BAB 23

Romance Completed 15523

Saira tentu saja tidak bisa untuk tidak menghubungi Andre, lagipula
lelaki itu menghubunginya terus menerus, meskipun Saira masih belum
berani mengangkatnya, tetapi di malam hari, ketika semua penghuni rumah
sudah beranjak tidur, Saira mengunci pintu kamarnya, dan menelusup dalam
kegelapan masuk ke balik selimut, dan menelepon Andre.+

“Saira!” Andre setengah berteriak ketika mendengar sapaan pertama Saira.
“Apa yang terjadi? Kau tidak bisa dihubungi seharian, dan aku sangat
mencemaskanmu. Aku tadi datang ke rumahmu, tetapi pegawai Leo menahanku
di gerbang, tidak memperbolehkanku masuk....kau baik-baik saja?”+

“Aku baik-baik saja.” +

“Kau tidak baik-baik saja.” Andre bersikeras, “Aku sudah mengenalmu
sejak kecil, Saira, kau sudah seperti adik kandungku sendiri, dari
suaramupun aku sudah bisa membaca bahwa kau tidak baik-baik saja...
Apakah Leo berbuat kasar padamu?”+

“Tidak.” Saira memejamkan mata, mengusir air mata yang mulai merembes di
sana, berusaha agar suaranya terdengar tegar. Tetapi ingatan akan
pemerkosaan kasar yang dilakukan Leo kepadanya, dan kemudian ancamannya
pada dirinya serta keluarga Andre membuatnya tidak bisa menahan
tangisnya, suaranya gemetar ketika berucap, “Aku... aku mungkin tidak
bisa ke rumah kaca untuk beberapa waktu...”+

“Saira..” Saira bisa membayangkan Andre meringis di sana, “Kau menangis,
oh Astaga, dia mengancammu ya?”+

“Tidak.. aku tidak apa-apa...” Saira menggeleng-gelengkan kepalanya
meskipun dia tahu Andre tidak akan bisa melihatnya, “Aku... aku hanya
ingin keadaan tenang dulu, semoga nanti aku bisa kembali ke rumah kaca.”+

“Saira, kalau kau tidak tahan lagi, pergilah dari sana, pulanglah kepada
kami, kita akan menghadapinya bersama-sama.”+

Saira sungguh ingin. Tetapi dia tidak bisa, bayangkan akan ancaman Leo
kepada ibu Andre dan adik-adiknya membuat Saira ngeri. Leo akan
membuktikan ancamannya, Saira sudah tahu itu ketika pada akhirnya Leo
tega memperkosanya.+

“Aku tidak bisa Andre.” Dengan perih Saira mengusap air matanya,
“Sampaikan salamku buat semuanya ya... aku akan menghubungimu lagi nanti.”+

Andre masih memanggil-manggil namanya di seberang sana, tetapi Saira
berusaha tidak memperdulikannya, dia menutup teleponnya, lalu menangis,
ditenggelamkannya air matanya di bantal, dia menangis sekuat-kuatnya,
larut dalam kesedihan dan sakit hatinya.+

***

Tidak disadarnya tangisannya itu terdengar ke luar, ke arah Leo yang
tanpa sengaja berjalan dari arah ruang kerjanya, melewati belokan lorong
di ujung, tempat kamar Saira berada.+

Leo langsung tertegun. Terpaku di depan pintu kamar Saira. Tangisan
perempuan itu terdengar sangat menyayat hati, membuat siapapun yang
mendengarnya perih.+

Tiba-tiba saja hati Leo terasa perih, dia berdiri di sana, menunggu
lama, sampai kemudian isakan Saira menjadi pelan dan menghilang dalam
keheningan.+

Gadis itu menangis sampai ketiduran...

Sambil menghela napas, Leo melangkah pergi ke kamarnya.

***

“Kita akan mengadakan pesta.” Kali ini Leo tiba-tiba muncul di ruang
makan, tempat Saira sedang mengaduk-aduk sarapan paginya, tidak berselera.

Saira mengerutkan kening, “Pesta?”

“Ya.” Leo mengangkat dagunya, mengamati Saira dengan pandangan
mencemooh, “Aku sudah menyewa event organizer untuk mengurus pesta
ini, pesta ini kelas atas, biasanya kulakukan untuk menjamu para rekan
bisnisku, akan ada banyak tamu dari kalangan atas.” Mata Leo menelusuri
tubuh Saira dari ujung kepala ke ujung kaki, “Dan ya ampun, belilah
pakaian yang bagus dan berkelas, kau sudah kuberi uang bulanan di
kartumu. Jangan sampai kau mempermalukanku di pesta itu.” Gumam Leo,
sengaja bersikap kejam, lalu meninggalkan Saira yang ekspresinya seperti
habis di tampar.+

***

Leo memang benar, Saira tidak punya baju bagus, dan dia
memang tidak berkelas, yang dilakukan Saira hanyalah berkebun, berkutat
dengan tanah dan pupuk, mengurusi tanaman yang dicintainya – /yang
sekarang bahkan tidak bisa disentuhnya.

Saira memang berbeda dari wanita-wanita berkelas yang dikenal oleh Leo.
Dengan perasaan pedih dan terhina, Saira menghela napas panjang.+

Dilihatnya gaun-gaunnya di dalam lemari, semuanya gaun yang dibeli
berdasarkan fungsinya, bukan dari merk ataupun harganya. Dan dia memang
tidak punya gaun pesta karena memang dia tidak pernah pergi ke pesta.
Ada satu baju pesta berumur lima tahun yang hampir tidak pernah
dipakainya, gaun itu berwarna putih dengan hiasan batu berwarna ungu di
dada dan pinggangnya, tampak begitu sederhana. +

Apakah gaun ini bisa dipakai di pesta yang kata Leo “berkelas’ itu?/+

Matanya melirik ke arah kartu belanja yang diletakkan Leo di meja
riasnya entah kapan. Tergoda untuk memakai kartu itu, berbelanja pakaian
yang bagus dan mahal lalu menunjukkan kepada Leo bahwa dia bisa juga
tampil berkelas dan Leo tidak bisa mencemoohnya. Tetapi dia lalu
menggelengkan kepalanya penuh tekad.+

Setidaknya, kalau tidak bisa melawan Leo, dia bisa memberontak dengan
hal-hal kecil. Saira tidak akan membeli gaun pesta baru. Biarlah dia
memakai salah satu baju pestanya yang lama, apapun yang akan terjadi
nanti, dia akan menghadapinya dengan tegar.+

***

Larut malam Leo baru pulang dari kantornya. Lelaki itu baru pulang
setelah jam sepuluh malam, hampir setiap harinya. Saira hanya bisa
menahan ingin tahunya, benarkah Leo pergi bekerja? Setahunya tidak ada
orang yang bekerja dari pagi sampai jam sepuluh malam, hanya orang gila
kerja yang melakukannya.+

Apakah Leo menghindarinya? Ataukah dia ... menghabiskan waktunya
bersama seseorang?

Perasaan cemburu menggayuti hatinya dan membuatnya merasa pilu. Betapa
menyedihkannya dirinya. Leo sudah memperlakukannya dengan begitu kejam,
tetapi Saira tetap saja masih menyimpan rasa cinta kepada lelaki itu.+

Ketika Leo melihat Saira sedang duduk di sofa depan dan membaca sebuah
novel yang ditemukannya di rak buku, dia berhenti dan mengernyitkan
keningnya,+

“Kenapa belum tidur?” tanyanya.+

Saira menatap Leo dengan pedih, lalu memalingkan muka, berusaha
menyembunyikan ekspresinya,

“Aku sedang membaca buku.”

“Oh.” Leo tampak bingung harus berkata apa, kemudian matanya mengeras
lagi, “Apakah kau sudah membeli gaun?, pestanya akhir pekan ini,
beberapa hari lagi.”

Saira menghela napas panjang, “Aku akan membelinya.”

“Beli yang paling bagus dan paling mahal. Ingat, jangan mempermalukanku.”+

Saira terdiam, hanya menutup punggung Leo yang berlalu meninggalkannya.+

Lelaki itu pasti akan marah besar ketika tahu bahwa Saira tidak menuruti
perintahnya. Yah.... biarkan saja, biar Leo tahu bahwa Saira bukanlah
perempuan lemah yang tidak mampu berbuat apa-apa.+

***

Akhir pekan telah tiba, dan seluruh rumah dipenuhi kesibukan yang luar
biasa, petugas catering sudah datang dari pagi, dan beberapa petugas
lain menyiapkan tempat, dibantu para pegawai Leo yang ada di rumah itu.+

Saira hanya mengamati dari jendela kamarnya, melihat banyaknya mobil
yang didominasi mobil catering parkir di halaman depan rumah Leo yang
luas.

Sepertinya ini benar-benar pesta besar..

Saira mengernyit menatap gaun putih sederhananya yang sudah diseterika
oleh pelayan dan dihamparkan di ranjangnya.

Bahkan pelayan tadipun mengernyit ketika dia menerima gaun itu dari
Saira untuk disetrika, dan mengetahui bahwa Saira akan mengenakannya
untuk ke pesta nanti malam. Tatapannya tampak memprotes, tetapi dia
tidak berani menyuarakannya.

Dan sekarang Saira duduk dengan bingung, merasa ragu atas keputusannya
menentang Leo. Saira takut dirinya bukan hanya mempermalukan Leo, tetapi
mempermalukan dirinya sendiri di pesta ini.+

Dengan gugup dia meremas tangannya dan mengamati gaun putih itu sekali
lagi. Tetapi mau bagaimana lagi? Sudah terlambat untuk membeli gaun,
pestanya akan berlangsung beberapa jam lagi.+

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience