BAB 19

Romance Completed 15523

Yang dilakukan oleh Saira pertama kali adalah mencari informasi. Dia
memasuki ruang kerja Leo diam-diam, yang untungnya tidak dikunci. Para
pelayan mungkin tidak akan mencurigainya, toh dia kan istri Leo jadi dia
berhak berada di mana saja di rumah ini.+

Saira sudah memperkirakan bahwa dia bebas menjelajahi rumah ini sampai
sore. Berdasarkan kebiasaan, dia tahu bahwa Leo baru akan pulang malam
nanti. Jadi Saira punya waktu panjang untuk mencari informasi.+

Sejenak Saira berdiri ragu sambil menatap ke sekeliling ruang kerja Leo
yang besar dan luas, yang didominasi oleh perabot kayu yang maskulin.
Ada rak besar di sudut ruangan berisi buku-buku, dan ada meja besar
ditengah ruangan, dengan lemari kaca di belakangnya. Saira bingung harus
mulai dari mana. Tetapi kemudian dia melangkah menuju meja besar itu dan
memeriksa laci-lacinya, biasanya orang menyimpan hal-hal pribadi dan
rahasia di laci mejanya. Saira hanya berharap bahwa laci itu tidak
dikunci.

Pelan Saira mencoba membuka laci pertama meja kerja Leo, tetapi
terkunci. Dengan kecewa dia mencoba membuka laci yang lain, tetapi
semuanya terkunci. Dia mendesah dan menghela napas kesal. Duduk di atas
kursi besar milik Leo. Berusaha untuk tidak menyerah dan mencoba membuka
laci-laci yang lain. Tetapi percuma karena semuanya terkunci.

Dahinya mengerut, pantas saja pintu ruang kerjanya tidak terkunci. Leo
rupanya sudah memastikan semua berkasnya entah apapun itu, aman terkunci
di laci ruang kerjanya.

Mata Saira memandang sekeliling, selain laci mejanya sepertinya tidak
ada yang bisa diharapkannya, ruang kerja Leo tampak steril. Bahkan meja
kerjanya yang besar dan dilapisi kaca hitam ini bersih tanpa ada
selembar kertaspun di atasnya. Hanya ada kotak berisi alat tulis seperti
pena, penggaris, dan beberapa pensil di sana.

Saira memikirkan tentang kertas, dan terpaku ketika melihat ujung kecil
kertas berwarna putih yang terselip tak kentara di laci nomor tiga meja.
Dia berusaha menariknya, meskipun agak kesulitan. Gerakannya malahan
membuat kertas itu sedikit masuk ke dalam.

Saira mengambil penggaris yang ada di atasmeja dan berusaha
mengorek-korek kertas itu. Semakin lama usahanya semakin membuahkan
hasil, kertas itu bisa ditariknya keluar.

Ternyata itu bukan kertas biasa. Dia tebal dan kaku, itu adalah sebuah
foto. Saira membalik kertas itu dan di depannya, tampaklah foto Leo.
Foto Leo sedang tertawa dan memeluk seorang perempuan yang sangat
cantik, sepertinya mereka sebaya.

Dan mereka berdua tampak seperti pasangan yang sangat bahagia.

***

Leo memasuki rumah mewah di pinggiran kota tempat Leanna dirawat, dia
terbiasa mampir ketika dalam perjalanan pulang dari kantornya, +

Tidak seperti biasanya, Leanna sedang duduk di halaman belakang dan
menatap taman bunga mereka malam itu. Perawatnya menyelimuti pangkuannya
dengan selimut tebal dan memakaikan jaket rajutan yang hangat kepadanya.+

“Hai Leanna, aku datang.”

Mata Leanna tampak kosong, perempuan itu tidak seperti biasanya, dia
tidak bereaksi atas kedatangan Leo.

“Leanna?” Leo mendekat, berlutut di depan kursi roda Leanna, “Kenapa,
sayang?”

Tiba-tiba air mata mengalir dari pipi perempuan itu. Semakin deras dan
semakin deras.

“Leo...” Leanna berbisik lirih, “Leo....” tangisnya semakin keras dan
dia terisak-isak.

Leo mengernyit pedih dan menggenggam tangan Leanna erat-erat, “Sayang...
jangan ingat-ingat lagi, jangan kau ingat lagi...”

Tetapi rupanya Leanna sedang mengingat. Psikiaternya mengatakan bahwa
akan ada fase di mana Leanna akan mengingat semua kenangan buruknya.
Akan ada fase lain dimana Leanna seolah-olah ‘kosong’ tanpa ekspresi dan
tanpa emosi. Dan akan ada fase dimana seluruh emosi Leanna tertumpah dan
dia mengamuk, berteriak-teriak tidak jelas.

Fase yang paling menyedihkan adalah ketika Leanna mengingat kenangan
buruk yang penuh darah itu, menyakiti dirinya sendiri.+

Leanna menangis menutup mukanya dengan kedua tangannya, sampai tubuhnya
berguncang-guncang. Leo tidak tahan melihatnya, dia memeluk Leanna dan
membiarkan perempuan itu menangis di dadanya. Tangis Leanna selalu
membuatnya merasakan kesakitan yang amat sangat, seolah jantungnya
dicabut paksa dan rongga dadanya dipaksa kosong.+

Tangisan Leanna telah menghancurkannya sedikit demi sedikit, menumbuhkan
dendam yang tak bertepi, mendorong Leo sampai di batas nuraninya dan
berbuat kejam kepada Saira. Leo memejamkan matanya dan kenangan itu
membanjirinya, kenangan akan masa lalu menyakitkan yang selalu
menghantuinya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience