" Ya Allah.. Terima kasih .. kerna kau telah menyedarkan kami.. dan membawa kami pulang ke jalan mu Ya Allah.. "
" Aku tahu ini yang terbaik.. tolong redha kan hati kami Ya Allah... "
" Sungguh cinta yang terlarang ini menyakitkan Ya Allah.. Bantu kami.. "
" Andai benar dia jodoh ku , jodohkanlah kami diwaktu yang tepat. Hilangkanlah perasaan cinta yang terlarang ini Ya Allah. "
" Kuatkan kami.. Sesungguhnya.. Hanya pada-Mu aku serahkan segala urusan ku Ya Allah. Makbulkanlah doa ku ini... "
Diatas bentangan sejadah terduduknya Felisha sambil menadahkan tangan berdoa pada Tuhan dengan teresak-esak.
Rintihan demi rintihan Felisha luahkan. Berjuraian air matanya jatuh membasahi hampir seluruh pipinya.
Kesakitan yang dirasakan disudut hatinya kini benar-benar tidak tertahan. Meski hanya sebentar Felisha dan Qashaf terleka dalam menyemai cinta terlarang itu..
Namun keperitan yang dirasai oleh dua jiwa remaja ini amatlah menyakitkan apabila mereka berdua saling mencinta hampir sepenuh hati.
Seperti Felisha , Qashaf yang baru sahaja selesai menunaikan solat subuh turut meluahkan rintihan hatinya pada Sang Pencipta.
" Ya Allah , Ya Rahman , Ya Rahim. Maafkan kami Ya Allah. Kami terleka dalam mengejar manisnya cinta manusia..."
" Meski kami tahu cinta itu adalah cinta yang terlarang , tetap saja kami melanggar segala hukum yang ada.. "
" Demi menyemai cinta yang tak pasti itu.. Maafkan kami Ya Allah.. "
Tertunduk Qahsaf sedang tangannya menadahkan doa. Air matanya berguguran jatuh sederasnya.
Dengan mata yang terpejam Qashaf cuba bertenang dan kembali berdoa.
" Ya Allah.. Sesungguhnya Engkau tahu apa yang terbaik buat hamba-hamba-Mu.. "
" Maka berikanlah yang terbaik buat kami berdua Ya Allah.. "
" Jujur , perasaan ini menyakitkan Ya Allah.. "
" Berikanlah yang terbaik buat kami.. "
" Hanya pada-Mu aku meminta Ya Allah. Makbulkanlah doa-doa ku ini Ya Allah. "
Lalu dengan tangan yang menggigil Qashaf menyapukan kedua-dua tangannya ke pipinya yang dibasahi air mata itu sebagai tanda mengaminkan doa-doanya.
Bersama hati yang patah dan fikiran yang bercelaru , kedua-dua jasad ini menghabiskan masa mereka dengan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Perlahan-lahan senaskah Al-Quran dibuka lalu dialunkan dengan merdu. Air mata yang masih menitis diusap lembut. Dengan sedaya upaya ayat-ayat Al-Quran itu cuba dialunkan sebaik mungkin.
Usai membaca Al-Quran kedua-dua jasad ini cuba melupakan perasaan mereka yang sudah berkecai.
Jam didinding ditenung lama oleh Felisha. Jam menunjukkan 7 pagi. Dengan segera telekung dibuka dan sejadah dilipatkan. Diatas katil , Felisha melabuhkan diri.
Sebiji telefon berjenama Samsung diambil lantas dibuka. Melihat saja pada paparan skrin telefon itu , mata Felisha kembali bergenang.
Gambar Qashaf dan Felisha jelas terpapar di skrin telefon tersebut. Maka hadirlah sebuah perasaan yang bernama rindu mengetuk sang hati yang remuk itu.
" Ya Allah.. "
" Tolong aku.. "
Rintih Felisha yang meminta pertolongan dari Allah untuk menghentikan perasaan rindu yang terlarang ini. Air mata Felisha terus menitis dengan derasnya.
Menggigil jari jemari Felisha memegang telefon pintarnya itu. Lalu galeri telefonnya dibuka.
Galeri itu , dipenuhi dengan gambar Qashaf dan Felisha. Dengan jari jemari yang menggeletar perlahan-lahan Felisha memadam gambar-gambar itu.
Perit. Sakit. Segalanya dirasakan oleh dua jasad berjiwa remaja ini dalam waktu yang sama.
Bukan mudah untuk melepaskan cinta dan kebahagiaan yang dirasa. Namun apakan daya ? Kebahagiaan tanpa redha Allah itu tidak kemana pun. Cinta , juga rindu yang terlarang itu harus dihentikan.
Buat Felisha dan Qashaf , keputusan ini adalah yang terbaik buat mereka. Meski ia begitu menyakitkan. Namun perpisahan tetap saja dijadikan pilihan.
Sebagaimana pertemuan yang tak disangka , dan cinta yang muncul tiba-tiba.. Begitu jugalah perpisahan yang menjengah tanpa sebarang undangan.
Seluruh gambar bersama Qashaf sudah dipadam. Yang tinggal kini hanyalah secebis memori. Nafas yang panjang ditarik Felisha lalu dihembus perlahan-lahan. Air matanya yang masih mengalir diusap lembut.
Matanya dipejamkan. Kesakitan itu , tidak terkata bagaimana rasanya. Mungkin , kerana penantian Felisha dalam menanti cinta setelah sekian lama akhirnya menghadirkan diri.
Namun , siapa sangka hujan turun disiang hari. Kecewa yang dirasa cuba ditahan. Kerna Felisha sendiri sedar. Ini adalah yang terbaik. Buat mereka berdua.
Lantas itu telefon Felisha diletakkan diatas katil. Dihadapan cermin Felisha berdiri. Wajahnya yang kusam dan air mata yang masih berbaki ditenung lama.
" Felisha Aireena binti Samad. You got this. This is the best. It's okay. People get hurt sometimes. Allah ada Felisha. Please hold on. You can go through this ! "
Lisan Felisha cuba memberikan semangat kepada dirinya sendiri sedang hatinya remuk seremuknya.
Air matanya terus mengalir seakan tidak lagi mampu berhenti. Matanya yang sudah sembap dipejamkan. Dalam kebisuan Felisha menangisi keperitan dirasa.
Tersedu sedan dia menangis. Felisha tetap saja cuba bertahan. Hingga dia tidak lagi tertahan. Felisha terduduk sendiri diatas lantai yang dingin itu.
Tertunduk dia menahan rasa dan mengawal suaranya. Cukup air mata yang jatuh berjuraian itu menjadi cara Felisha berbicara tanpa suara.
Seperti Felisha , kepedihan itu juga dirasakan oleh Qashaf. Diatas bentangan sejadah sekali lagi Qashaf menadahkan tangan berdoa memohon pada Tuhan setelah usai menunaikan solat Taubat.
" Ya Allah , aku mohon pada-Mu Ya Allah. Terimalah taubat ku. Maafkan kami Ya Allah.. "
" Kuatkan hati kami menempuhi kesakitan didada ini Ya Allah. Janganlah Engkau membiarkan kami terus terleka menikmati rindu dan cinta yang terlarang ini Ya Allah.. "
Dengan teresak-esak Qashaf mengatakan itu. Tertunduk Qashaf menangis sekuatnya. Sungguh Qashaf sedih dan kecewa. Tapi apakan daya ?
Lalu perlahan-lahan wajahnya diangkat bersama pipi yang sudah basah dengan air mata.
" Hilangkanlah perasaan cinta buat ku dihati Felisha Ya Allah. Biarkanlah cuma aku yang mencinta dan masih menyayanginya Ya Allah. "
" Janganlah kau hantarkan keperitan yang sama pada Felisha... Tolong aku Ya Allah.. "
" Aku tak mahu dia merasakan keperitan dan kekecewaan yang begitu menyakitkan ini... "
" Berilah Felisha Aireena kebahagiaan Ya Allah. Hanya pada-Mu aku memohon. Makbulkanlah Ya Allah... "
Lalu diaminkan doa-doanya itu. Tangannya yang kasar dan basah akibat terkena tempias air mata itu meraup kasar wajahnya.
Mungkin hadirnya cinta dihati Qashaf buat Felisha hanya sementara. Namun cinta yang hadir itu berbekas dalam. Kesakitan yang dirasakan oleh Qashaf itu benar-benar sudah mendesaknya untuk meminta pertolongan dari Allah.
Agar dipadamkan perasaan cinta dihati Felisha buatnya. Hanya kerna dia tidak mahu Felisha merasakan keperitan yang sama.
Untuk remaja diusia 16 tahun , sudah pasti akan ada yang memandang serong dan berkata
" alah , sekejap je tu "
" drama je lebih "
Tapi , tidak buat Qashaf. Meski sudah beberapa bulan berlalu , nama Felisha tetap saja disebut didalam setiap doa dan sujudnya.
Buat Qashaf , kebahagiaan Felisha lebih bermakna dari kebahagiaannya. Syukur kepada Allah..
Perasaan cinta dan rindu yang terlarang dan menyakitkan itu perlahan-lahan menghilang. Namun , Felisha dan Qashaf tetap sahaja saling mendoakan yang terbaik buat diri masing-masing.
Mungkin mereka berdua sudah tidak lagi berhubung dengan kerap. Tidak lagi berbual panjang. Tidak lagi berjumpa mahupun mendengar suara.
Namun adanya doa , telah mendekatkan kedua-dua hati remaja ini dalam keterpisahan jarak dan waktu.
Share this novel