# 15

Family Series 5583

H- Tujuh. Tamu dari beberapa Desa yg mendengar bahwa mak Ijah akan mantu, sudah berdatangan. Walau mrk belum menerima kartu undangan.  Apalagi dia dikenal oleh penduduk , sebagai orang yg dermawan, supel dan pandai mengambil hati penduduk Desa.

Kebiasaan penduduk Desa setempat, ketika ada yg akan mengadakan pesta pernikahan, maka mrk akan datang dg membawa sumbangan berupa, beras, beras ketan, gula, mie instan, kelapa, pisang, dan bila yg bersangkutan merasa dekat dg sang pemilik hajatan, maka mrk membawa kue kering atau kue yg bisa bertahan hingga berhari-hari lamanya. seperti, Rangginang, kue bolu, satru (kue yg berbahan tepung keran yg dicampur gula pasir, kemudian disangrai dan dicetak dg bentuk dan ukuran tertentu )
Wajik, jadah dan berbagai kue lainnya.

Beruntung, bagian dapur memang  sangat cekatan, sehingga tamu yg datang tidak sampai dikecewakan.

Tukang jagal sedari pagi kemarin memang sudah selesai memotong  Dua sapi dan  Tiga kambing, bahkan sebagian sudah dimasak.

Dibagian pembuat kue, seperti Jenang dodol, wajik, ketan jadah, bikang, nagasari, Bolu sudah ada yg siap disajikan.

Buat keluarga pak Tjandra, pemandangan seperti ini merupakan pengalaman yg baru.  Mengingat di Kota, hal ini tak pernah terjadi.  Dan gak pernah mereka jumpai.

***

Hanya dlm kurun waktu tiga hari, gudang baru sudah hampir penuh dg  beras, gula dan mie instan.
di gudang yg lain, penuh dg buah pisang dan kelapa.  Sumbangan dari penduduk.  Mirip kayak pengumpulan dana bantuan bencana alam.  Hanya bedanya,  mereka yg menyumbang, saat pulang mrk diberi bungkusan nasi + Lauk yg dibungkus dg daun jati.  sedangkan lauk dan berbagai jenis kue  itu dibungkus dg daun lontar muda / pucuk.   kemudian diikat dg janur.

Melihat dibagian ini kuwalahan dlm menyiapkan.  Maka Juna berinisiatif untuk menggantikan dg yg lebih praktis.

"Pak, anter saya sekarang". Kata Juna kpd pak Tarjo.

"Kemana den ?"

"Sudah, sana.  Ambil kunci mobil.  Nanti Juna kasih tau "

" Siip den "

Selama diperjalanan, Juna banyak bercerita tentang rasa herannya terhadap adat kebiasaan penduduk Desa.  Semua yg dilihatnya adalah hal baru, yg sebelumnya tak pernah dia jumpai.

Sementara itu di rumah yg punya Gawe. Tamu yg berdatangan.  Membuat Semua menjadi sibuk.

Penyambut tamu, mengumbar senyum manisnya.  Pramu saji sibuk mengisi suguhan di meja yg sudah berkurang, maupun yg sudah kosong.

Alunan musik dangdut dr sound sistem   yg dipasang di dekat pintu masuk jeblar jlebur, jedag. jedug.  Menggetarkan jantung.

Mulai dari lagunya Bang Roma, Evie tamala, Cici padamida, Ayu ting ting, Trio Macan,  sampai lagunya Iwan fals.  Berkumandang.

Sungguh, kali ini para tamu dimanjakan dg hidangan yg lain dari biasa yg mereka nikmati di acara acara seperti ini, terlebih di Desa itu.  Masakan yg disuguhkan hasil dari tangan Chef yg profesional kelas internasional. Dg suguhan Gaya internasional namun  soal rasa, disesuaikan dg lidah Indonesia.
Sungguh merupakan sajian yg berbeda. 

Juna dan pak Tarjo, dah sampai di rumah.  Krn barang bawaannya memang tak cukup dibawa serta di mobil.  Maka disewanya mobil pick up + supir untuk mengusung barang belanjaannya.

Kini tukang penyiap Jajan dan masakan yg khusus untuk diberikan tamu yg pulang, jadi sedikit lebih ringan.  Besek ( kotak yg terbuat dari anyaman bambu ) menjadi  bungkus pengganti daun jati.

***

Kira-kira jam sembilan, tamu mulai berkurang.  Namun tak berhenti sampai disitu.

Pemuda dan orang dewasa, khususnya laki-laki,  dari Desa terdekat sudah memenuhi kursi.  Yg seperti ini, biasanya setiap malam, selama tuan rumah mengijinkan.  Dimulai dari tenda terpasang. sampai malam selesai acara pernikahan.  Jagongan.... Yah... biasanya terbagi beberapa kelompok,  tergantung permainan apa yg mrk inginkan.  ada yg main Remi, empat satu., spirit,  gaple, ceki dan kadang jg ada yg main catur.  Taruhan atau bisa dibilang main judi kecil-kecilan.
Rama, Aldi, Alfin, Juna.  Pak Tarjo dan dua temannya gak mau ketinggalan.  Walaupun mrk gak ikutan judi dan hanya sekedar Ngancani. Jagong.

Mengenai sajian, itu tergantung yg punya Gawe.  Kadang cuma disiapin kopi di Ceret ada yg menyebutnya Ketel. ( semacam teko tp ukurannya besar ).

Tp diacara Gawenya si Jo.  mak Ijah sudah mewanti-wanti untuk menjamunya dan memberikan yg terbaik.

Saat mereka datang, Pramusaji langsung mengajak mereka menyantab hidangan yg sudah disediakan. Kemudian, tengah malam jg sama.  Disamping itu, sajian kue terus mengalir gak sampai piringnya kosong.
Kopi panas.  Itu sudah PASTI Manggung (selalu siap).

Sedari pagi, keluarga besar Tjandradinata ikutan sibuk.  Namun diraut mereka terlihat bahagia dan puas melihat  Para tamu puas dan semua yg terlibat  bekerja sama dg penuh ketulusan.

*******BERSAMBUNG...

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience