# 3

Family Series 5583

Angin siang itu sepertinya bersahabat, setidaknya itu menurut si Jo, mentari juga sedikit ramah.

Ditariknya kengan Ummi dan iapun menurut dan mengikutinya, melihat hal itu, mak Ijah tau persis apa yg bakal dilakukan oleh si Jo anak kesayangannya.

Selang beberapa menit mak Ijah mengikutinya dr belakang. yaah tepat sekali apa yg dipikirkannya, bahwa si Jo mengajak Ummi ke gudang penyimpanan koleksi layang-layang.

Si Jo berjalan melewati pematang sambil membawa layangan, kali ini ia ingin menerbangkan jenis ikan yg matanya bisa berkedip saat terteroa angin, mak Ijah kali ini mendapat bagian mengeksekusi alias menarik talinya agar layang-layang terbang keangkasa.

Sejak si Jo kecil hingga dewasa, mak Ijah memang selalu mendampinginya segala aktifitas dalam segala hal.

Mak Ijah merasa bahwa kasih sayang dan waktulah yg bisa ia berikan, mengingat si Jo sejak lahir sudah tak pernah melihat bpknya.
Mrk bertiga terlihat lebih ceriah, bercanda gurau, berlarian.

Layang-layang menari kekiri dan kekanan tertiup angin dan cukup tinggi.
Kini tali layang-layang diikat dipohon kelapa. mereka bertiga pergi ke sungai kecil yg terdapat diantara pematang sawah tak jauh dr situ.

Berkeriapan ikan-ikan kecil disitu,
ada tombro, netran, lele, kotes, dan beberapa jenis udang kali hidup bebas tak tercemar limbah ataupun tak pernah tersentuh racun.

Si Jo membendung sungai kecil itu dg batang pohon pisang dan tanah liat, sehingga di hilirnya air menjadi berkurang.

Ummi hanya memperhatikan ulah si Jo dan sesekali membantunya. mak Ijah mulai beraksi menangkap ikan yg terjebak di air yg surut.

"seumur hidup baru kali ini aku merasakan kebahagiaan, keceriaan, kemesraan dan kegembiraan seperti ini" Kata Ummià dlm hati. "Sungguh aku teramat kagum dg mak Ijah, kasih dan perhatian yg tulus ia tumoahkan kpd anaknya, kesederhanaan dlm kehidupan sesehari, sosialnya tinggi, murah hati.... ah.. rasanya tak cukup sehari bila kuungkap semua kebaikannya. Sungguh, kedua orang tuaku memang orang yg cukup baik dan bijaksana, tp mak Ijah jauh lebih dr yg pernah aku lihat seumur hidupku.

Lamunan Ummi dibuyarkan oleh panggilan mak Ijah. "wok ( panggilan mesra kpd anak perempuan kesayangan ) coba ambilin kaleng itu untuk tempat ikan ini, kasih air sedikit biar ikan-ikan ini gak mati".

Ummi merasakan bahwa Tuhan menempatkan di tempat yg tepat, walaupun prosesnya sangat menyakitkan. "Seandainya waktu dpt diputar kembali, dan seandainya jalan hidup bisa dipilih dejak awal". Ummi bergegas membuang pikirannya yg ngelantur dan mengalihkan pikirannya dg jalan melibatkan diri dg keasikan mak Ijah yg berburu ikan terdampar di genangan air yg dangkal akibat dibendungnya air oleh si Jo.

Jlebyuuuur..jebyuuuur.. ceplak..ceplak ...jebluuuur. Begitulah bunyi air dipukul oleh si Jo. Sontak air itu berhamburan mengena siapapun yg dekat, tidak terkecuali Ummi yg berada disampingnya. Cipratannyapun mengena bajunya sehingga Ummipun basah kuyup.

Tak terasa canda mrk bertiga menghabiskan waktu. Matahari condong kebarat, merekapun sepakat untuk menyudahinya. Air yg dibendung si Jo dibuka kembali dan mrk pulang.

Ikan yg dibawanya cukup banyak, itupun yg mrk bawa hanya yg besar-besar, sedangkan yg lain dikembalikan ke habitatnya semula.
"Hari ini kita pesta ikan bakar", ujar si Jo. "kita pepes pedas bumbu tomat aza ea lhe, kan ada sayur daun kelor di rumah". pinta mak Ijah.
"apapun yg mak putuskan so pasti buat kebaikan adik kan mak..?... eeeeee buat kebaikan Ummi anak emak yg baru jg lupa..hehehehehehe",  saut si Jo sambil cengar cengir.  

Tanpa rasa canggung si Jo meraih tangan kanan Ummi dan Ummipun seakan tak menolaknya.
Rasa bahagia itu mrk rasakan bersama dan kehadiran Ummi dlm keluarga ini membawa kebahagiaan dan keceriaan tersendiri.

"maaaak, adik boleh tanya kan ?". kata si Jo
"iya, mau tanya apa ", jawab emak sambil sesekali memandangnya.
Pipi Ummi memerah padam dan menjadi salah tingkah ketika si Jo memberikan pertanyaan kpd mak Ijah ttg dirinya.  jantungnya berdegup kencang.  ada sesuatu yg lain pada dirinya, ada rasa bahagia, ada rasa senang sekaligus tak percaya dg apa yg ia dengar.

Sambil mencium tangan Ummi yg sedari tadi digandengnya selama perjalanan ia berkata. "Maaaaak, apa bener bahwa Ummi ini jodoh adik yg Tuhan kirimkan..?".

Rasa yg gak pernah ia alami selama ini membuat Ummi semakin membuatnya panas dingin campur aduk gak karuan.

Sesaat mak Ijah berhenti sejenak, ia memandangi mrk berdua bergantian.  Senyum bahagia mak Ijah terpancar dirautnya yg masih tetap manis, walau usia setengah baya.
"anakku,...." sejenak mak Ijah berhenti berkata.  "sudah sejak lama emak berdoa dan tiada henti hentinya, memohon kpd Tuhan agar Dia mengirimkan pendamping hidup yg mau menerima kamu apa adanya, saling melengkapi kekurangan tanpa membahasnya.  Anakku,.... emak bahagia banget melihat kalian berdua rukun, bercanda dan saling bekerja sama.  Dan emak sangat yakin kalian berdua bisa hidup bersama dan membina keluarga yg bahagia ".

Mereka bertigapun melanjutkan perjalanan, hingga sampai dirumah.

BERSAMBUNG......

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience