Part 45

Family Series 5583

Siang itu, saat Sari sedang belanja kebutuhan mingguan untuk stock barang dagangan di warung yang kini dikelola bersama kakaknya. Dilihat mobil sang bapak diparkir di sebuah rumah. Namun hingga si Sari pulang belanja. Mobil itu masih terlihat disana. Segera dia berhenti dan parkirnya mobil yang dia bawa. Lalu berjalan mengawasi dari kejauhan. 

Satu jam Sari mengawasinya, namun belum ada tanda-tanda keluar dari sana. Mengingat Sari membawa belanjaan, akhirnya dia memutuskan untuk pulang. Dalam hatinya berkata: "Mulai besok saat ada waktu akan kuselidiki kenapa mobil bapak berada disana." Pikirnya penuh kecurigaan.

Sesampainya di warung dan selesai menurunkan dagangan. Ia bermaksud untuk menceritakan kepada kakak perihal mobil sang bapak, namun kesibukan di warung. Menyebabkan ia gagal membicarakan hal itu.

Sore menjelang warung tutup, sang kakak sedang menghitung pendapatan, dan Sari mengecek barang-barang yang habis. 

“mbak capek?”

“Hmmm.. kenapa?”

“Enggak cuma tanya.”

“mbak kami pamit pulang.” Kata salah satu pegawai yang membantu di warung itu.

“Sebentar mbak, tunggu.” Kata Mirna, kakak Sari. “Gak diambil sekalian gajinya, daripada nunggu besok harus kesini lagi. Besok kan tutup warung kita?”

“O iya, lupa besok tutup ya. yo wis tak ambil saiki waelah mbak.”

“Yo wis tunggu sebentar, atau kalau keburu-buru yo wis tak kasih gajian bulanane wae yo, besok atau hari senin baru tak kasih bonusane, piye?”

“Ya, wis tak ambil gajiane saja dulu, bonusnya seperti biasa tak kumpulin disisi saja. buat nanti lebaran. Seperti biasa.” Kata mbak Endang si endut yang rumahnya di seberang jalan, pegawai senior sekaligus tukang masak. Pegawai Senior yang paling rajin datangnya, yang lain jam 7, dia kadang kalau pas panen jam 4 subuh sudah datang. jadi gak heran setiap kali dapat bonusan lumayan. seperti dua tahun kemarin bisa membelikan motor kedua anaknya dari bonus dan uang tambahan lembur yang dikumpulkan dan diambil tahunan.

Melihat si endut berhasil membeli dua motor dari bonus yang dititipkan kepada Juragannya, maka semua pada ikutan dan meniru jejak bu Endang gendut.

“Ya, sudah mbak aku pamit, matur nuwun, sampai ketemu hari senin mbak.”

Setelah mereka pulang semua dan tinggal mereka berdua.

“Mbak habis ini anter Sari ya.” Pinta Sari manja.

“Aduh dik kamu kan sudah biasa bawa mobil sendiri, lagian mau kemana tho?”

Sari tahu bahwa kakaknya gak bakalan mau, kalau diajak mbuntuti sang bapak, makanya Sari mencari alasan.

“Sendirian gak enak lho mbak, gak ada yang diajak ngomong. mau ya..ya..ya  plis deh mbakku yang cantik?”

“Emang dirimu mau kemana tho?”

“Ini kan weekend tho mbak, berarti kan Sari dapet gajian. jadi waktunya Sari berbagi sama mamak. Sari pengen belikan bawahan yang semi jas, biar kalau datang ke kondangan gak itu-itu terus yang dipakai. saatnya mamak tampil sesuai status sosial, yang pasti bukan untuk bukan untuk pamer.”  Sejak kecil si Sari memang momongan Mirna, dia gak bakalan tega kalau adik ceweknya menangis. memang sekarang sudah pada gede dan Sari bukan anak kecil lagi. tapi kalau sudah merengek Mirna sudah gak bisa menolak permintaanya.

“Mbak, Sari baru CLBK sama cinta pertama Sari.” Kata Sari saat di perjalanan.

“Hmmm.”

“Kok cuma, hmm?”

“Terus, mbak harus nangis terharu gitzhu?, gak mau lah.”

“Tapi dia sekarang sudah bekerja, sambil kuliah lho mbak, di desain grafis.” Kata Sari meyakinkan si kakak.

“Cinta murni itu bukan melalui kata, tapi dengan wujud nyata.” Kata Mirna sambil fokus setir mobilnya.

“mbak!, coba berhenti sebentar.”

“Ada apa?”

“Mobil bapak diparkir di sana?”  Dalam hati Mirna: “mbak sudah tau dari dulu.”

“Berhenti sebentar.” Rasa penasaran Sari membuat dia mendatangi mobil si Bapa. dan kebetulan ada seseorang yang sedang mengetas cucian.

“Buk, numpang tanya. apa mobil ini sering parkir disini?”  sang tetangga cuman mengangguk.

“Yang punya kira-kira rumahnya yang mana.”

“Itu mbak yang kelihatan dari sini itu,”  

“Terima Kasih mbak, pamit dudu.”. melihat Sari menuju rumah yang diketahui oleh Mirna adalah rumah si Renna Admin di pabrik mama endah. Mirna langsung berlari mengikuti adiknya.

“Wah gawat, bisa perang ini, kalau Sari tau kalau pemilik rumah itu adalah Renna, dan bapaknya juga ada disana.” Pikir Mirna.

“Dik, ngapain kesana?”

“Liat, bapak lagi ngapain?”

“Ngapain ikut campur dengan pekerjaan bapak, dia kan memang sering ngelobi pemilik sawah agar hasil panennya dijual ke bapak. lha itu kan memang tugas bapak dari dulu, kenapa baru sekarang kita ngurusin itu.” Mendengar nasehat si kakak, Sari langsung mengurungkan niatnya untuk menggedor pintu yang ditunjukkan oleh tetangga yang tempatnya dipakai oleh Sugeng memarkir mobilnya. 

Sugeng tahu persis kalau parkir mobil bakal banyak yang tau. tapi Sugeng sudah pasti tak ada disana. kalau Sugeng nginap di rumah Renna, mobilnya bukan disana melainkan dibelakang rumahnya sendiri. di tanahnya sendiri dan jauh dari jalan raya.

………………………..

Atun, memakai dres bawahan warna hijau gelap bermotif batik kekinian kombinasi goresan warna emas dan bunga merah marun tua serta atasan berbahan brokat motif bunga transparan, rambut terurai sedikit bergelimbabang warna pirang kecoklatan, dan menenteng tas pinggang kecil memakai hak tinggi terlihat  sepuluh tahun lebih muda dari usia sebenarnya, bermake up tipis dan bibir bercintu pink muda transparan, sungguh terlihat anggun ditunjang dengan hidungnya yang mancung berbibir tipis, sedikit lesung pipi dan terlihat jelas saat dia tersenyum.

“Ini nick Aslinya mamakku kalau sedikit saja didandani, udah  gak kalah dengan artis hollywood.” Puji si Sari, saat mau pergi ke kondangan di desa sebelah. 

“Mamak yang setir mobil ya?”  Canda Sari sambil tersenyum manis.

“Ntar kalau mamak  yang bawa mobil, anak mamak gak kebagian cocok ganteng, soalnya pada jatuh cinta sama mamak.” Jawab Atun sambil membuka pintu mobil.   

“Mbak, biar Sari yang anter mamak, Mbak Mirna yang temenin Imron di rumah.” Pinta Sari

“Baik tuan putri, hati-hati di jalan. Jangan sampai Mamakku hilang digondol Orang.” Pesan Mirna sambil ketawa. 

Saat mobil telah berlalu, pikiran Mirna langsung tertuju pada masalah yang dihadapi rumah tangga kedua orang tuanya. Dia tahu sepak terjang bapaknya yang mungkin mengalami puber kedua, atau tingkat ekonomi yang mulai menanjak, penghasilan sudah mulai merangkak menuju titik aman, yang membuat perubahan.  Dulu sang bapak adalah sosok yang sangat perhatian terhadap keluarga, bahkan sebelum kejadian ini, bapak adalah panutan, kebanggaan si Mirna, sampai-sampai Mirna kepengen “Seandainya aku memilih pasangan hidup dia kepingin seperti sosok bapaknya”. Tapi kini sang idola telah mengikis keinginan semula. 

“Memang tak ada manusia yang sempurna.” Pikirnya kemudian melangkah masuk menuju ruang santai.

“Nang, adik sudah maem, kakak suapin ya?” Imron mengangguk, namun tak melihat kepada Mirna, karena sedang asik dengan mainan baru, yang dibelikan Mirna. Imron sendiri sejak kecil memang sangat nurut hanya sama Mirna, apapun yang kakaknya sampaikan tak pernah membantah, beda kalau dengan yang lain. Saat Mirna selesai nyuapin si Imron, Sugeng sang Bapak datang. “Pak, adik punya mainan baru dibelikan sama mbak Mirna, sama mbak Sari, ini mainan bongkar pasang Lego namanya.” si Sugeng menghampiri sejenak kemudian berlalu sambil berkata: “ Ya sudah, bagus itu,” lalu pergi meninggalkan Imron.

“pak ayo main bareng yuk,” teriaknya. “Main sendiri bapak sibuk nyari uang buat kamu.” Teriaknya. setelah selesai ganti pakaian rapi, kemudian pergi lagi. melihat sang bapak seperti itu, Mirna hanya iseng bertanya. “Bapak mau pergi lagi ya.”

“Ini urusan orang tua.” kemudian bergegas menuju mobil, kemudian tancap gas. Nampaknya si Sugeng terburu-buru. Sebenarnya Mirna tau bakal kemana, namun sekali lagi dia tak mampu berbuat banyak, menghadapi tingkah sang bapak. dalam hati Mirna berkata: “Bapakku si tukang bangunan lebih peduli, daripada sekarang yang kemana-mana membawa mobil pribadi”.

kemudian menemani si Imron main bongkar pasang. “Coba liat mbak mau bikin pesawat terbang dari lego ini.”

“Emang bisa?”

“Ya bisalah, kan ada contoh di gambar.” si Imron memperhatikan kakaknya yang sedang memasang satu-persatu hingga. “Ngang…..Lho bisakan.” kata sang kakak sambil memperagakan hasil rakitannya.

“Mbak Mirna memang hebat.” Puji Imron sambil mengacungkan kedua jempol tangannya.

Sementara itu disisi lain. bu Atun dan Sari berpamitan kepada kedua mempelai. Saat bu Atun dan sari masuk ke mobil. Sugeng dan Renna baru saja parkir tak jauh dari mobil yang dibawa oleh anak dan istrinya.

“Itu, Sari sama mbak Atun.” Kata Renna sambil menoleh kebelakang. Si sugeng tidak merespon apa yang dikatakan calon istri barunya, ia menarik kunci mobilnya kemudian keluar.

“Mana?” 

“Sudah lewat, barusan.” Jawab Renna.

Dalam acara itu, mama Indah, Si Jo dan Ummi ternyata datang keundangan itu. melihat mereka bertiga juga hadir disana, Sugeng langsung berbisik. “Kalau nanti ditanya jangan bilang sama aku.” kemudian dia cepat-cepat pergi ke kamar mandi.  

“Itu mbak Renna, Ma.” Kata Ummi, kemudian mereka bertiga menghampirinya.

“Sama siapa Non?” Tanya mama Endah.

“Sama Calon suami ma, tapi dia masih ngobrol sama teman lamanya di luar.” Jawab Renna.

“Ya sudah kami duluan ya, soalnya si kecil tak tinggal di rumah sama Opa,Oma nya.”

“Iya Ma, hati-hati di jalan.” Dilihatnya ketiga majikannya sudah pergi. Si Sugeng langsung menemui Renna.

Sementara itu, di tempat lain dalam waktu yang bersamaan, saat Mirna sedang asik menemani Imron. ada WA masuk, dan dibukanya. “Sudah kuduga.” Katanya lirih, ketika melihat kiriman dari sahabat karibnya, yang juga tidak ingin kedua orang tua Mirna berantakan karena ada pihak ketiga.

……………………..Bersambung

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience