BAB 27

Romance Completed 15523

“Cinta itu memilih. Memilih dari dua yang paling berarti : dia yang
berjalinan darah denganmu, atau dia yang sedang mengandung darah
dagingmu?”/7
*****

Mereka berdua bertatapan dengan cemas dan wajah pucat. Saira sendiri
begitu cemas, suaminya memperlakukannya dengan buruk dan sekarang dia
hamil, hamil bukan dari buah cinta perkawinannya tetapi dari pemaksaan
yang dilakukan suaminya kepadanya.

Akan seperti apakah Leo memperlakukan anaknya nanti? Sementara dia
memperlakukan Saira seperti ini? Bagaimanakah anak ini akan tumbuh dan
besar? Akankah Leo memperlakukannya dengan buruk?

Tiba-tiba insting ingin melindungi anaknya tumbuh dari benak Saira, dia
langsung merangkulkan lengannya dan memeluk perutnya dengan waspada.
Kalau Leo ingin menyakiti anak dan bayinya, berarti dia harus berjuang,
kemarin Saira pasrah dan menyerah karena dia merasa dirinya sebatang
kara, sekarang dia mempunyai seorang bayi yang tumbuh di dalam rahimnya,
dan dia harus berjuang melindungi anaknya.

“Kau harus ke dokter.” Leo memandangi Saira yang memeluk perutnya sambil
mengernyit, “Kita ke dokter sekarang.”

“Aku bisa pergi sendiri.” Saira tiba-tiba ingin menjauhkan Leo sejauh
mungkin dari calon anaknya. Dia tidak percaya kepada Leo.+

“/Sekarang/, Saira.” Leo menggeram merenggut lengan Saira dengan kasar,
ketika melihat Saira mengernyit dia langsung melepaskan pegangannya
tampak bingung harus berbuat apa, “Pokoknya ikut aku.”

Saira memegangi lengannya yang sakit, sekilas melihat kebingungan yang
muncul dari tatapan mata Leo dan menarik kesimpulan. Leo tampak sama
bingungnya dengannya, lelaki itu sepertinya tidak mengira keadaan akan
seperti ini. Kemudian dia menghela napas panjang dan memutuskan untuk
mengikuti kemauan Leo. Lagipula dia ingin memastikan keadaannya di
dokter. +

Dengan langkah ragu, dia mengikuti Leo memasuki mobil hitamnya yang
besar itu, dan duduk di kursi penumpang di sebelahnya. Sepanjang
perjalanan mereka tidak bercakap-cakap, hanya diam dan sibuk dengan
pikirannya masing-masing.+

***+

“Kantong kehamilannya sudah kelihatan, dan hasil tes /lab/nya positif,
usia kandungannya sudah enam minggu.” Dokter perempuan itu tersenyum,
“Selamat nyonya.”

Saira membalas senyuman dokter yang ramah itu dengan gugup, sementara
Leo sendiri tampak pucat pasi menerima kepastian kabar itu.

Ini pasti bukan yang diharapkan lelaki itu.

Saira menatap ekspresi shock Leo dan menghela napas panjang. Tetapi
dia benar-benar hamil. Dengan lembut dielusnya perutnya, penuh kasih
sayang. Dia tidak tahu bagaimana caranya menjadi ibu, tetapi yang pasti
dia akan menjaga anak ini sepenuh hatinya. Matanya bersinar penuh
sayang, karena kehadiran anak ini, dia tidak sebatang kara lagi.+

Saira mengangkat kepalanya, dan matanya bertatapan dengan Leo yang
sedang mengamati perutnya. Lelaki itu lalu menatap mata Saira dan
mengalihkan pandangannya. Ekspresinya tidak terbaca.+

***

Setelah mengantarkan Saira pulang, Leo langsung pergi lagi, setengah
mengebut dia menuju rumahnya yang ada di pinggiran kota. Menuju Leanna.

Rumah besar bercat putih itu tampak lengang, ketika Leo memarkir
mobilnya di halaman dia merenung dan menyadari bahwa selalu ada nuansa
sedih di dalam rumah ini. Suasana sedih yang menggayuti hatinya.+

Dia melangkah menaiki tangga menuju kamar Leanna, rumah tampak sepi
karena masih siang hari. Mungkin Leanna sedang tidur siang dan para
pelayan sedang sibuk menyiapkan hidangannya di dapur.

Dengan hati-hati, dibukanya kamar adik kembarnya itu, dilihatnya Leanna
sedang tidur pulas. Tetapi rupanya Leanna menyadari kedatangannya,
matanya terbuka, meskipun hampa dan kosong, tetapi menunjukkan kalau dia
sudah bangun.+

“Hai sayang.” Leo memang selalu memanggil Leanna dengan panggilan
sayang, sebagai bentuk kasih sayangnya kepada adiknya, “Apa kabarmu?”

Leanna yang masih berbaring menjulurkan tangannya ke arah suara Leo dan
tersenyum, “Kangen.”

Leo duduk di pinggir ranjang dan menggenggam tangan adiknya. Kadangkala
ketika kondisi Leanna sedang baik, dia bisa diajak komunikasi dengan
lancar, meskipun hanya sepatah-sepatah kata.

“Aku juga merindukanmu.” Hati Leo terasa perih melihat kondisi Leanna
yang terbaring tak berdaya, seketika pikirannya melayang ke arah Saira,
Saira yang sedang mengandung anaknya. Akankah dia jadi seperti ayahnya?
Mengkhianati Leanna karena Saira? Jantung Leo serasa direnggut dan
napasnya terasa sesak, “Maafkan aku.” Suaranya berubah serak, “Maafkan
aku Leanna. Tetapi aku tidak bisa melukai Saira lagi... dia.. dia
mengandung anakku, dan aku... aku tidak mungkin menyakitinya, aku.. aku
telah jatuh dalam perasaanku sendiri.” Suara Leo tercekat, menatap
Leanna yang masih memasang eksrpresi kosong, “Maafkan aku Leanna, aku
jahat sama seperti ayah. Aku mengkhianatimu karena telah kalah dengan
perasaanku sendiri.. maafkan aku Leanna, maafkan aku....”+

Suara Leo yang penuh kesedihan dan keputus asaan menggema di kamar yang
sepi itu, dan tidak ada jawaban dari Leanna.

Bahkan Leo tidak tahu apakah Leanna mengerti kata-katanya atau
tidak.....

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience