BAB 5

Romance Completed 15523

Pada akhirnya Saira tidak tahan untuk tidak mengunjungi Andre, dia
berdiri di rumahnya yang sekaligus menjadi kantor mereka dengan ragu.
Rumah Andre sendiri persis menempel di sebelah rumah Saira, jadi lelaki
itu sering sekali bolak-balik antara kantor ke rumahnya, yang
ditinggalinya bersama ibunya dan dua adik perempuannya.+

Hubungan Andre dan Saira sangat dekat, lebih dari sahabat, menyerupai
adik dan kakak. Keluarga Andre juga sangat menyayanginya. Ketika ibunya
meninggal, otomatis keluarga Andre mengangkat dirinya menjadi anak
angkat tidak resmi.+

Ibu Andre selalu berharap lebih akan hubungan Saira dengan Andre, maklum
ia tidak tahu jati diri yang disembunyikan Andre sebagai seorang gay.
Berkali-kali dia menyinggung betapa senangnya jika mempunyai menantu
seperti Saira. Tetapi kemudian ketika Saira merencanakan pernikahannya
dengan Leo, dia akhirnya menerima kenyataan bahwa mereka memang tidak
ditakdirkan melebihi sahabat. Dan bahkan kemudian ibu Andrelah yang
bersemangat membantu persiapan pernikahan Saira, membuat Saira terharu
karena Ibu Andre bertindak seperti ibu kandungnya.+

“Apa yang kau lakukan di sini?” suara di belakangnya membuat Saira
berjingkat karena kaget.+

Saira menoleh dan melihat Andre berdiri di belakangnya, lelaki itu
sepertinya tadi keluar untuk membeli makanan, karena ada kantong plastik
berlogo /fast food/ di tangannya. Saira melirik makanan yang dibawa
Andre dan mencibir.

“Kau akan mati muda kena serangan jantung kalau tiap hari mengkonsumsi
fast food semacam itu.” Gumamnya,

Andre tergelak lalu memutar bola matanya untuk mengejek pendapat Saira.
Dia melangkah mendahului Saira memasuki bagian depan rumah Saira yang
sudah dialih fungsikan menjadi kantor mereka.+

“Kenapa kau di sini? Bukankah kau seharusnya menghabiskan hari yang
indah bersama suamimu?’+

Saira menjawab asal untuk mengihindari kecurigaan Andre, “Leo ada urusan
pekerjaan sebentar di kantornya, jadi aku memutuskan untuk kemari dan
menengok rumah kacaku.”+

“Bekerja di hari pertama setelah pernikahan?” Suara Andre meninggi,
“Sungguh keterlaluan.” Lelaki itu menggeleng-gelengkan kepalanya dengan
dramatis.+

Mereka sudah memasuki area kantor, dan Andre meletakkan kantong plastik
yang dibawanya ke meja. Dia menarik makanannya dan memakannya dengan
nikmat, diliriknya Saira yang memandang ngeri pada pesanan makanan Andre.+

“Mau?” Andre menyodorkan makanannya, menggoda Saira, tahu persis bahwa
Saira adalah maniak makanan yang sehat dan pasti akan menolaknya.+

Dan seperti dugaannya, Saira menggelengkan kepalanya. “Aku sedang
bingung.”+

Andre menatapnya dan mengernyit, “Bingung kenapa?”+

“Tentang Leo.” Pipi Saira memerah, “Dia...semalam sikapnya aneh..”+

Andre tertawa, “Kebanyakan pengantin baru memang suka bersikap aneh,
Saira....Mungkin nanti kau akan menemukan banyak hal baru dari suamimu.
Sesuatu yang tidak pernah kau duga sebelumnya, tetapi memang itulah
asyiknya perkawinan.”+

Saira mencibir, “Seperti kau sudah ahli dalam perkawinan saja.”+

Andre tertawa, melahap makanannya dengan nikmat. “Aku memang belum
pernah mengalami perkawinan, dan mungkin tidak akan pernah.” Wajahnya
tampak sedih, tetapi dengan cepat dia mengubah ekspresinya menjadi
ceria, “Tetapi aku banyak membaca dan mencari tahu, kau bisa datang
padaku kalau kau ada masalah dengan perkawinanmu.”+

Mereka tergelak bersama meskipun ada sedikit perasaan trenyuh di benak
Saira. Andre sama sekali tidak berpenampilan seperti gay, dia tidak
lembut atau bersikap seperti perempuan. Tubuhnya gagah dan penampilannya
jantan seperti lelaki kebanyakan. Saira tidak bisa membayangkan
bagaimana tersiksanya Andre harus berpura-pura dan mengingkari jati
dirinya, apalagi mengingat bahwa ibu Andre sering sekali mendesak anak
lelaki satu-satunya itu untuk segera menikah.+

Berbicara tentang ibu Andre, Saira teringat akan ibunya, ibunya yang
cantik dan begitu lembut. Yang selalu Saira kenang dari ibunya adalah
aroma wangi bunga yang menyelubunginya, hasil dari seharian menghabiskan
waktunya di rumah kaca. Ah seandainya ibunya ada di sini, menghadiri
pernikahannya, dia pasti akan sangat bahagia. Tetapi Saira meyakini
dalam hatinya bahwa ibunya pasti berbahagia di atas sana, melihatnya
pada akhirnya menemukan lelaki yang menjaganya.+

***+

“Dari mana saja kau?” suara dingin Leo menyambut Saira di ruang tamu,
membuat Saira mengernyitkan keningnya.+

Dia menyelipkan rambutnya ke belakang telinga dengan gugup, “Eh..
karena tidak ada pekerjaan, aku.. aku memutuskan untuk ke rumah kaca.”+

“Ke rumah kaca?” Tatapan Leo menjadi tajam. “Menemui Andre?”+

“Iya, dan juga menengok rumah kacaku, Andre mempercayakan perawatannya
kepada seseorang, jadi aku mampir untuk mengevaluasi hasil...’+

“Tidak bisakah kau melepaskan rumah kaca dan Andre dari pikiranmu? Aku
muak kalau kau selalu menyebut-nyebutnya di rumah ini. Kalau kau memang
mau menjadi istri yang baik, fokuslah pada rumah ini, pada keluarga ini,
bukan hanya melulu mengurusi rumah kaca itu!” dengan ketus Leo melangkah
meninggalkan Saira yang terperangah kaget di ruang tamu.+

Saira merasakan hatinya mencelos seperti diremas, matanya terasa panas,
tetapi dia menahannya. Seumur hidupnya, tidak pernah ada orang yang
memarahinya dengan seketus itu. Apakah Leo cemburu kepada Andre dan juga
kepada rumah kacanya?+

Hati Saira meragu, tetapi... sepertinya dulu Leo sama sekali tidak
keberatan akan itu semua?+

“Keadilan sangat berbeda dengan balas dendam. Keadilan berarti
keseimbangan, sedangkan balas dendam hanyalah pemuasan diri manusia.”

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience