# 4

Family Series 5583

Pagi itu pak Tjandra sudah bangun. seperti kebiasaannya ia jalan-jalan menghirup udara tanpa polusi. Mentari memang belum menunjukkan sinarnya, namun jalan yg ia lalui bisa dilihatnya dg jelas.

melihat sosok yg ia kenal, maka pak Tjandra menghampiri dan menyapa. " Hai Jo, waaaah rajin sekali, jam segini sudah berada di kebun..?".
"iya pak sudah biasa seperti ini". Jawab si Jo sambil menghentikan apa yg ia kerjakan.
"gak perlu berhenti nak, lanjutkan aja kerjanya, kan bisa sambil ngobrol". kata pak Tjandra.

"ooooooo iya, sebentar siang bpk mau pulang sebentar tp balik lagi. Rencana sih kalau diizinkan bpk mau tinggal di rumah nak Jo beberapa hari. Bpk kepingin istirahat menenangkan pikiran. Bpk merasa ada ketenangan, jauh dr kebisingan dan kesibukan. Boleh kan nak Jo" pinta pak Tjandra.
"dengan senang hati pak, kapan saja bpk punya waktu luang monggo dg senang hati kami sekeluarga membuka pintu untuk bpk sekeluarga ". jawab si Jo.
"Kalau nanti ke Kota, saya dan dik Ummi numpang ya pak. Kemarin kami berdua berencana ketempat dik Ummi kerja, mau pamit berhenti, sekalian mengambil barang-barang di tempat kostnya ".

si Jo segera berlari dan memotong dua lembar daun pisang, saat tiba-tiba hujan deras turun. Diberikannya satu untuk pak Tjandra. "Trimakasih nak Jo ", kata pak Tjandra dan
Senyum ceriahpun singgah di bibir yg sedikit keriput yg masih sedap dipandang. dan merekapun pulang.

***

Mereka bertiga berpamitan sama mak Ijah. "Hati-hati di jalan ea...Tuhan Menyertai ".
Pak Tjandra, Ummi dan si Jo bersalaman kemudian mereka saling melambaikan tangan.

"Kali ini biar Ummi yg membawa mobilnya, pak Tjandra dan kang Jo duduk manis aza". canda Ummi sehabis sarapan pagi.
"okeeey, mampir kerumah bapak dulu. Baru nanti terserah mau kemana". katanya sambil merangkul Ummi.

Sepanjang perjalanan, pak Tjandra banyak bercerita tentang kenangan indahnya bersama almarhum pak Suryo sahabat karibnya, seligus merupakan Orang tua Ummi.

"Kegigihan, kesabaran, ketlatenan, keuletan, serta kecerdasannyalah yg membuat dia menjadi tuan tanah.
Walau sangat kaya, namun kesederhanaannya patut dijadikan teladan.
Semenjak kecil jiwa sosialnya sangat tinggi. puluhan bahkan ratusan penduduk desa yg tak mampu ditolongnya dg jalan dipinjami tanah serta diberi bibit dan diberi penyuluhan dlm menggarap sawah maupun kebun.
Hasil panennya tak secuilpun almarhum Suryo bapakmu memintanya". ungkapnya bangga.
"mereka yg sudah Mampu beli tanah, akan mengembalikan, digantikan orang lain yg masih memerluka, dan yg belum dpt giliran, bekerja sebagai buruh dg sistim bagi hasil". lanjutnya.

Pak Tjandra memang sangat membanggakan teman karibnya yg kini telah mendahuluinya dg jalan yg sangat tragis. sesekali ia meneteskan air mata. Dan tak jarang isakannya tak mampu dicegahnya, disela ceritanya.

Dua jam tlah berlalu, jalan menuju rumah pak Tjandra memang padat kendaraan yg hiruk-pikuk, namun tak sampai macet walau merambat perlahan.
"nah lampu merah belok kiri, kemudian ada pertigaan belok kanan. Rumah bpk yg no 4. langsung aza mobilnya masuk".

Halaman yg luas, taman asri. Kolam dan air terjun buatan ditumbuhi pepohonan, bunga dan disekitarnya terdapat bonsai.

Tak seperti yg lain, pagar rumah ini tidak terlalu tinggi, hanya setinggi lutut orang dewasa. samping kiri tembok berjajar pohon Cemara.
"Ayo silahkan masuk. Anggap rumah sendiri ". Kata pak Tjandra.

"Heeeeeeem kayak istana ", pikir si Jo, terlihat sekali ada rasa kagum dan terheran melihat rumah semewah itu.
Sedangkan Ummi nampaknya sudah tak terlalu heran dg rumah tinggal semacam ini, krn waktu kuliah dia sudah tinggal di Kota.
Didinding rumah mewah itu banyak dipasang lukisan karya pelukis terkenal dg berbagai ukuran. Diruangan santai terdapat lukisan pak Tjandra sekeluarga. "oooooh, rupanya pak Tjandra memiliki empat putra dan dua putri ". pikir si Jo.

"aaaaaaaaaaah, suatu saat nanti akan aku beri hadiah lukisan hasil karyaku". janji si Jo dlm hati.

"Bik, tolong siapin minuman buat tamu bpk". kata pak Tjandra lewat tlp.
"istirahat dulu, nanti habis makan siang, silahkan kalian berdua mau keperusahaan pamit, dan mampir belanja-belanja dulu jg silahkan " lanjutnya.
"ooooo iya, barang-barang di tempat kost yg mau kamu bawa pulang apa banyak, kalau banyak, kasih alamat, biar supir bpk yg ngambil barang kesana". Tanya pak Tjandra.
"Almari pakaian, tempat tidur dan beberapa peralatan masak saja kok pak, masalahnya Ummi baru bekerja dan menempatinya sebulan". Jawab Ummi.

Ketika Ummi matanya tertuju pd lukisan keluarga, pak Tjandrapun menceritakan keberadaan anak-anaknya.

"Bpk itu keluarga besar, dg enam anak. Yg pertama dan kedua menjadi pengacara dan satu kantor dg bpk. yg ke tiga mendapatkan hadiah dr perusahaan tempat ia bekerja, didanai penuh untuk mengambil S3 di Universitas ternama di Negri Paman Sam. yg ke empat dan ke lima, melanjutkan S2 nya di negri kanguru ", ia berhenti sejenak, kemudian, " aaah, kok bpk jadi banyak cerita..?, ya sudah ini sudah siang, yuk kita makan dulu. Bibi sudah siapin tuuuh". Merekapun menyantap hidangan yg telah disiapkan oleh bik Tia. Sebenarnya Ummi kepingin tanya, keberadaan istri pak Tjandra, tp ia enggan.

*****

Matahari mulai perlahan tenggelam, saat Ummi sampai di rumah. Ternyata pak Tjandra sudah sampai duluan. di pinggir jalan tak jauh dari rumah si Jo berjajar truk membawa material bangunan. dan mrk berdua baru menyadarinya setelah melihat para supir dan keneknya sedang ngopi di bale di depan rumahnya.

"kok banyak truk membawa bahan bangunan, emangnya emak mau membangun apa, terus kok tumben emak gak bilang sama adik..?, apa emang emak mau bikin kejutan buat kami berdua ea...?", si Jo mencerca mak Ijah dg banyak pertanyaan.
"oooooooooo, pak Tjandra mau bikin garasi mobil buat anak kesayangannya". jawab emak dg santai.
"lho, emang anaknya mau tinggal di rumah kita..?, kok adik belum dikenalin...?, mana dia..?,...", tanya si Jo makin penasaran.
"aaaaaaah, adik sudah kenal sama dia, kenapa harus minta kenalan lagi..?" jawab emak sambil tersenyum dan masuk ke rumah.

si Jo tambah penasaran lagi ketika di dalam rumahnya ada beberapa TV baru, kulkas, mesin cuci dan sofa baru serta beberapa spring bet.
saking oenasarannya, maka ia gak lagi bertanya kpd emak.
ko
Dihampirinya pak Tandra, tanpa malu ia menyeretnya kedalam, serta bertanya.
"Maaf pak, kalau boleh tau apa arti semua ini..?" tanya si Jo.
"Sebelum bpk menjawab, sebaiknya nak Jo panggil Ummi kemari". kata pak Tjandra. Setelah Ummi datang, mek bertiga duduk di sofa baru.
Pak Tjandra menjelaskan kpd si Jo dan Ummi.
dia memang memberikan mobil yg dipakai tadi, mobil pic up supaya kalau menjual hasil panen yg bisa dibawa ke pasar sendiri tidak repot sewa, serta semua barang yg ada disini, krn dilihat apa yg pak Tjandra berikan tidak ada di tempat ini.
adapun bahan bangunan yg ia datangkan adalah untuk membuatkan garase buat kedua mobilnya, serta hasil panen harian.
Mendengar penjelasan pak Tjandra, si Jo dan Ummi meneteskan air mata haru.
"nak Ummi dan nak Jo, apa yg bpk lakukan ini tak seberapa, dan ini semua adalah pesan terakhir yg almarhum yg harus bpk lakukan. satu hal yg bpk inginkan, mulai detik ini panggil aku papa, anggap papa sebagai orang tua kalian sendiri, papa akan terus memberikan yg terbaik buat kalian berdua. Papa ingin kalian menikah. Papa akan buatkan pesta yg sangat meriah. Papa jg yakin, seandainya Suryo masih ada, maka dia akan melakukan hal yg jauh lebih dr yg dpt papa lakukan".
Si Jo dan Ummi mendekat pd pak Tjandra dan merangkulnya, pak Tjandrapun mendekap dan mencium kening mrk berdua.

****

BESAMBUNG.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience