Selesai sahaja solat Zuhur , tubuh Felisha dihamparkan diatas katil bersaiz Queen miliknya itu.
Seperti Qashaf , Felisha juga memikirkan perkara yang sama. " Kita " apa yang akan berlaku kepada mereka berdua. Segala persoalan ditinggal tanpa jawapan.
Mata Felisha kini tertumpu pada siling putih itu. Nafas yang dalam ditarik lalu dihembus perlahan-lahan.
" Ya Allah. Tunjukkan aku ... "
" Jalan yang terbaik buat kami. "
Bisik hati Felisha sedang matanya mengalirkan air mata jatuh membasahi pipinya dengan laju.
2 minggu yang lalu , setelah Felisha menyangka hubungannya dan Qashaf telah berbaik-baik semula seperti sedia kala , rupanya salah.
Bertanggakan 29 Febuari , sekali lagi hati Felisha dilukakan oleh Qashaf.
" Assalamualaikum Qashaf.. "
" Are you busy ? "
Dengan tangan yang menggigil Felisha menaipkan pesanan ringkas buat Qashaf.
Selang beberapa minit , Qashaf pun membalas.
" Waalaikumsalam. "
" Ada latihan debat. Kenapa ? "
Dengan tenang , Felisha menjawab.
" Ouh.. Nak mintak tolong ni... Can ? "
" Nak call.. But , don't worry. Raidhatul pun ada. "
" If you don't mind la.. Sekejap je.. "
Terang Felisha kepada Qashaf.
" Ha okay call lah. "
Balas Qashaf dengan ringkas.
Sejurus menerima respon dari Qashaf , dengan pantas panggilan telefon antara Raidatul dan Felisha membuat panggilan kepada Qashaf.
Setelah beberapa saat telefon Qashaf berdering , panggilan itu pun dijawab.
" He-helo , Qashaf.. "
Sapa Felisha sejurus panggilan telefon itu diangkat oleh Qashaf.
" Hello. "
Jawab Qashaf dengan ringkas dan bernada agak manja. Walaubagaimanapun , suara Qashaf ketika menyambut sapan Felisha jelas kedengaran masih sama seperti ketia mereka berdua bercinta dahulu.
" Em , okay macam ni..Actually , kitorang ade kena tulis essay about our future spouse. "
Terang Felisha dengan tenang.
" so , if.. kau nak kahwin dengan Felisha. Ape yang kau rasa kau perlu ade before kahwin ? Hahahaha "
Celah Raidhatul secara spontan itu lantas meletuskan ketawa antara mereka bertiga.
Sejurus mendengarkan itu , Felisha dan Qashaf secara serentak berkata
" Oiii ! Hahahaha "
Lalu mereka tertawa akibat terkejut akan apa yang telah dikatakan oleh Raidhatul sebentar tadi.
" Em , ape yang aku perlu ade eh ? "
" First , aku kena ade kerja tetap. Ekonomi aku kena stabil untuk tampung family kitorang nanti. "
Jelas Qashaf mengenai point pertamanya.
" ouh .. like , bekerjaya , mampu untuk tampung family... and all that la ? "
Soal Raidhatul kepada Qashaf mengenai point pertama yang diutarakan olehnya tadi.
" second , aku kena prepair mental aku. Mental aku kena kuat. "
Jelas Qashaf untuk point keduanya pula.
" Maksud kau ? Kenapa kena prepair mental ? "
Soal Raidhatul yang meminta penjelasan dari Qashaf mengenai point tersebut.
" Prepare mental la.. like , we don't know ape yang akan jadi dimasa depan. Things happen. So mental aku kena kuat... Pemikiran aku pun kena matured.."
" Okay , contoh if wife aku pregnant pun , aku kena sabar layan kerenah dia. Aku tak boleh cepat melenting. Sebab aku kena faham pembawakan budak and all that. "
" and , aku adalah ketua keluarga nanti. If , mental aku mudah koyak.. Ape akan jadi pada anak isteri aku bila ketua diorang pun dah hilang arah ? that's why laa "
Jelas Qashaf secara terperinci kepada Raidhatul mengenai point kedua yang diutarakan olehnya tadi.
Felisha yang masih berdiam dan membiarkan Raidhatul untuk berbual dengan Qashaf , semakin lebar senyumnya apabila mendengarkan penjelasan ppint kedua Qashaf tadi.
" Ouh , i see. okay next ? "
Jawab Raidhatul dengan ringkas yang tidak mahu membuang masa.
" Last , aku kena pandai bahagi masa. Tak boleh focus dekat kerja sepanjang masa. Aku kena pandai bahagi masa antara family and work..."
" and yeah , tu je... "
Kata Qashaf yang mengutarakan point terakhirnya mengenai apa yang perlu ada pada dirinya sebelum menlangkah ke alam perkahwinan.
" Is it like workaholic ? "
Soal Raidhatul sekali lagi yang memudahkan apa yang hendak disampaikan oleh Qashaf sebentar tadi.
" Aaa yes. "
Jawab Qashaf dengan ringkas yang menunjukkan tanda setujunya kepada apa yang dicakapkan oleh Raidhatul tadi.
Satu persatu point diberikan oleh Qashaf kepada Raidhatul dan Felisha. Suara Qashaf disaat itu , tetap saja sama dengan nada suaranya yang manja dahulu.
Sepanjang Qashaf bersuara , Felisha hanya duduk berdiam dan tersenyum. Perasaan rindu akan mendengar suara Qashaf , benar-benar mencengkam hatinya.
" em , ade ape-ape lagi ? "
Soal Qashaf yang bertanya sekiranya ada perkara lain yang hendak ditanyakan lagi dengan nada suara yang agak lembut.
" Nah , nothing. Tu je. Thanks "
Jawab Raidhatul dengan ringkas dan padat kepada Qashaf.
Sejurus mendengarkan itu , Qashaf pun dengan pantas berkata.
" alright. Bye ? "
" Bye.. "
Felisha yang mendengarkan itu lantas bersuara dan menyambut sapaan selamat tinggal Qashaf dengan nada suara yang sangat lembut sebelum panggilan ditamatkan.
Sejurus saja Qashaf mematikan panggilannya , kini tinggallah Raidhatul dan Felisha sahaja diatas talian.
" Sha... Kau okay tak ? "
Soalan itu lantas diajukan kepada Felisha. Raidhatul yang tahu akan situasi Felisha itu entah bagaimana , dia juga seakan merasakan perasaan rindu yang melanda hati sahabat baiknya yang seorang itu.
" haa.. Aku .. okay je. "
Jawab Felisha dengan suara yang agak serak dan perlahan
" Aaaa entah kenapa aku pulak yang rasa korang punya rindu to each other tho. "
Kata Raidhatul yang memberitahu Felisha akan perasaannya yang berada diantara Felisha dan Qashaf tadi.
Felisha yang mendengarkan itu hanya mampu tersenyum dan tertawa kecil.
Benar , rindu. Rindu yang sudah lama ditahan , akhirnya terubat. Bagaimana Raidhatul tidak merasakan rindu yang dirasakan oleh Felisha sedang dia tahu akan situasi Felisha kan ?
Lalu Felisha kembali bersuara dengan suara yang agak bernada tinggi.
" Weyh , jap ! Alaaa aku lupa thoo nak tanyaaaa "
" Ha , kenapaaa ?! tanya ape ?! "
Jawab Raidhatul yang juga bernada tinggi akibat terkejut akan apa yang dikatakan oleh Felisha.
" Aaaa aku lupa nak tanya lagi 9 hari , hari apeee "
" agak-agak dia ingat takk ? "
Rungut Felisha itu diselitkan juga persoalan.
" Ha , call jela dia balik "
Jawab Raidhatul dengan mudah.
" but... , would he be okay ? aaaaa "
Soal Felisha kerana hatinya masih saja ragu-ragu untuk menelefon Qashaf buat kali kedua.
Jam dipaparan skrin telefon itu menunjukkan sudah pukul 9.45 malam. Dengan tangan yang menggigil , sebuah mesej ringkas ditaip oleh Felisha dengan jari yang menggigil.
" em , Qash.. Sha ade lagi 1 benda nak tanya.. Can I call you ? "
Lalu dengan pantas mesej itu dihantar. Selang beberapa minit , mesej itu dibaca oleh Qashaf dan Qashaf pun menjawab.
" boleh but not now. later okay ? "
Usai saja membaca mesej yang diterima oleh Qashaf itu , Felisha lantas tersenyum.
Dengan pantas Felisha memberitahu akan perkara tersebut kepada Raidhatul.
Sementara menunggu Qashaf untuk ditelefon , Felisha dan Raidhatul sedang rancak merancang akan strategi mereka untuk bertanyakan soalan yang hendak ditanyakan oleh Felisha tadi.
Share this novel