Part 47

Family Series 5583

"Badan Radit panas Ma," kata Ummi

"Ya, biasa, habis imunisasi memang begitu. Coba mama yang gendong." Pinta sang Uti baru.

"Ambilkan daun bawang merah, remas, remas kasih sedikit jeruk nipis dan campur dengan minyak kelapa sedikit." Pinta mama indah. Maklum ini anak pertama, buat Ummi. Kepanikan nampak terlihat jelas diraunya, bergegas ia ke dapur, meracik apa yang mama indah katakan.

“Ma, ini sudah. tapi karena Ummi gak pernak memakai masako, jadi Ummi ganti dengan garam, penyedap rasa dan gula sedikit.” Mendengar itu, mama Indah jadi gak bisa menahan ketawa.

“Ndok, memang kamu mau masak apa, lha wong buat Radit badannya panas kok dikasih penyedap rasa.” Ummi Pun tersenyum, dan sedikit bingung. “Tadi Ummi juga sedikit bingung, Ma.. wong badan panas kok dikasih penyedap rasa. mungkin ini resep orang jaman dulu, ya sudah Ummi turuti saja.” Sementara itu panas Radit kian meninggi, tapi mama indah berusaha untuk tidak panik. “Ya sudah jaga anakmu, biar mama yang bikin.” Segera ia pergi ke dapur.

Tak lama kemudian dia gosok seluruh badan radit dengan daun bawang merah yang dicampur sedikit minyak kelapa dan jeruk nipis. Radit Pun bisa tidur pulas. dipandangi cucu pertamanya, yang mengingatkan pada masa kecil si Jo. dia juga mengalami kepanikan seperti yang dialaminya kala itu.

“Nah, biar radit bobo sama Mama saja. sekarang dia sudah nyenyak tidurnya, kamu kembali ke kamarmu saja sana.”

Ayam berkokok bersahutan. burung sudah mulai pating cruit dengan kicaunya. sang mentari mulai mengintip perlahan namun pasti menyinari sekitar. Radit Pun mulai membuka suara melantunkan lagu tanpa kata dan sesekali terdengar keras. “mamamamamamamamamama”. pertanda sudah mulai sehat.

“Ma, jam berapa nanti ke BKIA untuk memeriksakan Radit?” 

Dengan senyum sang mama melirik Radit sambil berkata.”Tuh liat.”

Radit sudah duduk dan bermain. “Lho, tadi aku kok gak liat anakku?” Pikirnya. Wajah ceriah Ummi nampak jelas dirautnya. melihat buah cintanya sudah sehat. “Hampir semalam aku kasih daun bawang merah penyedap rasa.” Pikirnya.

*******

Sementara itu di pinggir pantai Kuta, 

Imron dan Sari asik menggali pasir dan nyemplung ke dalamnya. “Diam di situ, mbak Tutup sama pasir ya, nanti mbak foto.” Kata Mirna, Atun hanya duduk melihat mereka bertiga berria-ria dengan pasir di pantai itu. Imron dan Sari tinggal kepalanya yang terlihat.

“Mak, sini. Tolong kami bertiga ambil gambarnya.” Sambil tersenyum sang mamak menuruti apa yang diminta oleh Mirna. setelah mengabadikan setiap momen, mereka kembali ke hotel. karena matahari mulai panas. “Nanti sore kita berfoto-foto lagi disini saat matahari mulai terbenam.” Kata Mirna.”Asik, adik jadi gak sempat main lego ya mbak, soalnya asik main di pantai.” Katanya. mereka bertiga tersenyum, Sari mengelus kepala Imron sambil bertanya. “Suka.?”  adinya mengangguk sambil menunjukkan kedua jempolnya. 

Tepat di depan mereka menginap ada Rumah makan. “Tuh kita sarapan di sana, karena pada belepotan penuh pasir kita mandi dulu. baru nanti sarapan.” Kata Sari. Dituntunnya Imron masuk ke hotel berharap mereka bisa selesai mandi duluan. 

Kedua anaknya Mirna dan sari memang berusaha menghibur hati sang mamak. Namun tetap saja, tubuhnya memang ada sedang lancong ke Bali, tapi pikirannya masih tertinggal di rumah. Mengetahui hal itu, Sari langsung saja berkata dengan ceplas-ceplos. "Wis tho mak.. lalekno uwong sing sengaja gak ngreken. Lek perlu tinggalen rabi maneh. E jangan.. males ntar aku jadi serumah sama bapak tiri nggak.. nggak.. nggak ah."

(Sudah lah mak, lupakan orang yang memang sengaja melupakan kita)

Mendengar nasehat anaknya yang konyol, mak Atun tersenyum.

"Mending kita besok ke Kintamani saja. Camping di sana. Tidur di tenda. Asik." Mirna berusaha mengalihkan pembicaraan. Dia tau Sari paling gak suka ribet. Mendengarkan ide kakaknya dia langsung protes: "Nggak ah…ngapain jauh -jauh kesini kalo cuma mau tidur di tenda.

“Mbak, ayo, kita ke pantai kuta mainan pasir yuk?”  Pinta Imron sambil membuka pintu.

“Ini sudah jam berapa dik? beso sajalah. nanti pulangnya, saat kita menuju ke mobil banyak anjing berkeliaran disana, mbak takut aah,” kata Sari. mendengar jawapan si kakak, Imron masuk kembali dan menutup pintu.

Saat itu, Sugeng bersama Renna keluar dan melewati sepan karar mereka. Ternyata saat itu Hotel tempat Sari beserta kakak, mamak dan adiknya, bersebelahan dengan kamar Sugeng dan Renna.

“Pa, kita maem di mana?” Tanya Renna.

“Katanya Mama kepingin ayam betutu, ya kita pesan taxi, ada tempat terkenal dengan Ayam betutunya,” jawab Sugeng sambil mengelus perut Renna. Saat mereka berdua masuk kedalam taxi, Sari keluar mengentaskan Imron membelikan ice cream di seberang jalan.

tak lama kemudian Imron dan Sari kembali ke kamar hotel.

Dengan wajah ceria, si Imron memamerkan apa yang mereka beli di supermarket, mulutnya belepotan dengan ice berkata, “Mak, enak kalau ke Bali, pengen apa tinggal ngambil, coba liat adik bawa segini banyak gak pakai uang,” katanya bangga.

“Ya, memang yang punya toko itu temannya kak Sari, ya gratis,” jawab mak Atun, sambil selonjoran  di bed. Mirna tengkurap, sambil menopang dagu, serta menekuk kedua kakinya berkata: “Mumpung di Bali, minta apa saja pasti dibelikan oleh mbak sari, makanya kalau di rumah jangan membantah, kalau dinasehati sama mbak Sari,” kata Mirna. Imron mengangguk-angguk sambil memandangi Sari. tak  seberapa lama, mereka bertiga terlelap, karena seharian penuh jalan-jalan.

“nduk yuk nyari udara segar,” bisik Mirna kepada sari yang memang baru saja tertidur. “Ah, males, mbak saja dah, Sari pengen tidur,” jawabnya, kemudian menarik selimut dan sembunyi dibaliknya. Mirna mengambil ponsel, kemudian perlahan-lahan keluar, menuju supermarket dan duduk disana.

Seperti biasa, Mirna kalau sudah ngobrol sama sahabat karibnya lewat telpon, hingga berjam-jam. Gak tau apa yang mereka bicarakan. “Sebentar mblo, nanti aku hubungi lagi,” ditutupnya ponsel, Mirna berlari dan dan hampir saja tertabrak mobil.

Tiiiiiiiiiiin tiiiiiiiiiiiiiiin.

Suara klakson membuat orang disekitarnya menoleh, saat itu Renna dan Sugeng baru saja turun dari taxi, ikut menoleh pada sumber Suara, awalnya si Sugeng hanya berfokus pada mobil yang hampir saja menabrak seorang wanita, sedang Renna matanya tertuju pada Mirna.

“Pa, itu anakmu Mirna,” katanya perlahan, sambil menggoyang tangan si Sugeng.

Saat Mirna tepat di depan mereka berdua, tanpa basa-basi meski berusaha menahan emosi.

“Mbak, ajak orang ini, pindah ke hotel lain, mamak sama anak-anak nginap di hotel ini,” tanpa menunggu jawaban Mirna kembali menyebrang dan duduk di tempat semula.

mirna ingin marah tapi tak tau harus mengawali dari mana, yang pasti dia sang bapak yang sejak kecil menjadi idolanya, bahkan sejak  dulu dalam hatinya selalu berkata “Jika nanti aku memilih seorang suami, kriterianya ada dalam diri sang bapak”  tapi kini membuat dia terluka.

disisi lain, Renna ingin bertemu dengan Mirna untuk menjelaskannya, tapi si Sugeng calon bapak dari anak yang dikandungnya, melarang dan mengajak pindah dari hotel itu. Renna menangis, menyesali apa yang telah terjadi, tapi itu percuma sudah terlalu jauh melangkah, untuk kembali kepada orang tuanya, jelas masalah akan menjadi lebih panjang dan rumit.

Memang sempat dulu menyadari dan berusaha lepas dari si Sugeng, tapi cinta lebih besar dari logikanya saat itu, hingga dia kembali lagi dalam pelukan sugeng, apa lagi setiap hari memang bertemu dalam satu pabrik.

Kembali pada Mirna. Karena ditunggu tidak telpon lagi, Asia menghubungi Mirna: "Say lama buanget gak telpon memang dirimu," belum selesai bertanya, Mirna memotong.

"Dengar dulu gak usah bicara."

*Ya,oke tunggu sebentar," jawab Asia kemudian telepon dimatikan.

"Hallo…hallo…hallooo,"

"Iya, ada apa, ini aku dibelakangmu," jawab Asia.

Melihat Asia berada di belakang Mirna, sontak dia jingkrak-jingkrak kegirangan, saling berpegangan tangan, melompat kecil  terus melompat kegirangan. Hingga mengundang perhatian orang disekelilingnya. Sesaat kemudian berpelukan, mengulang entah berapa lama.

"Stop.. stop..stop, lihat sekeliling kita," bisik Mirna. Asia pun langsung menutup mulut dengan kedua tangannya, merasa malu dilihat banyak orang. "Yuk ngobrol di pinggir pantai Kuta saja," bisik Asia, Berdua jalan perlahan gandengan tangan sambil diayun-ayunkan.

"Lewat sini lebih dekat," pinta Asia.

Sesampainya di pantai itu, berdua duduk di tembok pembatas antara pantai dan jalan raya yang memang tidak terlalu tinggi itu. Mirna menceritakan, kejadian yang menyakitkan itu.

"Orang yang selama ini, menjadi kebanggaan dan menjadi tolak ukur suatu saat nanti aku menikah, ternyata," Mirna tak mampu untuk melanjutkan. Sesekali ia menyeka air mata, mengayunkan kaki, hingga kedua tumitnya menyentuh tembok dibawah tempat dia duduk dan berulang. Kedua tangan menjadi tumpuan badannya. Asia merangkul.sesekali jemari tangan menepuk badan Mirna. Kali ini Asia menjadi pendengar setia atas curhatan Mirna.

Asia  adalah teman Mirna satu-satunya yang memiliki bukti semua sepak terjang Sugeng orang tua Mirna, dia menunggu instruksi dari Mirna. Seandainya sejak dulu diijinkan, Sugeng sudah dipecat oleh pemilik pabrik itu, atas kecurangan yang dilakukan.  bahkan Asia juga punya banyak memiliki  bukti tentang hubungan gelap mereka berdua. Sering Mirna dapat kiriman foto Sugeng bersama Menna mesra. tapi Mirna tak tega, karena dampaknya terhadap keluarganya dan Mirna saat itu gak siap jika sampai orang tua mereka bercerai.

"Ini sih sudah keterlaluan ndok, sudahlah kamu duduk manis saja, biar aku yang menyelesaikan dan memberi pelajaran terhadap si Sugeng brengkes itu, biar tau rasa dia,* kata Asia dengan emosi.

"Tapi mblo, bagaimanapun dia orang tuaku,"

"Tanpa si Sugeng Gemblong itu, kalian juga sudah mapan kok!!" Asia semakin geram..

"Sudahlah, sekarang kalau sudah sejauh ini, aku gak perlu mendapatkan izin darimu… aku punya cara. Tunggu saja nanti," tambahnya.  Asia kian emosi  saat wajah sugeng, menempel dalam ingatannya. dengan meremas kepalan tangan kirinya sendiri, ia melampiaskan emosinya. 

"Mblo," panggil Mirna sambil memandang Asia yang nampak emosinya kian memuncak. Panggilan Mirna tak terhiraukan.

-Bersambung-

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience