Sementara di bilik Serena...
"Eh, baby dari mana?"
"Sorry abang... Baby kat bawah tadi... Buat air panas untuk abang... Nah... Hot chocolate! Special for you." Serena menghulurkan mug yang berisi cokelat panas pada Khai, suami yang baru dinikahinya...
"Thank you sayang... Patutlah abang cari, baby takde... Kat bawah rupanya..."
"Sorry..." Ad menghirup air panas yang pertama kali dibuat isterinya.
"Err, abang...?"
"Emm..."
"Pasal... Tengku Kamarul..."
"Ya, kenapa dengan Tengku Kamarul?"
"Abang serius ke nak join Mummy Mona?"
"Yes! Why?"
"Nothing... Just asking." Ad menghabiskan minumannya... Mug kosong diletakkan ditepi meja... Ad merenung wajah gusar Serena...
"Baby, kenapa ni? Baby fikirkan apa?"
"Nothing... I... I'm worry about you!" Terasa hangat di tubir mata. Cepat-cepat Serena mengesat hujung matanya.
Ad cuak melihat Serena sedih begini... "Hei, kenapa baby, kenapa ni?"
Ad terus mendakap tubuh Serena... Serena bagaikan anak kecil yang menghamburkan tangisannya di dada bidang Ad...
"Baby, please jangan macam ni... Abang susah hatilah... Please, baby..." Pelukan dileraikan... Air mata yang masih mengalir di pipi gebu Serena, diusap...
"Baby, kenapa ni..?"
"I'm scared! I'm afraid if anything happen to you...! I don't want you to leave me!"
"No, I won't!"
"Abang tipu! Abang nak tinggalkan Rena... Rena akan mati, if anything happen to you!"
"Baby, please jangan cakap macam tu!" Serena masih mengogoi dalam dakapan Ad.
"Baby, please listen to me. Abang cuma nak membantu Mummy Mona... Abang perlu bantu mereka jatuhkan Tengku Kamarul!"
"Tapi, abang..."
"Baby, please... Abang cuma perlukan sokongan baby... Please, trust me... I'll be ok."
"Rena tak kuat, bang! Rena tak kuat! Rena tak tahu apa akan berlaku pada Rena andai sesuatu berlaku pada abang..." Tangisan Serena masih bergema di ruang bilik kelamin mereka.
Ad bingung... Macamana nak laksanakan misi mereka andai Serena menentang Ad untuk turut serta...
"Baby, abang janji akan jaga diri abang... Abang akan berhati-hati... Please, trust me... Abang takkan tinggalkan baby seorang... Abang akan sentiasa ada di sisi baby..."
Serena merenung wajah tampan suaminya... Air mata yang masih mengalir, diseka dengan belakang tangannya...
"Kalau macam tu, I will join you!"
"No!"
"Why not?"
"Baby, please..."
"No... I will follow you... where ever you go. Fullstop!" Serena melangkah keluar ke balkoni bilik mereka... Ad memerhatikan tubuh isterinya dari belakang... Tubuh Serena yang mengenakan bathrobe, kelihatan terhinjut-hinjut, menahan tangisan... Ad meraup wajahnya...
Ad membontoti isterinya... Tubuh Serena yang membelakangkan Ad, di dekati... Ad mendakap pinggang ramping isterinya dari belakang. Serena masih menangis... Sedih benar dirasakannya... Dagunya diletakkan di bahu Serena...
"Baby, abang minta maaf... Abang takde niat nak lukakan hati baby... Apa yang abang lakukan ni adalah untuk kebaikan kita semua..."
"Do you love me?" Soal Serena... Seraya itu memusingkan tubuhnya mengadap Ad.
"Baby...?"
"Answer me! Do you love me?"
"Baby, I do love you... I love you so much... Please... baby..." Pelukan Serena leraikan. Lantas Ad memusingkan tubuh Serena mengadap ke arahnya...
"So, let me follow you...! I will follow you without hesitate!"
"Huh!" Terhinjut tubuh Serena melihat amukan Ad. Dinding balkoni di tumbuk... Nasib tak patah tangan Ad... Ad meraup wajahnya... Serena terus dengan sedu-sedannya... Makin bergema tangisannya melihat sisi lain Ad.
Serena terus melangkah laju ke arah toilet. Pintu toilet di hempas... Ad terkesima melihat Serena sebegitu...
"Macamana aku nak pujuk bini aku ni? Haish!" Ad bermonolog sendirian... Kakinya terus melangkah ke arah toilet... Pintu dikunci dari dalam...
"Baby! Open the door, please... Baby... Please, open the door..." Berkali-kali Ad mengetuk pintu bilik air.
"Baby, abang minta maaf... Abang takde niat nak marah baby.... Baby... I'm sorry. Please open the door, baby..." Serena masih berdegil... Tubuhnya melorot ke lantai... Pedih hatinya... Di hari bahagia ini, sepatutnya mereka berbahagia, tapi Serena dan Ad...?
Berkali-kali Ad cuba memujuk Serena... Tetapi, Serena masih berdegil... Hampir sejam Serena di dalam toilet... Entah apa yang akan berlaku, tiada siapa yang tahu...
Rupa-rupanya Ad masih setia menanti Serena di depan pintu toilet...
"Baby, tolong maafkan abang... Jangan buat abang macam ni... Abang minta maaf... Serena... Baby, please... Bukak pintu ni... Serena Baby?"
Masih tiada sahutan...
"Ke bini aku tidur kat dalam ni? Nak bukak, mana toilet ada kunci...? Ish... Macamana ni?" Ad mengomel...
"Baby, please open the door... I'm sorry... Kita bincang ya? Please baby... Abang sayang baby... Sayang sangat... Tolong, kita bincang ya...? Please, open the door baby... Baby?"
Ad dah pening kepala... Runsing dia dengan sikap Serena... Memang Mama Mia ada ingatkan dia, Serena agak keras kepala kalau nak dibandingkan dengan Selena yang agak lemah lembut dan jenis yang mendengar kata.
Ad dah nekad... Dia akan pecahkan pintu bilik air tu... Ad dah tak fikir apa lagi...Biar pintu bilik air pecah dari biarkan isterinya terus merajuk dalam bilik air tu...
Prak! Pintu bilik air pecah dibuatnya... Dengan sekali gempur, pintu bilik air pecah dibuatnya... Yelah, badan sasakan... Ad terus mencari kelibat Serena... Kelihatan Serena sedang lena di dalam bathtub... Ad terus mencempung tubuh isterinya dan perlahan-lahan diletakkan di atas katil...
Nampak lena sekali Serena... Wajah isterinya diusap...
"Abang minta maaf... I'm sorry... I love you... so much... Please, listen to me... I don't want to lose you."
"I don't want to lose you either." Serena membuka matanya...
"Baby... I'm sorry... I'm sorry..." Tubuh isteirnya terus didakap...
"Abang... maafkan Rena... Rena salah! Rena tak dengar cakap abang..." Mengalir semula air matanya yang sudah kering... Ad mencium wajah Serena bertubi-tubi... Macam lama sangat tak jumpa... Tubuh isterinya dipeluk erat.
"Abang sayang baby... Please jangan buat macam tu lagi... Please, I'm so sorry... I'm sorry!" Pelukan dileraikan... Wajah Serena yang basah lencun dengan air mata, diusap dengan jari besarnya... Berkali-kali wajah Serena dikucup...
Serena makin sebak ketika Ad mencium dahinya dengan penuh syahdu...
"Rena minta maaf... Rena salah... Rena tak nak apa-apa berlaku pada abang... Rena tak nak kehilangan abang... Please, jangan tinggalkan Rena..." Rena memeluk tubuh tegap Ad.
"Abang salah... Abang tak faham isteri abang... Abang tak pandai jaga isi hati isteri abang... Abang minta maaf... Abang sayangkan baby..."
"Abang... Rena izinkan abang pergi..." Serena meleraikan pelukan mereka... Air mata Serena masih setia mengalir... Sedu-sedan masih kedengaran...
"Rena hanya minta abang tak buat sesuatu tanpa memikirkan siapa Rena di sisi abang... Rena..." Tangisan Rena masih berlagu...
"Baby... I love you... I love you so much... Abang minta maaf sebab marah baby... Abang tak sedar... Abang minta maaf..." Sekali lagi dahi isterinya dikucup.
Kucupan lembut singgah di setiap ceruk wajah Serena... Dah dahi ke mata, kemudian turun ke pipi sebelum di berakhir di bibir mungil Serena. Ad masih memeluk tubuh isterinya tanpa melepaskan kucupan mereka... Terpejam mata Serena menikmati kucupan dari suaminya...
Serena meleraikan pelukan mereka lalu Ad menolak perlahan tubuh isterinya...
"I love you..." Tubuh Serena dibaringkan... Ikatan bathrope dilepaskan... Ad terus menindih tubuh Serena... Ubun-ubun Serena dicium sebelum doa dibaca... Serena makin terbuai saat Ad sudahpun mengigit leher jenjangnya... Pakaian keduanya dilepaskan sebelum comforter ditarik...
"I love you, baby... I love you." Kata-kata cinta tidak pernah berhenti diucapkan...
"I love you too..." Serena mengucup bibir tebal Ad... Di malam yang indah, bertemankan kesamaran lampu tidur, buat pertama kalinya mereka melayari bahtera perkahwinan sebagai suami isteri yang sah.
*****************************
"Assalammualaikum... Morning everybody..."
"Waalaikumussalam..."
"Wah, awalnya pengantin bangun..."
"Biasa je mama... Lenakan memang dah biasa bangun awal... Mama ni,macam tak biasa pulak."
"Khai mana...? Dia ok ke...?"
"Masih kat bilik. Lepas sembahyang subuh tadi.. Khai tidur semula. Pening kepala, katanya... Lena biarkan sekejap... Nanti Lena bawakkan sarapan untuk Khai..."
"Pening kepala? Nanti Lena bawak sarapan dengan ubat sakit kepala tu sekali lagi... Stress agaknya si Khai tu..."
"Ya, mama... Khai tak boleh tidur dok fikirkan hal semalam..."
"Habis tu macamana? Dia ok ke?"
"In shaa Allah, Khai ok ma..."
"Dah, Lena minum dulu..."
"Mama dah minum?"
"Dah tadi... Tapi, minum je... Mama tunggu papa..."
"Papa pergi mana?"
"Jogging..."
"Dengan abang Shah ke?"
"Yup!"
"Eh, kak Rena, Ad tak turun lagi, mama...?"
"Kak Rena ngan Ad ikut papa dan Shah pergi jogging..."
"Sampai hati tak ajak Lena ngan Khai..." Rajuk Selena...
"Dorang nak kejut... mama tak bagi... Takut Khai tension sebab semalam... Mama runsing tengok dia..."
"Entahlah mama... Tapi, Lena rasa, Khai ok nanti... Lenapun takut jugak tengok keadaan dia... Malam tadi, we're having a pillow talk..."
"So...?"
"Entahlah ma... Lena susah nak cakap... Tapi, takpe... Nanti Khai ok tu... In shaa Allah..."
"Mama harap macam tulah... Kesian Khai..."
"Err, mama... Mummy Mona serius ke?"
"Serius apa?"
"Pasal Tengku Kamarul?"
"Ya, kenapa...? Malam tadi kan dah bincang... Lagipun, kata anak buah Mummy Mona, daddy Khai dah tak senang duduk... Lepas satu, satu masalah yang timbul..."
"Maksud mama?"
"Orang kanan, orang kepercayaan si Kamarul kena tahan polis..."
"Betul ke mama? Macamana mama tahu?" Tiba-tiba suara garau Khai kedengaran dari tangga.
"Eh, Khai..."
"B..." Selena menghulurkan tangannya lalu disambut suaminya.
"Maaf, mama... Macamana mama tahu orang kanan daddy ke tahan...?"
"Anak buah Mummy Mona yang call, inform Mummy Mona malam tadi..."
"Nampaknya, daddy dah takde siapa lagi yang dia percaya. Ni ada peluang..." Selena berkerut dahi...
"Peluang apa , B?"
"Peluang nak jatuhkan daddy..."
"Macamana?"
"Khai tahu siapa yang boleh tolong kita!"
"Khai... Siapa yang Khai maksudkan?"
"Gibrel..."
"Sebab?"
"Riz dan Hakimi dah pernah soal siasat Gibrel dan segala rahsia daddy ada dalam tangan Riz... Termasuk dokumen kewangan yang mengandungi data keluar masuk wang Organisasi secara haram..."
"Khai, serius ke?" Khai memalingkan wajahnya ke pintu masuk... Kelihatan di situ, Papa Simon, Shah, Serena dan Ad yang baru pulang dari berjogging...
"Eh, papa, shah, Rena, Ad... mari... sarapan dulu..."
"Ya, pa! Itu yang Riz katakan..."
"Kalau betul Jason sudah ditahan, bermaksud ini peluang keemasan kita untuk jatuhkan Tengku Kamarul..."
"Betul, tu! Mama dah tak sabar nak tengok zaman kejatuhan dia... Mama tak mahu lagi ada orang macam Tengku Kamarul di muka bumi ni... Terutama dalam Organisasi..." Serius wajah mama.
"Err, Khai, kau ok ke?"
"In shaa Allah, ok... Don't worry!"
"Aku minta maaf Khai... Apa yang nak kami lakukan ni, demi kebaikan semua... Kami tahu apa yang kau fikirkan...Aku minta maaf sekali lagi Khai..."
"Sudahlah, Ad. Aku faham dan aku dapat terima apa yang berlaku... Aku faham, sudah sampai masanya, daddy aku perlu menerima balasan atas apa yang telah dia lakukan... Aku minta maaf sebab tidak dapat memahami hasrat semua... Tapi, sekarang... In shaa Allah, aku faham sangat... Aku akan sama-sama membantu menjatuhkan Tengku Kamarul..."
"Terima kasih Khai... Aku bangga dengan kau..."
"Thanks Ad... Aku dah dapat terima kenyataan... Berani kerana benar, takut kerana salah."
"B, sayang bangga dengan B." Selena menggenggam tangan Khai...
"Sudah tu! Kita makan dulu... Dah pukul berapa ni... Nanti kita bincang lagi..."
*****************************
"Celaka korang! Berani kacau kawasan aku..." Tengku Kamarul mengamuk apabila mengetahui gudang simpanan senjata haramnya telah digeledah... Segala barang-barang seludup yang bernilai hampir 50 juta Ringgit Malaysia telah dirampas pihak kastam dan polis...
Tengku Kamarul makin hilang punca... Jason, satu-satunya orang yang paling dipercayai, telah ditahan...
"Siaplah! Aku dapat tahu siapa yang bocorkan rahsia aku, memang korang bakal berdepan dengan aku..."
"Korang main-main dengan aku!"
Selain Jason, ramai-lagi anak-anak buah Tengku Kamarul telah ditahan. Rata-ratanya merupakan orang kepercayaannya.
Pistol di tangan, di main-mainkan di tapak tangannya... Tengku Kamarul sedang berfikir... Siapa yaang cuba mensabotajnya...
"Tak mungkin si anak pungut tu. Dia bukannya tahu apa-apa...! Tak mungkin dia! Mona... Tak mungkin! Apalah si tua bangka tu tahu pasal bisness aku... Dah bertahun-tahun aku tipu dia... Tapi, dia dah keluar dari rumah aku... Siapa lagi...?
Ting! Tiba-tiba, wajah Gibrel terbayang di ingatannya...
"Gibrel...? Takkanlah...! Dia takkan berani nak tikam belakang aku!"
Tok! Tok! Tok! Kedengaran ketukan di pintu biliknya...
Sebaik sahaja pintu dikuak...
"Tengku, ada beberapa orang pegawai polis nak bertemu dengan Tengku..." Gibrel memulakan bicara. Tengku Kamarul memerhatikan Gibrel. Wajah Gibrel kelihatan biasa. Seolah-olah tidak ada apa-apa yang berlaku.
"Polis? Dorang nak apa? Ada buat appointment ke?" Soal Tengku Kamarul... Kaget.
"Takde Tengku... Tapi, dorang ada hal penting nak dibincangkan dengan Tengku..." Peluh mula terbit di dahinya... Walau dalam bilik pejabat itu, air-cond dipasang kuat, tapi, Tengku Kamarul tetap merasakan kehangatannya...
"Tengku...?"
"Suruh dorang masuk!"
"Baik, Tengku!"
'Tunggulah nasib kau, Tengku Kamarul Khalif!' Desis hati Gibrel seraya itu menarik pintu bilik...
Tok! Tok! Tok!
"Assalammualaikum, Tengku Kamarul Khalif..." Seorang pegawai polis yang barangkali ketua mereka, memberi salam, sebaik sahaja kaki mereka melangkah masuk ke pejabat Tengku Kamarul...
"Waalaikumussalam... Ya, saya..."
"Saya, Inspektor Aiman dari Ibu Pejabat Polis Kuala Lumpur, Bukit Aman... Ini pembantu saya, Sarjan Kamal dan Sarjan Haikal..."
"Ya, Tuaan Inspektor... Apa yang boleh saya bantu?" Tengku Kamarul menyilang kakinya... Nampak betapa sombongnya Tengku Kamarul.
"Tengku diminta untuk mengikut kami ke Bukit Aman untuk dirakamkan segala percakapan, Tengku..."
"Bukit Aman? Buat apa? Rakaman percakapan apa?"
"Maaf, Tengku. Ini ada waran untuk menggeledah pejabat dan gudang milik Tengku..." Sambil menyerahkan waran yang dimaksudkan kepada Tengku Kamarul yang kelihatan sudah berpeluh.
Sapu tangan di dalam koceknya, ditarik keluar... Peluh yang terbit, dilap kasar...
"Untuk apa? Apa kesalahan saya?"
"Tengku disabitkan dengan penyeludupan dadah dan senjata api... Dan baru-baru ini, gudang milik Tengku sudah disita dan barang-barangan milik Tengku juga sudah dirampas..."
"Apa buktinya barangan tu milik saya?"
Maaf, lewat update... Tengku Kamarul dah ketakutan sebab pihak polis dah muncul depan mata... Adakah dia akan terlepas? Stay tuned... Enjoy reading... Maaf, sedikit hambar...
Share this novel