layangnya langsung terbang karena hari sudah hampir gelap dan anginpun baru didapat saat layang-layang terbang dalam ketinggian tertentu, dan begitu melihat layang-layang terbang, si Jojo suamimu waktu kecil kala itu baru mau makan." Cerita Mama Indah kepada si Ummi.

Sejak Ummi hamil muda memang, begitu bangun tidur yang diingatnya adalah mempersiapkan layang-layang. Ummi sendiri sampai heran dan gak bisa untuk menepis keinginan itu. Dan menurut banyak orang itu bawaan si jabang bayi dalam kandungan.

Pernah si Ummi melawan keinginannya sendiri tapi dia gak mampu. Sempat waktu itu keinginannya bermain layang-layang itu ditolaknya sendiri, namun beberapa hari tidak ada nafsu makan dan sulit untuk tidur. Pikirannya seakan dibawa untuk memaksa Ummi bermain layangan.

"Yah ini mungkin gara-gara keseringan buka lemari." Canda Ummi. Saat dia bersama suami pergi untuk menaikkan layangan buatan mereka berdua.

"Iya.. lemarinya juga minta kunci dan keseringan minta yang lama.. iya kan Mi." Balas si Jojo. Tak mau kalah Ummi menjawab apa yang dikatakan sang suami.

"Habisnya siiich lemarinya gak dibuka-buka sampai 179 hari, jadi wajar dong kalau minta yang lama?"  Mereka berdua ketawa cekikak-cekikik selama dalam perjalanan.

Saat layang-layang mulai membumbung tinggi diikatnya tali pada pohon kelapa, kemudian mereka berdua pulang.

Sementara itu mama Indah menyiapkan makan buat menantu kesayangan. Selesai makan siang bertiga baru mereka fokus pada tugas mereka. Sejak awal mama Indah memang berkantor di ruangan depan rumah tinggal, karena menurutnya fokus pada keluarga yang paling penting. Sedang Ummi mengambil cuti dan digantikan oleh manajer baru yang sudah bekerja bersama Ummi selama 2 tahun mendampinginya.

Semua sudah diprogram oleh sang penggagas tidak lain adalah keluarga bapak Tjandradinata dan keenam anaknya. Sedangkan Yayasan Anak Bangsa Sejahtera yang didirikan 2 tahun setelah perusahaan ini berdiri  sudah  memiliki  Sekolahan SD, SMP, serta SMK dan kini  telah terakreditasi.

_________

Siang itu keluarga keluarga bapak Tjandradinata sengaja tidak memberitahukan bakal datang untuk menginap beberapa hari di rumah si Jojo dan Ummi. 

Semenjak usaha Putri Tunggal berkembang pesat kini memang sudah menjadi PT. PUTRI TUNGGAL SEJAHTERA. Semua itu tak terlepas dari pengawasan bapak Tjandradinata, sang Ayah angkat, Ramadinata anak pertama pak Tjandra yang pertama dan Aldinata dan suport dari semua keluarga.

Sedang yang mengelolah Yayasan Anak Bangsa Sejahtera adalah Bapak Tjandradinata sendiri. Keluarga ini memang telah membangun rumah singgah, tepat di sebelah rumah induk Mama indah, dengan tujuan agar keluarga ini terus bisa bersatu terlebih saat-saat tidak berada dalam kesibukan rutin.

Visi - Misi mereka sama dalam mensejahterakan masyarakat dengan cara yang mereka bisa lakukan.

____________

Keluarga pak Tjandradinata sudah berada di ruang tamu, ngobrol bersama mama Indah. Mereka santai ngobrol tentang perkembangan menyambut cucu pertama.

"Kehamilan anak pertama ini bener-bener gak ninggalin hobby papanya yang suka main layang-layang. Lucunya ngidamnya itu lho. Bangun tidur sudah mintanya, ya bawa layang-layang. Kalau nggak diturutin gak mau ngapa-ngapain dah."  Cerita Mama Indah yang bikin semua tertawa.

*Terus?" Tanya Rama penasaran.

"Ya, begitu bangun mereka berdua langsung ambil layangan, nerbangin dulu. Baru Mamanya bisa aktivitas." Jawab mama Indah.

"Lha kalo gak dituruti gimana?" Tanya Aldi.

“Sempat waktu itu pagi hujan, papanya juga kurang enak badan. ..eeee seharian sampai sore.  mamanya gak bisa ngapa-ngapain bahkan cemberut dan uring-uringan. Terpaksa pak Tarno sama Tarso  yang tak suruh nerbangi layangannya, untungnya sore itu terang dan anginnya stabil jadi nggak butuh waktu terlalu lama untuk menerbangkannya. Begitu liat layang-layangnya terlihat meliuk-liuk di angkasa, senyumnya ceria hehehe.” 

Kehangatan keluarga ini memang sangat membuat semua yang berada di dalamnya terbawa suasana kehangatannya. Tak lama kemudian si Ummi dan sang suami datang.

"Aduh perutnya sudah mulai nampak Ndut, dari mana saja nih calon papa, mama." Tanya mama Silvie.

"Ini ma si kecil minta main layangan." Jawab si Jo.

"Kayak papanya waktu kecil."  Tambah mama Indah.

"Iya niich Ma, Ummi baru ngerasain. Dan kadang suka heran sendiri, bangun tidur, baru membuka mata, yang diingat cuman satu, kalau gak diturutin Ummi gak bisa ngapa-ngapain, males lah, pusing lah, uring-uringan kalau gak dituruti."  Jawab Ummi lalu duduk di samping mama Silvie.

"Ya, memang bawaan bayi mo gimana lagi, aneh tapi nyata dan mungkin tidak bisa dijelaskan dalam dunia kedokteran. tapi itu mungkin fenomena unik seputaran ibu hamil. Ya sudah sana mandi dulu biar bersih."  Kata Mama Silvie.

Jojo duduk diantara  Rama dan Aldi. Mereka bertiga juga heran kalau denger masih sedikit gak percaya, tapi ini bener-bener terjadi. Lha wong latar belakangnya dan TIDAK mudah si Ummi juga kenal main layang-layang baru saat berada di keluarga ini.

"Sudah di USG dik Jo?" Tanya Rama.

"Kata Mama, biar kita tau saat si jabang bayi lahir saja, biar ada kejutan." Jawab si Jo. Seperti biasa keharmonisan  dalam keluarga besar ini sangat kentara.

Disisi lain dalam waktu yang sama.

Mirna dan Sari sibuk dengan kantin persiapan belanja untuk kebutuhan kantin. Mereka bertanggung jawab semua.  Sedangkan ibunya fokus ngurusin rumah. 

Tahun ini, Mirna anak pertama sudah wisuda, sedangkan  Sari seharusnya masuk perguruan tinggi tapi karena gak diterima di fakultas yang dia dambakan, ia memutuskan untuk mencoba lagi tahun depan dan kini fokus bersama kakaknya yang mengelola warung yag kian hari tambah rame.

Selesai makan siang Sugeng pamit. “Mungkin beberapa hari ini bapak gak pulang ngurusin ini ada satu desa yang tak kunjungi beberapa waktu yang lalu sebelum masa panen dan mereka bersedia padinya dijual sama kita, tapi disana sepertinya sinyalnya sulit sekali jadi sementara gak usah telpon, percuma bapak juga gak bisa menerima panggilan.”  Kata Sugeng untuk meyakinkan sang Istri.  “O iya wa saja kalau memang penting banget nanti kalau pas ada sinyal kan pasti bapak baca.”  Tambahnya.

“Yo wis pake mobil yang biasa dipakai Mirna saja, toh dia gak ke kampus, kasihan bapak kalau sampai mogok-mogok terus.”  Kata si Atun sang Istri.  Sebenarnya sih itu cuma akal-akalan si Sugeng saja, sengaja bawa mobil pertama bonus dari mama Indah. Dan mobil itu juga gak pernah mogok. Kalau pas menginap  di rumah Renna baru alasan mobilnya mogok lah, kehabisan bensin lah.

"Biar anak bidok pake yang baru, bapaknya kan ya cukup pake seadanya tho!!, Wong kita itu kan bekerja untuk anak, wis bapak tak budak kerja."  Diciumnya tangan sang suami.  "Hem bau ketiak perempuan." Kata Atun.  "Iya semalem kan ngumek kamu." Jawab Sugeng.

………..

"Ini gabah, kurang kering kalau njemur kang. Besok-besok Yo dijemur dulu sampai kering lihat ini kadar airnya." 

Kang Somat cuma meringis dan garuk kepala walau gak sedang merasa gatal. Sambil meringis.

"Yo wis lain kali aku gak mau terima gabah seperti ini. Aku yang kena.marah sama bos." Kata Sugeng.

"Lha biasane para tengkulak mau lho. Emang sih harga jauh lebih murah. Wis begini saja itung harga sesuai kayak tengkulak wae aku rapopo… lha Panceng aku butuh duit cepet lho kang. Mergo kanggo biaya anakku yang mau jadi TKI kerja di perkebunan." Pinta kang Somat.

"Wah Yo emoh kang aku gak mau lah merugikan sampean, kesepakatan kita dulu tetap berlaku bahwa pabrik Putri Tunggal beli hasil panen lebih tinggi dari tengkulak lha kalo bosnya aku tau, kalau aku beli murah bisa dipecat gara-gara aku mengambil keuntungan dari petani tanpa sepengetahuan pemilik pabrik, ya tho?" Kata mas Sugeng untuk meyakinkan bahwa dia adalah karyawan jujur yang gak pernah merugikan petani. Luar biasa  mas Sugeng ini, agar gak ketahuan belangnya.

'Kang aku minta kopinya dong!, Seharian gak sempat ngopi Nick, sibuk terus ngurusin petani kayak sampean ini."  Canda mas Sugeng. Tanpa menjawab kang Somat lari dan berteriak. "Mak … buatin kopi buat mas Sugeng juragan kita."  Kemudian dia kembali mengangkat gabah ke atas truknya mas Sugeng dibantu oleh tetangga sebelah yang juga hari ini dapat giliran menjual gabah mereka.

"Ojo lali dihitung dan jangan lupa dicatat. Inget jangan lupa dikurungnya kasih tulisan berapa kilo setiap saknya."  Pinta mas Sugeng.

Penduduk desa itu memang baru pertama menjual hasil panennya kepada pabrik Putri Tunggal, itulah sebabnya Sugeng Mengambil hati mereka dengan cara seperti ini. Tapi untuk panen kedua mas Sugeng sudah punya nilai plus diperani desa itu. Dan saat itulah mas Sugeng bisa mengambil keuntungan yang dia sudah direncanakan bakal menambah pundi-pundinya. Baik dari petani maupun dari pabrik itu sendiri. Kegigihan dan perjuangan Sugeng serta semangatnya  memang patut diacungi jempol. Begitu penduduk desa memulai menyiapkan gabah yang bakal dijual, saat itu waktunya dimanfaatkan untuk ke desa sebelah agar gabah-gabah yang mau dijual, diminta untuk menyiapkan, jadi saat dapat giliran gabah yang bakal di jual sudah tinggal ditimbang dan dinaikkan ke truk yang mas Sugeng bawa. Begitu seterusnya.

Hari ini adalah malam Sabtu, jadi saat truk yang dibawanya sudah penuh dengan hasil panen yang siap diantar ke pabrik, tapi kesempatan dia untuk singgah ke rumah calon istri muda. Yaitu si Renna. 

Diparkirnya di samping rumah Renna truk berisi gabah hingga melebihi kapasitas angkut. Menjulang tinggi ditutup rapat dengan terpal plastik terikat tali, yang nampaknya cukup kuat dan tak mungkin tercecer selama diperjalanan.

Sugeng turun dengan wajah lusuh, karena seharian terkena teriknya sang mentari, dan debu jalanan yang mampir di tubuhnya yang berkeringat, menambah kusam wajah si Sugeng. Walau di lehernya berkalung handuk ukuran tanggung yang sesekali dipakai mengusap wajahnya.

Renna sendiri sudah menyiapkan air panas buat mandi sang pujaan hati. Makan malam menu kesukaan. Kopi panas dan tak kalah pentingnya adalah raga yang telah tersiapkan sejak sampai kerumah setelah pulang kerja.

Mendengarsuara bising truk milik si Sugeng, ia keluar menyambutnya dan dusapnya wajah sang perkasa dengan handuk yang terkalung di leher kemudian di kecupnya.

"Hmmm. acem. Sudah yayang siapin air panas buat mandi biar gak masuk angin." Kata Renna.

"Makasih Tayank, dirimu memang paling mengerti." Rayu si Sugeng

"Emang mbak Atun gak gak mengerti, atau kurang mengerti?" Canda Renna

"Hmmm kenapa jadi bahas kesana?" Saut Sugeng.

"Wajar donk sayang aku kan statusnya pinjem suaminya secara sembunyi-sembunyi." Jawabnya.

"Okey, biar gak pinjam besok kita ke KUA… beres kan?, Sudah aku jadi pengen mandi." Kata Sugeng biar gak makin pa

Minnjang membahas soal pinjam meminjam.

Renna duduk termenung sambil menunggu sang perkasa mandi. Terkadang Renna juga merasa cemburu dan kesepian karena dia sudah merasa bahwa Sugeng adalah milik kepunyaan hatinya tapi hanya dua malam bisa bersamanya sedang diwaktu yang lain sebenuhnya berada dalam dekapan mbak Atun. Itu yang selalu terngiang dalam pikiran Renna. 

Sementara itu disisi yang lain dalam waktu yang bersamaan. si Atun duduk di depan meja makan sudah menyiapkan makan malam kesukaan sang suami, walau dia tau kalau hari ini gak bakalan pulang entah sibuk dengan pekerjaan atau sibuk dengan wanita lain. Sampai hari ini dia gak pernah tau.

"Dulu masih hidup kekurangan, aku sampai kualahan menemani dirimu pak. Sekarang dalam hidup yang berkecukupan ganti aku yang kekurangan kasih sayang dan perhatianmu." Lamunan Atun sering mengembara smpai-sampai kedua anak gadisnya selesai makan, Atun tak menyadarinya.

"Mak kok melamun kayak kehilangan susur saja?"  Sapaan anak pertama si Mirna. Membuyarkan lamunannya. Dilihatnya masakan kesukaan sang suami sudah sisa sedikit. Karena disantab kedua putrinya yang seleranya memang tak jauh dari suaminya.

"Enggak emak gak ngelamun cuman mikir kira-kira doyan gak kedua anak cantikku makan masakan emak." Kilahnya.

…………

Kembali ke rumah Renna.

 Sugeng telah selesai mandi, disantabnya masakan calon istri muda dengan lahab sampai tak tersisa. Namun si Renna tak menyadari kalau sang perkasa sudah melahap semua hidangan yang disiapkannya.

"Sayang, kok dari tadi ngelamun?,Mikir apa tho. Liatin aku sudah sikat habis masakan yang mama siapkan. Kebetulan seharian gak enak makan, pikiranku terus di senyummu, manjamu, gairahmu, lembutmu dan hutan belantara yang, …ah gak jadi. Lha wong papa dicuekin gitu jadi gak enak mau minta itu." Rayuan Sugeng membuat lamunan si Renna sirnah. Berubah keinginannya untuk memanjakan sang perkasa dan tak ingin sedetikpun kesempatan ini hilang ditelan kesibukan.  

"Hmmm… nunggu disayang dan dimanjakan oleh." Sambil berkata matanya tertuju pada sang perkasa, yang selalu memporak-porandakan gairahnya hingga terbang kelangit yang ketuju

"Maafkan.papa terlalu sibuk dengan program kita kedepan demi kita dan anak-anak kelak setelah kita sudah gak mampu berbuat apa-apa." Hibur Sugeng pada calon istri mudanya yaitu si Renna.

Sampai hari ini, si Renna hanya tau bahwa calon suami yang dia cintai milik mbak Atun yang rajin,ulet, jujur dan selalu berkata apa adanya, penyayang perhatian serta segudang nilai plus Dimata Renna. Itulah sebabnya dia selalu mendukung dengan keinginannya serta perjuangannya untuk maju. Dan mobil baru yang dibeli untuk anak pertama si Mirna itu diambil dari tabungan Renna, untuk mendukung keinginan Sugeng agar anak-anak hasil pernikahan Sugeng dengan mbak Atun menjadi sukses dan bakal mengelola usaha yang bakal dirintisnya yang semata-mata bukan untuk kemakmuran mereka berdua, tapi keinginan mulia demi anak-anak Sugeng yang saat ini dicintainya dan tetap bersama dalam gairah.

,............... Bersambung 

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience