# 16

Family Series 5583

"meja tiga, lima dan sepuluh, suguhan waktunya ngisi. " Perintah pengawas sajian.

Dg sigap pramusaji, datang dg aneka kue.

Pengawas saji yg lain : " Meja tujuh,  sembilan, empat, dua belas, satu.  Waktunya ngisi".

Pengawas Makanan :" Lauk, Gulai, sate, piring bersih.  Waktunya

Disisi lain.

Dapur satu. Tukang masak nasi sedikit bisa santai. 

"Besok kalau aku yg nikah, kepinginnya yg meriah seperti ini " kata pengantar saji.

"ya, cari calon suami yg kaya sprt Mas Joko " kata Mila temannya.

"Papanya mbak Ummi itu orang kota, kuuuuaya buanget !!. Buat tujuh turunan gak bakal habis. Jadi wajar kalo nikahnya semewah ini.  Belum lagi, untuk biaya 40 orang  lancong ke Bali, nginap di Hotel yg ada kolam renangnya, masih ngasih kita duit buat belanja. wah, kok gak eman buang uang cuma untuk nyenengin kita wong ndeso gini.  Kalau gak kuaaaya, mana bisa?!".  Saut mak Romla.

"mbak Ummi juga kaya.  Buat hidup turun-temurun jg gak bakalan habis kok ". Ujar Mila.

"Tapi, kan hartanya sudah dirampas sama pamannya yg brengsek itu ". jawab mak Romli.

"Emang emak tau dari mana, kalau hartanya mbak Ummi dirampas oleh pamannya ?". Tanya Mila.

"huuuuuuz.... gak boleh nyebar gosip. gak baik !!". Kata bu Yem.

"Heeeeeem. Kisah perjalanan hidup mbak Ummi itu, kayak disenetron ya?. Tp akhirnya pasti mbak Ummi dan mas Jo bakalan menang. Semoga ". Kata Bu Samsi.

"Amiiiiiiin." jawab mrk.

"Sudah, sana.. tuh jangan sampai pramusaji teriak kehabisan nasi " . Teriak mak Romla.

"Baik nyonya...". jawab Mila.

Dapur dua. Bagian Penyiap kue. kebanyakan personilnya tiga kali lebih banyak.  Jadi gak heran kalau mereka gak kuwalahan.  Sebagian kue sudah disiapkan beberapa hari sebelumnya seperti, wajik, kue klemben, Jenang gede.  Sedang nagasari, pisang goreng dan lemper  yg dibuat dadakanpun lancar, gak sampai kekurangan.

Aneka ragam kue disuguhkan di meja tamu. Yg baru datang akan duduk dan menikmati aneka kue yg tlah dihidangkan di atas meja.

usai tamu makan, kemudian bersalam dg tuan rumah dan mempelai. pulangnya, diberi kue yg sudah dimasukkan kekotak isinya sama persis dg yg dihidangkan.

Kebiasaan seperti ini sudah tidak kita jumpai di Kota besar.

Sementara itu di tenda lain yg khusus disediakan untuk tamu Undangan dr pihak keluarga pak Tjandra.

Sebenarnya tenda ini rencananya akan dipakai untuk pagelaran wayang kulit di hari pertama dan untuk pentas Dangdut dihari kedua. Hari ke Tiga, Nonton film bareng. Sehari sebelum resepsi dipakai untuk menyambut tamu undangan dari kota.

pagi itu tamu undangan dari Kota sudah hampir semua datang. Dari lima ratus kursi yg disiapkan, hampir semua terisi.

Si Jo dan Ummi nampak layaknya raja dan ratu.

Sesuai tema "Kasih Seputih Salju ".
Hiasan dekorasi didominasi bunga berbagai jenis, namun serba warna putih.

Ummi memakai gaun putih, dg leher tertutup renda. Dan berhiaskan bunga putih. tak banyak aksesori yg menghias gaunnya. Lengan putih transparan. Panjang gaun tak sampai menyentug tanah. Polanya mengikuti bentuk tubuh. Sangat sederhana, tp Ummi tampak anggun memakainya. make up tak menonjol dan terkesan alami, lipstik merah muda lembut. Rambut disanggul, dan memakai mahkota kecil bertahta berlian. sepatu hak tinggi putih, dan kuku dijari kaki dicatat warna pink transparan.

Sang pangeran sehari, memakai serba putih. Takedo putih sedikit berkilau dan dasi kupu - kupu berwarna pink muda.

Kembali ke Tenda utama yg menyatu dg bangunan rumah.

"Selamat datang ". Sambut ramah, penerima tamu.

"Tolong panggilkan, Ummi calon pengantinnya ". Perintah pak Darjan sedikit angkuh.

"oooo, dia masih menyambut tamu pak. Silahkan duduk". Kawabnya.

" iya. tp tolong bilang sama Ummi, pakde satu-satunya, yg menyayangi dan paling peduli datang. Cepetan ya, saya sudah kangen ". Tambahnya.

Sang penerima tamupun bergegas lari. Tak lama kemudian Ummipun datang menghampiri pamannya.

"O, pakde. Ummi jadi merepotkan pakde ". Kata Ummi sambil sungkem.

"aduuuh, keponakan kesayangan pakde. Kok nikah gak bilang sama pakde. Kan pakde bisa Membuat pernikahanmu lebih meriah. tidak seadanya seperti ini". Kata pak Darjan sinis.

"Kamu itu, keponakan pakde satu-satunya. almarhum bapakmu sudah menitipkanmu, dan semua peninggalannya pada pakde. Dan dia berpesan supaya pakde memeliharanya dg baik, jangan sampai jatuh ketangan orang lain yg bermaksud jahat". katanya.

"Mana calon suamimu, kok pakde gak dikenalkan?, malu ya?, apa takut sama pakde?, apa takut kalau pakde menolaknya?. Jangan kuatir. pakde merestui kok" Katanya panjang lebar tanpa ujung pangkal.

"manten kok koyo ngono tho nduk..nduk. mbok yo dandan sing pantes, sing ayu, koyo manten beneran. opo ora dipayasi karo tukang salon tho. opo bakal bojomu ora duwe duwit nggo nang salon?, durung dadi bojo ae wis peritungan, opo maneh mengko lek wis dadi". kata bu Soimah budenya.
(nikah kok seperti ini. kok gak merias diri, seperti layaknya orang yg mengadakan pesta pernikahan. apa gak dirias di salon?. Belum jadi istrinya saja sudah pelit, apalagi nanti kalau sudah resmi jadi istri. ).

Ummi gak menjawab sepatah katapun. Dia hanya menundukkan kepalanya.

"O, iya. Ini pakde bawakan kompor minyak tanah yg isi sumbunya dua puluh empat, biar kalau kamu masak gak pakai kayu bakar. dan ini pakde juga bawakan beras dua puluh lima kilo, sama ayam dua. siapa tau nanti kurang, kan bisa pake tambah, biar gak sampai memalukan yg diundang ". katanya, sambil menyodorkan bawaannya.

Mendengar apa yg dikatakan pak Darjan, telinga pak Tarjo sedikit panas.

"pakde... pakde... sombong banget. Ayam umur dua bulan aza dipamerkan. Disini sudah disiapin Lima belas sapi dan Lima Belas Kambing, jadi gak butuh anak ayam ". Kata pak Tarjo dg emosi, lalu pergi.

"Itu yg ngomong tadi bapak mertuamu tho ?". Tanya pak Darjan.

Ummi tak menjawab, dia mengalihkan pembicaraan.

"pakde tadi naik apa kesini ?". tanya Ummi.

"Tak suruh nganter tetangga. Kebetulan dia punya angkot, pulang pergi bayar seratus ribu lho". jawabnya, makin sombong.

"ya sudah, pakde dan bude nginep saja disini". pinta Ummi.

"Gak bisa nginep, sebentar langsung pulang. dirumah repot. tadi jg njemur gabah, tak titipin tetangga. Takut nanti kena hujan " Tolaknya.

"o.. iya, mumpung pakde inget. Sertifikat tanah milik bpkmu, kamu simpan dimana, tak cari dimana-mana kok gak ada. pakde takut nanti hilang. Kalau kamu bawa, tolong ambil sekarang, biar pakde simpan di bank saja lebih aman ". kata pak Darjan.

"Ummi masih repot lho pakde, nanti kalau acaranya selesai, mungkin minggu depan, atau bulan depan Ummi pasti ke rumah pakde". jawab Ummi.

"Halaaah, wong ngambil sebentar saja kok. paling gak sampai lima menit". katanya, dengan sedikit maksa.

"Maaf pakde, tamu Ummi disebelah, kasihan nunggu."

"disebelah mana?, disamping itu siapa yg mantu, kok banyak sekali mobil dan banyak bus parkir disitu. pasti yg kawin itu pejabat ya?.  Makanya cari jodoh itu jangan asal dapat.  Cari yg kaya, biar acara pernikahannya seperti yg disebelah.".  Kata pak Darjan sedikit menggurui.

" Ooooooooo, yg disebelah itu jg tamu undangan yg hadir diacara pernikahan Ummi.  Mrk datang dari kota.". kata Ummi.

Mendengar jawaban Ummi, pak Darjan kaget, tp dia berusaha untuk menutupi rasa kagetnya.
Berbeda dg bu Soimah.   Mulutnya sampai melongo mendengar apa yg dikatakan Ummi.

Tak lama kemudian Pak Tjandra menghampiri Ummi. pak Tjandra sengaja berpura-pura tidak mengenal pak Darjan dan berkata :
"Sayang, itu tamunya kok ditinggal?, mrk mencarimu. Suamimu jg nyari kamu tuh".

"Maafkan Ummi ya pakde. Terpaksa Ummi gak bisa nemenin pakde ngobrol. Ummi tinggal dulu ya".

Setelah Ummi pamit pd pak Darjan, ia meninggalkan pamannya untuk menemui para undangan.

Merasa gak ada yg memperhatikan. pak Darjan dan istripun pulang.

"Yuk pak kita pulang. Rencana kita hari ini gagal total". Kata bu Soimah dg rasa yg sangat kecewa.

"Sudah, gak usah kecewa. Ummi kan sudah janji mau ke rumah kita untuk menyerahkan semua sertifikat tanahnya. Tp yg aku heran. Kok tamunya Ummi bisa sampai bawa mobil dan rombongan bawa bus. Apa calon suami Ummi Jendral, atau anggita DPR, atau pengusaha kaya?"

"yo gak tau aku pak. kenapa tadi gak tanya?". jawab bu Soimah sedikit monyong.

Sesampainya di angkot, pak Darjan dan istri cuma duduk diam kayak patung setengah jadi.

Melihat penumpangnya diam membisu. Supir angkot menceritakan pengalam yg mengesankan.

"Ini baru namanya, orang kaya beneran. Tidak sombong, ramah, baik hati, perhatian. Jadi gak heran kalau tamunya sampai membludak. Tujuh hari sebelum acara pernikahan, tamunya sudah datang dan pergi dari beberapa desa, sajian makanannya tinggal pilih dan mengambil sendiri sekuat perutnya". Belum selesai cerita, pak Darjan memotongnya.

"aaaaaah, biasa saja. Gak ada yg istimewa.  Kamu aza yg Sok tau kamu".

"lho, beneran kok. Saya tadi ngobrol lama sama kakaknya mbak Ummi. Krn penasaran, saya td tanya tentang banyak hal. Bahkan saya diajak makan bareng sama mereka. Ternyata orang yg kaya beneran itu gak semua sombong dan angkuh ". Lanjutnya.

Kita tinggalkan pak Darjan, bu Soimah beserta supirnya.

Acara sudah dimulai. dipandu oleh MC yg memiliki multi talent. Bang Acil sang penyiar radio yg fenomenal dan Presenter Ayu dan berparas lembut. Tia Angginata.
Kata sambutan dr tuan rumah sudah.  Sambutan ketua Panitia sudah.  selesai.

"Para undangan yg berbahagia,  sesi  Door prize, sebentar lagi kita mulai ". Kata Bang Acil

"Dua puluh, tiket wisata ke Bali+ penginapan.  masing-masing untuk dua orang + Uang Bekal buat beli oleh-oleh". Lanjut  Tia Angginata.

Suasana menjadi semakin hangat, ketika Raja dan Permaisuri diminta untuk Menceritakan Perjalanan Cintanya hingga menuju ke pelaminan.

Setelah mencium keningnya, si Jo memberi kesempatan permaisuri tercinta untuk bercerita kisahnya terlebih dahulu.

***********BERSAMBUNG.....

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience