#31

Family Series 5583

Pertolongan demi pertolongan yg diberikan Ummi kpd keluarga pak Darjan makin menyulitkan dan menyurutkan ambisinya untuk mendapatkan sertifikat tanah yg dipegang oleh Ummi.

Perang batin kian bergejolak.  Rasa bersalah atas kematian adik kandungnya, kembali muncul dibenaknya.

Memang tidak pernah dibayangkan dan tidak pernah diinginkannya.

Awalnya dia hanya menginginkan adiknya sakit, agar dia leluasa mengambil surat tanah yg dimiliki oleh adiknya, yaitu Suryo.

Mengetahui kebiasaan adiknya membuat kopi pagi diminumnya siang atau sare hari.  Maka niat jahatnya muncul.  Saat Suryo dan istrinya pergi ke sawah. Dibubuhilah minuman itu dg sesuatu. 

Pak Darjan memang berhasil membuatnya sakit.  Namun fatal. Hal itu  ternyata, membuat Suryo dan istrinya meninggal dunia.

Kejadian tragis itu selalu menghantui pak Darjan. Hari, minggu, bulan.  Bahkan hingga kini.   Suryo dan istri, sering terbawa mimpinya.

Kini, saat ambisi untuk menguasai harta adiknya muncul, dan tekatnya kembali membara. 

Pak Darjan dihadapkan dg situasi yg berbeda.  Bukan perlawanan yg dia hadapi, melainkan sebuah perhatian tanpa pamrih.  Kasih yg tulus tanpa minta imbalan dan pemberian pertolongan yg tak pernah dia jumpai selama dia hidup di dunia ini.

Antara ambisi untuk menguasai harta  Ummi keponakannya dan  perhatian tulus yg dia dapatkan, berperang dlm angannya.

Istri pak Darjan memang Bawel, Galak, Judes, Cewet gak bisa disenggol orang. Suka marah bila sedikit saja gak cocok.   Sekalipun begitu orangnya gak tegaan dan  Cengeng.  Dia sama sekali tidak tau menau, soal ambisi suaminya.

"Pak, kopinya sudah dingin ituuuu!!!, banguuun sudah siang.  Mentang-mentang tidur dikasur  empuk, mentul-mentul, jadi kebablasan tidurnya". Kata mak Karmi istrinya.

"Aaaaaaaah, males".

Sebenarnya, semalaman pak Darjan belum tidur, krn pikirannya yg gelisah.  Tapi lagi-lagi istrinya tidak tau.  Krn dia memang berusaha menyembunyikan itu pada siapapun.

Siang itu, pak Darjan, menengok warung Atun.  Larisnya bukan main, para supir, dan karyawan semua  belanja disitu.

Dilihatnya aktifitas para pekerja yg menggiling gabah, pengepakan, penyelepan gabah dan pengemasan beras.

Dilihatnya pula pabrik pengolahan kopi dan juga pembuatan tepung beras. 

Keluar masuknya truk pengangkut baik beras, maupun gabah yg dikirim dr petani. Seakan mengingatkannya, bahw kerja keraslah yg bisa membuahkan hasil.  Kemudian dia melihat kebedaan dirinya yg sejak dulu hanya ingin hidup enak tanpa usaha keras.

__________

"Gimana, tugas yg diberi Mama"

"Aku seneng banget Mak, aku jd kayak boss.  Orang-orang desa menganggapku begitu".

"sukurlah, kalo bpk seneng.  Kita jadi gak perlu pisah lama-lama.  Hasilnya pasti"

"lek tak delok, kowe juga seneng.  banyak pegang uang sekarang.  Yg belanja sudah pasti, hasile mesti. Bisa nyelengi".

"Bener pak.  Gak terasa lho.  Mirna sudah masuk SMP.  Perasaan baru kemarin dia dititipinkan mbahe.   Anakmu Sari juga semangat, iso ngelanjutin sekolah.  Pagi subuh sudah nganter aku belanja.  Pulang sekolah langsung bantu ngladeni pembeli".

"Besok sabtu, kita jemput Imron.  Biar bisa sama-sama disini.  Yah, kalau mbah Karmi mau tinggal disini biarin aza, toh kalo pengen pulang, Sari kan bisa nganter tho". Kata Sugeng.
_____

Malam itu, pak Tjandra dan Mama Silvie tiba di rumah Ummi.  Beberapa bulan ini, mrk sibuk.  Pak Tjandra bersama timnya sibuk menangani beberapa kasus, Sedang Mama Silvie sibuk mengajar di kampus di luar kota.

Seperti biasa, bila mereka sudah berkumpul, ada saja yg mereka bicarakan.  Kali ini, Mama Endah menceritakan perkembangan yg cukup luar biasa Usaha yg digagas oleh pak Tjandra.

"Gimana soal, si Unyu-unyu itu, apa masih ngribetin".  Yg dimaksud oleh pak Tjandra adalah si Darjan ortu Atun.

"Hatinya luluh lantak Pa.  Kami mengangkat ekonomi anak dan menantunya.  Kami buatkan rumah, warung di sebelah pabrik dan menantunya kami kasih kerja posisi yg bagus.  Beberapa minggu yg lalu kami beri bonus sebuah mobil baru, krn prestasinya yg bagus".  Kata Mama Endah.

"Yah.  Kita ini memang keluarga yg kompak.  Tidak membalas kejahatan dg kejahatan, melainkan memaafkan dan memperhatikan kekurangannya".
Kata pak Tjandra.

"Pada dasarnya, manusia itu dilahirkan sama.  ada sisi baiknya dan ada sisi buruknya.  Kadang keadaanlah yg memaksa orang untuk melakukan kejahatan".  Tambahnya.

"Pakde dan bude sering menginap di rumah mbak Atun.  Kami membuatkan rumah cukup luas kok Pa, sehingga kalau ada tamu, bisa tampung dan gak sampai bingung" Kata Ummi.

"Anak Papa.  Gimana program momongan?" Tanya Pak Tjandra kpd Ummi.

"Sudah kami kebut Pa, semenjak Mama meeeeee..... eeee gak.  Gak jadi". Kata Jojo.

"Hampir saja keceplosan ". Pikir Jojo.

"Bagus, itu  nak Jo.  Kalau perlu dua hari libur kerja, dua hari harus dilembur.. gak usah keluar kemana mana sebelum sukses.  Termasuk libur menerbangkan layang-layangnya".  Tambah pak Tjandra.

Merekapun ketawa. si Jojo garuk-garuk kepala sambil nyengar-nyengir.  Sedang  pipi Ummi merah merona, tersipu malu.

"Mama tadi bawain Martabak soecial.  Sama lumpia isi rebung.  Tp masih di mobil" Kata Mama Silvie.

"Teeeeeeeet..tooooooooot. Iniiiiiii, Oleh-oleh yg bisa bikin kita melek merem berkedip-kedip.... Mak nyuuuuuuz".  Kata Tarjo. dg ketawa khasnya.

Semua menoleh ke arah pak Tarjo.

Ummi bergegas, menyahut apa yg dibawa pak Tarjo, lalu dibawanya kebelakang.

" lhooo....lhooo..lhoooooo Neeeeeng, mau dibawa kenamaaaaa ?   Kok.....". Kata pak Tarjo.

"Tak sembunyikan, ben gak dimakan sama pak Tarjo".  Kata Ummi, tampa menoleh.

"Tadi pak Tarjo dari manaaa? kok gak nongol-nongol" Tanya Mama Silvie.

"Anu... Ma.."

"Anu apaaaaa?" Sahut Mama Silvie

"Anu, Maaaa.  Liat Pabrik.  Terus ketemu sama neng Sari, cucunya borok kokok yg nempati rumah baru disebelah pabrik". ( yg dimaksud adalah pak Darjan).

"Emang pak Tarjo selamatan jenang merah? hem.  Ngasih nama kok seenak udele gitu..hahahahahaaaa..". Pak Tjandra tertawa ngakak.

Mendengar gurauan mereka, Mama Endah cuma tersenyum.  Walau usianya tak muda.

Ummi membawakan hidangan yg dibawa Mama Silvie.

"Ini, yg Jojo suka.  heeeem, nanti kalau kesini lagi bawain Jojo yg lebih banyak ea Ma". 

"Waoooo, mentang-mentang bertiga hoby main layangan... sampai-sampai, diabadikan lewat karya lukis.   Emang siapa yg nglukis itu". Tanya pak Tarjo.

"Itu Neng Ummi yg lagi nyabut singkong dibantu sama Mas Jo. 

"Itu hasil karya si Jo, pak.  Dari kecil dia sudah sering melukis.  Bakat yg diwarisi oleh almarhum Papanya Jo".

"Papa, pengen koleksi lukisan anggrek, kalau ada waktu buatin Papa ea.  tp kanvas dan cat lukisnya, ntar Papa suruh kirim relasi Papa"

"Siap, Pa".

*******Bersambung....

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience