Chapter 4 Kencan Pertamaku Di Rumah Hantu
Angin sepoi sepoi menerpa dedaunan sekitar rumah Ara,gesekan ranting membuat suara berisik yang menakutkan.
Malam minggu yang benar benar membosankan karena kini dia benar benar jomblo.
Ara menarik jaket yang tergantung di samping meja belajarnya,tanpa banyak kata..dia melompat melalui jendela kamarnya.
,"gadis nakal nihye?."tanya seorang cowok yang tiba tiba muncul di depannya.
Tanpa banyak basa basi,Ara tersenyum simpul.
,"tahukah kamu betapa aku rindu padamu?."tanya hatinya.
,"boleh nggak aku temenin?."tanyanya yang di jawab Ara dengan anggukan kepala.
Mereka berjalan beriringan,mata saling berpandangan,Ara jujur baru kali ini rasa hatinya berbunga lagi setelah lama menderita nestapa cinta saat Arya membuangnya bagai bunga layu.
,"ra..kau sudah siap menerima apa yang akan terjadi karena indera keenammu?,"tanya Rana Purbaya,membuat Ara memandangnya penuh pertanyaan.
,"iya..aku siap,sudah bukan saatnya aku lari dari kenyataan!."
,"kalau begitu kencan kita hari ini,mengunjungi rumah hantu!,"seru Rana enteng,membuat Mata Ara terbelalak,tapi si ganteng malah berkedip membuat hati Ara berkedut tak menentu.
,"tapi..tempatnya agak jauh sih!."aku gendong yuk!."
Ara hanya bisa melongo heran..membuat cowok dari masa silam..Rana Purbaya,segera membopong Ara..lalu berlari cepat menyusuri jalan jalan kota kecil ini menjelang tengah malam,dan tiba tiba udara menjadi dingin.
Lewat mata indahnya,Ara melihat kali terusan depan rumahnya yang berwarna kecokelatan sedang di guyur gerimis,membuat rasa dingin bergelayut hebat menyentuh tubuh Ara,relung batinnya menjadi tak menentu oleh sesuatu yang bergelora di hatinya.
Rumah antik bergaya pre reneisance.Sudah berpuluh puluh tahun rumah ini berdiri di sini,sebuah bangunan tua masa lampau, dari jaman Belanda pada tahun 1740,bekas rumah petinggi Belanda di kota ini,yang terakhir di miliki oleh keluarga Rayan Soebroto yang kini bermukim di Jakarta.
Pemilik rumah tidak pernah menempatinya semalam saja.
Hanya meninjau selepasnya di biarkan terlantar apa adanya puluhan tahun,kumuh dengan rumput serta pepohonan sekitar yang sangat berantakan.Sementara itu,banyak tembok yang retak dan genting yang bocor di biarkan tidak
di betulkan,maka bekas bekas air hujan mengambang kemana mana dan isi rumah berkamar 10 dan berlantai dua yang bangunan lantai satunya sama besar dengan lantai bawahnya,yang jika dalam kondisi normal bisa
berharga ratusan juta ini sangat pengap,berbau busuk sekali.
Konon rumah ini di biarkan karena tidak laku di jual,kata paranormal yang di sewa mbah Sugi yang di serahkan menjaga rumah itu,setiap bangunan Belanda ada penghuni gaibnya.
,"hantu hantu paling senang dengan bangunan tua.Untuk itu,semua bangunan tua di kota ini,di huni hantu.Tapi hantu yang menghuni bermacam macam,ada roh manusia yang pernah tinggal di rumah tua itu atau justru jin baru yang nyasar lalu menjadikan gedung tua sebagai
rumah!."kata mbah Sugi waktu Ara bertandang kerumahnya.
sebenarnya beberapa puluh tahun lalu,mbah Sugi berusaha menempati rumah itu tapi tidak kuat karena setiap malam di ganggu suara suara aneh.Rintihan tangis atau jeritan perempuan setiap malam membangunkan
keluarganya dari tidur malamnya.
Rana tersenyum sekali lagi pada Ara..Menetralisir rasa
takutnya,entahlah mungkin bersama Rana,Ara tidak takut menghadapi apapun.
Dia membuka pintu pagar yang besinya sudah keropos,melangkah mendahului Rana.Membuat cowok ganteng ini tergelak riang.
Kini Ara sudah berada di dalam rumah itu,dia sedang menaiki balkon bermodal cahaya dari senter yang di sorotkan Rana dari belakang.Tiba tiba lampu neon di atas tangga hidup..bersamaan ada bayangan melintas
di tangga balkon atas,bayangan yang mirip sekali dengan bayangan orang yang sedang berjalan menuju ruang depan ujung tangga.
,"bayangan apa itu?."pikir Ara.
Dengan langkah ketakutan Ara naik ke atas sambil memegang tangan Rana,tangga demi tangga dia jalani dengan perasaan was was,"
dengan suara agak parau,Ara berteriak seadanya,sambil untuk menenangkan batinnya sendiri.
"Halo,siapa di atas?."tanya Ara.
pertanyaan ini tidak ada yang menjawab.
Dalam hitungan detik setelah Ara bersuara,tiba tiba terdengar suara rintihan lagi yang lebih keras.Tak lama setelah itu terdengar lagi suara tangis perempuan.Tangis itu mulanya lamat lamat tapi lama kelamaan semakin kencang.
"halo,siapa di dalam ruangan ini?."desaknya,dengan jantung yang detaknya mulai menjadi cepat.
Rasa takut mulai bergerinjang dalam otaknya,juga rasa mirip mendengar tangis,mulai bergelantung dalam relung hatinya.
Suara tangis itu makin mengeras,sementara pintu ruang tertutup rapat.
Dengan sisa sisa keberanian,Ara mengetuk pintu ruang dan bertanya lagi.
Tapi wanita di dalam tidak menjawab,hanya menangis dan menangis lagi.
Karena rasa takut makin menguat,maka Ara ambil langkah mundur ke belakang dan menuruni tangga.
suara perempuan dari ruang atas makin mengeras dan keras sekali,karena di desak rasa takut,Ara berbalik memeluk Rana erat.
,"maaf aku menganggu!."kata Ara dengan napas terengah engah.
,"ada apa ra?."kok wajah kamu pucat dan ketakutan?."pancing Rana sambil menahan senyum.
,"kamu dengar khan rana,suara wanita menangis!."desis Ara.
,"ya,ya..aku dengar suara itu.Ayo mari kita lihat ke kamar atas!."ujar Rana menarik tangan kirinya menuju anak tangga dan naik ke atas.
Suara itu memang keras,tangisnya memilukan batin,tangis seseorang yang sedang menderita karena sesuatu hal.
."hati hati nduk,jangan panik,jangan gugup dan kita harus tenang menghadapi kemungkinan apapun
yang terjadi nanti!."kata Rana membisiki telinga Ara.
Rana mengetuk pintu kamar yang kokoh dari kayu ulin itu.Karena tidak ada yang membukakan, sementara suara tangis makin keras.Rana mendorong pintu dengan badannya.
Tapi pintu itu tidak bisa terbuka sedikitpun.Jangankan dapat terlepas dari kuncinya,bergerak sedikitpun,tidak.
Rana memandang tajam pintu itu, dengan tatapan yang tak pernah Ara lihat dari mata lembutnya.
Beberapa saat kemudian suara itu berhenti.Anehnya,pintu ruang yang tadinya terkunci rapat,tiba tiba
terbuka dengan sendirinya.
Di dalam ruang itu,ternyata tidak ada sama sekali manusia.Hanya onggokan piano tua yang sudah rusak bikinan abad 18 merk Bethoven dan Gramafon bikinan Austria abad 19.
Ara dan Rana saling berpandangan,Rana tersenyum.
Tiba tiba suara tangis itu menuruni tangga bawah rumah.Suara sepatunya pelan pelan menjejak tangga dan berbunyi tak tek tok dengan suara tangis yang terus mengiang,tubuh Ara mengigil,dingin dan bergetar
karena takut.Sedangkan Rana lebih tenang tapi waspada mensiasati segala kemungkinan buruk yang akan terjadi.
Rana memegang bahu Ara untuk melindunginya,sementara suara sepatu makin mendekat ke arah mereka."tenang,mari kita berdoa semoga tidak terjadi apa apa pada kita.Kita hadapi makhluk itu,siapa dia,darimana asalnya dan kenapa dia di sini!."ungkap si tampan.
Suara tangis makin lama makin mengecil,namun suara langkah kakinya makin lama makin membesar.Dengan begitu artinya sosok makhluk misterius itu mendekat kepada mereka.
Sesaat kemudian benar saja,sosok wanita rambut panjang menutupi mukanya,berjalan ke arah mereka.Tangan
wanita itu gontai dengan gaun ala pengantin warna putih panjang menuju mereka.
Rana meminta Ara untuk tenang dan tidak kabur dari tempatnya berdiri.
Jantung Ara berdetak kencang dan nyali Ara serentak ciut ketika wanita itu sudah beberapa meter di depannya.
Hal yang membuat Ara sangat takut adalah rambut tebal panjang yang menutupi seluruh wajah wanita
itu,mukanya tak sedikitpun terlihat, cantik,buruk atau seperti apa wajahnya.Semua itu tak bisa Ara nilai karena semua tertutup rambut.
Dengan penuh ketenangan,Rana mengajukan pertanyaan pada makhluk
itu,"siapa kamu,darimana dan mengapa ada di rumah kami?."
beberapa saat makhluk itu diam membisu,tapi Rana terus terusan mendesaknya agar bicara.Tiba tiba,suara tangis menjerit,mendadak mengagetkannya.Teriakan itu sangat keras hingga Ara nyaris pingsan mendengar jeritan itu.
Tapi Rana tetap tenang dan santai.Lalu Rana
berbicara dalam bahasa Belanda yang Ara tidak ngerti.
Makhluk itu tiba tiba menghentikan tangis,lalu dia menyibak rambutnya yang panjang tebal itu kebelakang,sehingga wajahnya terlihat jelas dari sinar lampu ruang tengah.
,"ya tuhan,wanita itu memang wajah perempuan eropa dan sangat cantik.Hidungnya mancung,alisnya tebal,matanya bulat dan mulutnya sangat tipis."aku penghuni rumah ini!."katanya dalam bahasa Belanda.
,"penghuni rumah ini,siapa kamu dan dari mana asalmu?."tanya Rana,Ara yang ada di sebelahnya berkomat kamit membaca doa.
,"namaku marisa,aku menempati rumah ini cukup lama beberapa ratus tahun lalu bersama ayahku,penguasa batavia abad 18!."katanya,
"aku minta keberadaanku di rumah ini tidak di ganggu,aku akan tinggal secara baik baik bersama kalian,tapi tolong rumah ini di rawat agar kita sama sama senang tinggal di sini!,"lirihnya.
Di katakannya,bahwa dia meninggal tahun 1769,tidak lama setelah ayahnya tewas,dia sudah lama di makamkan.Tapi arwahnya tetap di rumah itu dan minta perlindungan.
"bila aku tidak di ganggu,aku berjanji tidak akan menganggu kalian!."tegasnya.
,"aku hanya minta rumah ini di renovasi seperti bentuk asli bangunan tua dengan disain gaya arsitek eropa murni,kamar ini berikan saja padaku dan jangan di tempati orang.Piano di atas itu adalah pianoku dan pada malam tertentu,aku
akan memainkannya!."desis Marisa.
Rana tersenyum senang mendengar keterangan itu.
Dia membisikkan sesuatu ke telinga Ara dan kini cewek cantik ini menangkap maunya Marisa,mereka berdua menyetujui apa yang di kehendaki tapi Rana
meminta agar Marisa tidak lagi menampakkan diri,karena Marisa setuju,akhirnya dia menyodorkan tangannya untuk di jabat.
Ara dan Rana menjabat tangan halus dan dingin itu,beberapa saat kemudian,Marisa menghilang pergi bagaikan angin,tubuhnya melesat cepat bagaikan terbang ke loteng atas.
Mereka sampai ke rumah Ara,
,"makasih ya rana,aku bahagia sekali,pengalaman ini benar benar menarik!."seru Ara.
,"tapi ada tugas yang menantimu nduk!,"
,"apa nduk ?."tanya Ara .
,"tapi kamu memang nduk,kalau menurut orang jawa..bukannya genduk artinya wanita!."
Ara tertawa,
,"soal itu aku tahu,besok aku akan menemui mbah sugi dan menyampaikan pesan arwah marisa,"
Rana mengangguk.
Paginya Ara ke rumah mbah Sugi menceritakan tentang pertemuannya dengan Marisa dan entah bagaimana caranya mbah Sugi memberitahu pada majikannya.
Yang pasti sejak itu,Marisa tidak bersuara dan tidak menampakkan diri lagi.Gangguan gangguan lain,secara total menghilang sama sekali.
Namun setiap beberapa hari sekali. Marisa memainkan piano dan suara piano itu lamat lamat terdengar syahdu di telinga mbah Sugi.Mereka membiarkan suara piano itu yang terus berbunyi,hingga terlelap oleh alunan karya beethoven yang indah.
Kencan Pertamaku Di Rumah Hantu. Ara di ajak Rana Purbaya menyusuri malam sampai ke rumah hantu yang di huni noni Belanda.tidak ada manusia yang kerasan tinggal di sana.Rana Purbaya mengajak noni Belanda yang jago piano ini berdialog.ternyata dia putri pemilik rumah ini di jaman kolonial Belanda. Dia mau hidup berdampingan dengan manusia asalkan dia tetap boleh main piano dan rumahnya di bersihkan jangan di biarkan kotor seperti ini.
Share this novel