BAB 33

Romance Completed 15523

Sementara itu, tanpa Saira sadari, Leo tengah berdiri di ambang pintu
kamar yang terbuka sedikit, Tadi Leo memutuskan untuk menemui Saira dan
berkompromi demi anak mereka, dia akan meminta maaf kepada Saira dan
membuat Saira mau tinggal dan mempertahankan pernikahan mereka.+

Tetapi ketika baru sedikit membuka pintu kamar Saira, dia mendengar
percakapan itu, rencana melarikan diri Saira yang disusunnya bersama
Andre.

Leo meradang, panas oleh kemarahan yang tidak dia sadari oleh karena
apa. Berani-beraninya Saira merancang cara untuk pergi darinya dan
tidak menghiraukan ancamannya? Dan juga perempuan itu menyusun
rencananya dengan Andre? Apakah kecurigaannya benar? Bahwa Andre dan
Saira sebenarnya menjalin hubungan lebih? Saira memang pernah mengatakan
bahwa Andre adalah gay, tetapi Leo tidak mungkin percaya begitu saja.
Apalagi dengan kenyataan di depannya bahwa Saira selalu menghubungi
Andre diam-diam seolah-olah tidak bisa lepas darinya.+

Dada Leo terasa panas. Dia harus melakukan sesuatu untuk memberi
peringatan kepada pasangan itu!

***

Hampir dini hari ketika ponsel Saira terus menerus berbunyi, tidak mau
menyerah sampai Saira terbangun dan membuka mata.

Saira masih mengantuk, dia membuka matanya dengan lemah, dan meraba-raba
ponselnya yang terus berbunyi dengan berisik, tanpa melihat siapa yang
menelepon, Saira mengangkatnya sambil masih memejamkan matanya,+

“Halo?” suaranya serak, tertelan oleh kantuk.

“Saira!”itu suara Andre, terdengar panik dan bingung, di belakangnya
tampak riuh rendah suara manusia, “Rumah kaca... rumahmu... terbakar!”+

Kata-kata itu sanggup membangunkan Saira begitu saja, bagaikan guyuran
air es yang menyiramnya langsung, dia terduduk dengan pandangan nanar,
“Apa?”+

“Rumahmu terbakar, kami sedang berusaha memadamkannya dengan swadaya
sambil menunggu petugas pemadam kebakaran...” napas Andre tampak
terengah, “Apinya.. apinya sangat besar.”

“Oh Tuhan...” Saira membayangkan tanaman-tanaman kesayangan mamanya,
yang dirawatnya dengan penuh cinta seperti anaknya sendiri, dan seperti
anak Saira sendiri pula, dia membayangkan api yang melalapnya dan
wajahnya pucat pasi.

“Aku.. aku akan kesana,” dengan panik Saira berdiri, merasakan perutnya
sakit seperti di remas, tetapi dia berusaha mengabaikannya, dengan panik
dia mencari-cari jaketnya dan memakainya, kemudian dia melangkah keluar
hampir menangis.

Dia bingung harus bagaimana. Rumah besar ini tampak sunyi senyap, tanpa
suara. Tetapi Saira begitu panik, dia kemudian memberanikan diri dan
mengetuk pintu kamar Leo, semula tidak ada jawaban sehingga Saira
mengubah ketukannya menjadi gedoran, sambil memanggil-manggil nama Leo,+

Pintu terbuka tak lama kemudian, dan Leo yang sepertinya baru bangun
tidur dengan rambut acak-acakan, membuka pintu dengan wajah cemberut,
“Ada apa?” gumamnya ketus, tetapi kemudian ekspresinya berubah ketika
melihat Saira menangis dengan tubuh gemetaran, dipegangnya kedua pundak
Saira menahan gemetaran gadis itu, “Ada apa Saira?” suaranya berubah
cemas.+

Saira mengangkat kepalanya dan menatap Leo dengan tatapan penuh
permohonan, “Rumah kaca... “ gumamnya serak penuh tangis, “Rumah kaca
terbakar... kebakaran...”

Leo mengerutkan keningnya, tetapi kemudian berhasil menarik kesimpulan.
Dia langsung memutuskan,

“Tunggu di sini. Aku akan segera mengantarmu ke sana.”

Hanya dalam hitungan menit, Leo sudah kembali dan tampak rapi, lelaki
itu lalu menggandeng Saira, melangkah cepat ke mobil, dan melajukannya
dengan segera, menuju rumah Saira.

***

Mereka berdua sama-sama tertegun ketika mobil sudah mendekati rumah
Saira. Api melahap dengan begitu besar, menimbulkan cahaya orange yang
mengerikan. Hawa panas tersebar di sana, dan asap hitam membumbung ke
langit. Sementara itu banyak orang berkumpul di sana, sebagaian hanya
menonton dari kejauhan, sebagian tampak berusaha memadamkan api itu
dengan swadaya. Mobil pemadam kebakaran sepertinya baru saja datang,
dengan selang besarnya dan air yang memancar.

Tetapi sepertinya semua sudah terlambat, tidak ada lagi apapun yang
tersisa untuk diselamatkan. Rumah Saira, rumah peninggalan ibunya,
tempat semua kenangan masa kecilnya, sudah hancur dan hangus. Sementara
itu yang tersisa dari rumah kacanya hanyalah kerangka bajanya yang masih
berdiri tegak. Yang tertinggal hanyalah api dan kehangusan.+

Saira masih tertegun shock, sehingga membiarkan dirinya berada dalam
rangkulan Leo, yang juga menatap api itu dengan tertegun.

Tak lama kemudian, Andre datang berlari-lari menghampiri mereka, dia
tampak berkeringat dan coreng moreng oleh noda hitam hangus di pipinya,+

“Saira!” Andre berseru hanya menatap Saira dan sepenuhnya mengabaikan
Leo, tampak sangat menyesal, “Kami sudah berusaha memadamkannya, tetapi
pemadam kebakaran terlambat datang karena kemacetan dan....Saira?”
Andre bergumam panik ketika melihat tubuh Saira oleng dan jatuh, dia
hampir menopang Saira, tetapi kemudian tertahan oleh Leo.+

Lelaki itu menopang Saira ke dalam pelukannya dan melemparkan tatapan
tajam kepada Andre,

“Biar aku saja.” Gumamnya dingin sambil menatap Andre dengan tatapan
mengancam.+

Andre masih tertegun menerima tatapan membunuh dari Leo, dan mengamati
lelaki itu membopong Saira yang pingsan kembali ke mobil.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience