Setelah diusik oleh dua orang sahabatnya itu , Anizira pun berpaling memandang kearah Felisha dan Raidhatul dengan senyuman yang kelat.
" Ish korang ni kan... ahaha "
Kata Anizira sambil tertawa secara terpaksa.
Sedang Anizira sibuk memandang kedua-dua sahabatnya itu , Qhadif dengan pantas berdiri. Melihat Anizira yang masih berpaling memandang Felisha dan Raidhatul itu , Qhadif pun bersuara.
" Alah you. Cepat lah. I lapar ni. "
Kata Qhadif sambil menggosok perlahan perutnya dengan tangan kanan yang memegang dompet.
Anizira yang mendengarkan itu lantas berpaling kembali menghadap Qhadif.
"Â eh , berdiri dah ? "
Tanya Anizira secara spontan.
" Ha , I teman you beli je tau. I dah kenyang. Sumpah kenyang. "
Jelas Anizira yang sekali lagi menolak pelawaan Qhadif untuk membelanja dirinya itu.
" ha yelaaa suka hati you laaa "
Jawab Qhadif yang sudah berputus asa dalam menujuk Anizra yang berkeras menolak pelawaannya itu.
Lalu pergilah mereka berdua untuk membeli makanan. Felisha yang tersenyum nipis melihat gelagat dua sahabatnya itu tanpa sedar telah termenung jauh.
Raidhatul yang sedar akan keadaan Felisha yang sedang termenung itu lantas menegur Felisha.
" Jauh termenung ? "
Tegur Raidhatul kepada Felisha bernada sindiran.
Walaubagaimanapun , Felisha tetap sahaja tidak menyedarkan dirinya dari lamunan.
" Qash.. Kalaulah Qash ade dekat sini kan.. ?"
" how are you tho ? "
" Dah makan ke ? Okay ke dekat asrama tu ?"
" Qash tak ingat langsung ke dekat Sha ? "
Satu persatu pertanyaan mulai memasuki ruang minda Felisha.
" HOI ! "
Sergah Raidhatul dengan kuat setelah berkali-kali menegur dan mencuba untuk menyedarkan Felisha dari terus mengelamun.
" Em ha ? "
Jawab Felisha dengan pantas akibat terkejut bersama riak wajahnya yang berkerut itu.
" Ha mengelamun lagi ! "
Kata Raidhatul dengan nada yang agak tinggi kepada Felisha sedang matanya tertumpu kedalam anak mata Felisha.
" I-ish kau ni. T-terkejut la aku ! "
Ucap Felisha yang meluahkan rasa marahnya apabila disergah oleh Raidhatul sebentar tadi.
" Kau mengelamun teringat sape ? "
" Qashaf lagi ? "
" ha ? "
Soal Raidhatul yang seakan-akan dapat membaca fikiran sahabat baiknya itu.
Felisha yang mendengarkan soalan demi persoalan Raidhatul itu hanya mampu menunduk tanpa menjawab setiap persoalan yang diajukan.
" kau ni. Kan aku dah cakap.. "
" Lupakan dia. Abaikan dia ..! "
Ujar Raidhatul yang mengulang kembali kata-kata nasihat yang telah diberikan kepada Felisha olehnya tempoh hari.
" A-aku teringat.. Ha-haritu memang aku d-dah lupakan dia.. "
Jawab Felisha sambil mengangkat wajahnya kembali memandang Raidhatul dengan nada suara yang perlahan dan tergagap-gagap akibat terkejut.
" Lupakan dia Sha. "
" Aku sayang kau tau. "
" Aku taknak tengok kau nangis , depressed semua tu lagi. "
Kata Raidhatul dengan riak wajah yang agak serius dan nada suara yang lembut.
" Ingat selalu. Kau ade aku okay ? Zira dengan Qhadif pun ada untuk kau. "
" Kitorang ade je tau ? "
" Jangan pendam sorang-sorang. "
Ujar Raidhatul kepada Felisha dengan nada yang perlahan dan lembut.
Walaubagaimanapun Felisha yang mendengarkan kata-kata Raidhatul itu berusaha sedaya upaya menahan takungan air matanya dari pecah.
Tanpa berfikir panjang , Felisha dengan pantas menunduk menghadap bukunya. Lalu pecahlah takungan air matanya dan mengalirlah air mata dengan perlahan membasahi pipi kusam Felisha.
Raidhatul yang melihat Felisha sudah menangis itu lantas berdiri dan menghampiri Felisha. Disisi Felisha , Raidhatul duduk dan menarik lembut Felisha ke dalam dakapnya.
Bahu Felisha diusapnya perlahan sambil berkata
" Its okay Sha. Maybe not everything gonna be okay , but trust me. Something will be fine."
Ujar Raidhatul dengan nada yang perlahan dan sebak.
Jujur , melihat sahabatnya diperlakukan semahunya itu menyakitkan. Namun , melihat sahabatnya menangis itu lebih pedih rasanya.
" Aku rindu dia.. "
" Aku sayang dia.. "
" Kenapa dia buat aku macam ni.. "
Sekali lagi Felisha mempersoalkan persoalan yang sama kepada dirinya sambil menangis didalam pelukan Raidhatul.
" Kau kena terima. Semua ni takdir Sha. Allah , dah set up jalan cerita kau cantik-cantik tau. "
" Jadi , kau kena kuat. Kau kena redha. Kita nak SPM Sha. "
" Aku tau kau boleh hadap benda ni. Aku , Zira dengan Dif sentiasa ade untuk dengar cerita sedih kau. "
" Kitorang ade untuk nasihat kau , motivate kau. Tapi .. , kau kena tolong diri kau sendiri dulu. Sebab , ini hidup kau. "
" Kau lawan perasaan sedih kau. Kau kena usaha sendiri. Sebab ni hidup kau. Okay ? "
" Dahhh. Jangan nangis. "
Secara panjang lebar , Raidhatul terus menerus menyalurkan kata-kata semangat kepada Felisha yang sedang rapuh hatinya.
Lalu , perlahan-lahan wajah Felisha ditarik lembut oleh Raidhatul hingga Felisha memandang wajahnya.
" Jangan nangis.Macam badut dah aku tengok. Hahaha "
Ujar Raidhatul yang cuba untuk menghentikan tangisan Felisha sambil tertawa kecil.
Perlahan-lahan pipi Felisha diherotkan hingga mengukir segaris senyuman nipis diwajahnya. Air mata yang tersisa diseka lembut oleh Felisha.
Sedang Raidhatul dan Felisha tersenyum sambil memandang wajah masing-masing tiba-tiba bahu mereka berdua terasa seakan dipeluk seseorang. Dengan pantas Raidhatul dan Felisha mendongak untuk melihat gerangan yang memeluk bahu mereka itu.
Bersama wajah yang tersenyum manis Anizira berkata
" Eee kenapa dengan bangang-bangang aku niii. Jangan la sweet berdua jee. "
" AKU NAK JOIN JUGAKKK ! "
Kata Anizira dengan nada manja kepada Raidhatul dan Felisha.
" Hahahah , kira untung la you boleh join. I ni ? Tak boleh joinnn ! Hahaha "
Rungut Qhadif sambil tertawa kecil. Manakala Anizira , Raidhatul dan Felisha pula meletuslah ketawa mereka.
Begitulah hubungan akrab antara Raidatul , Felisha , Anizira dan Qhadif. Keakraban antara mereka berempat bukan lagi dianggap sahabat. Malah , seperti sebuah keluarga.
Setelah satu jam tiga puluh minit berlalu , Felisha , Raidhatul , Anizira dan Qhadif pun mengemas buku-buku juga alat tulis mereka yang bersepah diatas meja itu dan bersedia untuk pulang memandangkan jam sudah menunjukkan pukul 5 petang.
Beginilah rutin harian mereka berempat sejak percubaan SPM yang lalu.
Hari demi hari berlalu , pagi Sabtu pun tiba.
" Sha. Sha.. Maafkan Qash.."
" Qash tak sengaja lukakan hati Sha..."
Ujar Qashaf dengan nada yang sebak sedang matanya menakung air mata. Qashaf yang sedang duduk dihadapan Felisha itu ditenung lama oleh Felisha bersama mata turut menakung air mata.
" Qash tahu. Qash salah. I'm sorry sayang.. "
" Tolong. Jangan pergi dari hidup Qash.. "
Kata Qashaf sambil memandang Felisha. Perlahan-lahan takungan air mata Qashaf pecah. Lalu berjuraianlah air mata itu memabasahi wajah Qashaf.
Felisha yang mendengarkan itu lantas menunduk dan menangis.
" Qash tahu tak Sha sakit sangat ?! "
Ucap Felisha meluahkan segala keperihannya kepada Qashaf dengan nada sebak.
" Qash tahu.. Sebab tu.. Qash minta maaf. "
Lafaz Qashaf dengan suara yang sengau dan nada sebak.
Bersama air mata yang deras mengalir dipipi , Felisha mengangkat wajahnya. Tiba-tiba....
Share this novel