Chapter 14

Romance Series 16317

Beberapa kali Tan seri yahya melepaskan keluhan saat menunggu anak lelakinya di dalam sebuah kafe. Kata jam 10 sekarang sudah lewat lima belas minit. Dia menoleh melihat di luar dari balik dinding berkaca

Seorang lelaki muda turun dari sebuah motorsikal kemudian masuk ke dalam kafe sambil membuka helmet. Danial tersenyum memandang ayahnya yang kala itu kelihatan langsung tidak menunjukan apa-apa reaksi

"Sorry Ayah. Jalan jem,"

Tan seri Yahya mengeleng kepala "Motor siapa tu?,"

"Motor keluargala,"

"Betul ke wani tu isteri Dani?,"

"Betul Ayah,"

"Bila Dani kawin?,"

"Minggu lepas,"

"Tanpa pengetahuan ayah dengan mak,"

"Relex la Yah. Ada sebab Dani rahsiakan semua tu dari ayah dengan mak,"

"Sebab isteri Dani Cleaner?,"

Kali ini Danial tidak menjawab

"Ayah tak kisah Dani dan ayah yakin mak Dani pun tak kisah. Ayah dah bagitahu pada Dani, dah bagitahu pada Dania, ayah akan biarkan saja anak-anak ayah cari jodoh sendiri. tapi janganla kawin tanpa pengetahuan kami,"

"Ayah dengala dulu apa Dani nak cakap,"

"Hah cakapla,"

Berkerut-kerut dahi Tan seri yahya mendengar perjelasan dari anak lelakinya itu,"

"Hey Dani. Kamu nie cinta ke pada isteri kamu,"

"Eh tentula Yah,"

"Habis tu kenapa nak uji isteri kamu,"

"Ala Yah. Sebulan je,"

Kepala Tan seri yahya tergeleng-geleng kesal "Kalau Dani nak uji dia baik tak payah kawin Dani. Uji dulu dia, bila dah rasa sesuai baru kahwin,"

"Tak bolehla Ayah. Dani takut terlanjur,"

"Dani. Kamu cakap kamu cintakan dia, tapi apa yang Dani buat sekarang sebenarnya Dani tak sepenuhnya pecayakan dia. Andai kata apa-apa belaku sebelum sebulan ayah yakin kamu akan ceraikan isteri kamu macam tu je,"

"Apa ayah cakap nie?,"

"Dengar sini Dani. kalau mak kamu tahu tentang nie. Ayah tak akan masuk campur. Dani explain'la sendiri pada mak kamu. Ayah kecewa Dani," Habis saja bicara, Tan seri yahya bangun dari duduknya kemudian meninggalkan anak lelakinya di situ

"Sebulan je pun. Bukan lama...," Ucap Danial pelan sedikit terkilan dengan kata-kata ayahnya tadi

TAN seri yahya melangkah masuk ke dalam pejabatnya. Di saat dia sedang berjalan. Anak matanya terpandang Wani sufiya sedang mengemod lantai

"Aduhai.. kesihanya menantu aku," Tan seri yahya meneruskan langkah menuju ke pejabatnya

"Ayah,"

"Hah Dania,"

"Ayah pergi mana?,"

"Masuk pejabat ayah sekarang,"

Dania sedikit terkejut dengan nada tegas ayahnya. Sebaik sahaja mereka berdua masuk ke dalam pejabat. Tan seri yahya terus melabuhkan punggung di single Sofa

"Dania tahukan Danial dah kawin,"

Baru sahaja Dania mahu melabuhkan punggung, bila mendengar sahaja pertanyaan ayahnya itu, dia terus berdiri

"Kawin?,"

"Kamu jangan nak berpura-pura tak tahu Dania. Ayah tahu kamu tahu,"

"Bukan salah Dania Ayah. Dani tu yang beria-beria nak kawin tanpa pengetahuan ayah dengan mak,"

"Dania ikutkan saja sebab syafik'kan,"

Terbeliak kelopak mata Dania memandang ayahnya "Ma. ma. mana ayah tahu,"

"Tentula ayah tahu Dania. Ayah bos syarikat nie. Dania ingat ayah akan ambil perkerja tanpa siasat latar belakang mereka,"

"Ayah. Hubungan Dania dengan syafik takde kena mengena dengan perkahwinan Danial,"

"Tiada kena mengena Dania cakap. Hey Dania, dengar sini.. kalau mak kamu tahu. ayah yakin mak kamu akan mengamuk dan ayah yakin, waktu tu mak kamu akan halang perkahwinan kamu Dania,"

"Ayah!, Dania tak salah,"

"Kali nie ayah tak akan bantu kamu. Pandai-pandailah Dania menjawab,"

Dania dengan kelopak mata berair. mengetap giginya. "Ini semua salah Dani,"

"Dengar sini Dania!,"

"Ya,"

"Isnin depan Dania pecat Wani,"

"Hah? Ayah. Kenapa nak pecat dia,"

"Kalau Dani nak uji isteri dia sangat, apa salahnya ayah uji sekali'kan, Biar Dani tu tengok macam mana isterinya nak survive,"

"Tapi Ayah?,"

"Tapi apa lagi. Hah, Satu lagi. Rahsiakan semua nie pada Dani dengan syafik,"

"Dania mana sanggup ayah, Wani tu'kan adik ipar Dania,"

"Okay. Kalau Dania tak sanggup, biar ayah sendiri yang pecat dia,"

"Wani tu tak besalah ayah.. kesihanla pada dia,"

"Keputusan ayah mutakmad. Dani nak sangat bermain, ayah pun nak ikut bermain. Dah pergi keluar,"

"Ayah?,"

"Keluar!,"

Dania keluar dari pejabat ayahnya. Jantungnya kala itu berdebar kuat. Dia melangkah pelan. Pada masa yang sama anak matanya terpandang Wani sufiya sedang membawa plastik sampah besar keluar dari pantry

"Aduh macam nie kalau syafik tanya. aku nak jawab apa," Bisik Dania pelan wajahnya tampak gusar

WANI Sufiya melihat jam di tangannya. Lagi 15 minit jam 1 pagi. Dia perlu mengemas bilik yang agak beretakan kerana pelanggan meraikan sambutan hari jadi. Hatinya mula gusar jika terlepas LRT. Dia tidak mahu menyusahkan suami untuk datang menjemput.

Sudah tiga hari wani sufiya melakukan perkerjaan part time, dalam tempoh tersebut tidak pernah sekali pun Danial datang menjemput namun Wani sufiya tidak pernah ambil hati atau terkilan

Kedua tangannya begerak dengan pantas. Sebaik sahaja selesai mengutip semua sampah, dia mulai mengelap meja dan mengemop lantai

"Kena naik grab jugak nie," Getus hatinya kala itu

Miskipun Jam sudah menunjukan waktu 1.45 pagi. Pusat karaoke itu masih di datangi pelanggan untuk berhibur, maklumlah malam itu adalah malam minggu

Wani sufiya menunggu di luar. Dalam lima minit lagi grab akan datang menjemputnya pulang

"Wani?,"

Wani sufiya segera menoleh apabila mendengar seseorang memanggil namanya "Eh cik Aleya,"

"You buat apa kat sini?,"

"Kerja part time," jawab wani sufiya, pada masa yang sama dia melihat syed izham datang menghampiri belakang Aleya

"Wani,"

"Hai encik izham," mereka berdua saling menegur

"Tunggu suami ke?," Aleya bertanya lagi

"Eh? awak dah kawin ke Wani?," Syed izham cepat mencelah dengan reaksi sedikit terkejut

"Ah ah dah,"

"Bila?,"

"Minggu lepas,"

"Selamat pengatin baru,"

"Terima kasih Encik Izham," Wani sufiya memandang Aleya semula "Saya naik grab je Cik Aleya,"

"Suami tak ambil ke?,"

Wani sufiya mengeleng

"Kenapa, takde transport?,"

"Kami ada motor,"

"So?,"

"You nie dah kenapa Aleya. Banyak sangat bertanya?," Syed izham mencelah

"I cuma kesihankan dia,"

"Ada'la sebab tu kenapa suami dia tak ambil, mungkin suami dia buat part time jugak. Dahla. nak karok ke tak nak nie,"

"Nak,"

"Okayla wani kami pergi dulu ya. Hati-hati balik,"

"Baik encik izham," Wani sufiya memerhati sejenak Syed izham berjalan bersama Aleya masuk ke dalam pusat karaoke

"Baik juga ya, you dengan Cleaner tu?,"

"Wani, Aleya.. Tak perlula you nak panggil dia cleaner. I baik dengan semua orang. Takde sebab i nak sombong,"

Aleya tersenyum memandang Syed izham "Sebab itula i suka you,"

"Kenapa you ajak i datang sini,"

"Sabarla,"

Mereka berdua menempah bilik Vvip. Masuk sahaja di dalam bilik itu. Mereka berdua hanya diam memilih lagu sambil menunggu minuman dan makanan yang telah di pesan

Tidak berberapa lama kemudian. Dua orang pekerja masuk ke dalam bilik membawa hidangan yang di pesan

"Malam nie i nak enjoy puas-puas!," Ucap Aleya dengan mengunakan Mic

"You happy sangat nie dah kenapa?,"

"I dah tahu bila Ceo tu akan pergi ke China. I hantar David,"

"You nak suruh dia buat apa kat sana?,"

"Just ambil gambar Ceo tu je izham,"

"So after that?,"

"Secret. Nanti i bagitahu you,"

"Sekejap Aleya. I cuma nak tahu. kenapa you taksud sangat dengan Ceo tu?,"

"Petama. sebab pakcik berikan syarikat tu kepada syafik bukan pada you. Kedua. I memang pantang kalau orang rendahkan i,"

"Rendahkan you. Bila?,"

"Tak akan you dah lupa,"

"Setahu i. i saja yang malu. bukan you,"

"I pun ikut malu jugak izham. Tapi i pandai cover, bukan macam you,"

Syed izham mengeleng sambil menatap wajah Aleya kala itu masih sedang memilih lagu. Dia tahu niat Aleya sebenarnya. Wanita yang tak akan mengalah selagi apa yang di inginkan tidak di milikinya.

"Cuba bagitahu I Aleya. Kalau lepas you tahu siapa Ceo tu apa yang you akan buat?,"

"I akan buat apa saja, apa saja,"

JAM 2.15 Wani sufiya sampai di rumah. Pintu di buka pelan. Di ruang tamu Danial masih terjaga, sedang bermain games PS4

"Assalamualaikum, abang tak tidur lagi ke?,"

"Waalaikummussalam. Abang tunggu wani'la,"

"Abang lapar,"

"Ah ah sayang,"

"Abang tunggu sekejap ya. Wani tukar pakaian dulu. nanti wani masak nasi goreng,"

"Goreng ayam sekali sayang,"

"Baik bang,"

Miskipun penat berkerja. Wani sufiya masih mampu tersenyum. Setiap kehendak suaminya di turutkan, itu sudah cukup membuatkan hatinya bahagia jika suaminya gembira. Dia bergegas masuk ke bilik

Sebaik sahaja selesai menukar pakaian dia terus masuk ke dapur memasak nasi terlebih dahulu sebelum memotong bahan-bahan untuk di gunakan mengoreng nasi

Setelah hampir sejam "Sedapnya bau sayang,"

"Kejap lagi siap bang,"

"Ayam goreng ada tak?,"

"Ada,"

Tidak lama kemudian wani sufiya melangkah ke ruang tamu sambil membawa dulang. Di dalamnya sudah terhidang nasi goreng dan ayam goreng untuk mereka berdua

"Abang nak minum apa?,"

"Buat abang teh O jela,"

"Kejap ya," Wani sufiya kembali semula ke dapur dan setelah siap membuat air. Mereka berdua makan bersama miskipun waktu agak terlalu lewat namun dari raut wajah mereka berdua terlihat sungguh bahagia

"Esok wani kerja lagi ke,"

"Ah. ah bang,"

"Apa kata siang esok kita pergi jalan-jalan,"

"Jalan kat mana bang,"

"Mana-mana je,"

"Okay,"

EMBUN pagi yang basah. Hari siang masih belum tampak. Sebentar lagi akan terang benderang, seiring matahari menampakkan diri. Cuaca berkabut tipis, meski tak ada mendung lagi. Tadi malam hujan turun membasahi bumi membuatkan penduduk kota di selimuti mimpi yang indah. Wajah Danial jelas kelihatan masih mengantuk sebaik selesai solat subuh bersama isterinya

Wani sufiya datang membawa segelas kopi untuk Danial sebelum kembali ke dapur untuk menyediakan sarapan pagi. Berbeza dengan raut wajahnya tampak berseri-seri melayan suami tercinta

Setelah sejam selesai bersarapan. Mereka berdua berbaring di ruang tamu. Danial terlena semula namun Wani sufiya masih terjaga menonton TV

Jam 10 pagi waktu yang di tunggu-tunggu wani sufiya akhirnya tiba, sebaik sahaja suaminya bangun. Danial mengajaknya keluar berjalan-jalan menaiki motorsikal

"Kita nak pergi mana bang?,"

"Jom pergi port Dickson,"

"Port Dickson? kan jauh tu bang,"

"Dekat je.. cepatla bersiap. bawa tuala dengan pakaian lebih,"

Wani sufiya terangguk-angguk menurut. Setelah bersiap. mereka berdua turun ke bawah. Danial menyuruh isterinya memakai jaket kerana cuaca di luar masih lagi dingin

Enjin motorsikal di hidupkan. Dengan ucapan Bismillah, Danial memulas padel minyak. Wani sufiya memeluk erat tubuh suaminya. Di balik visor, anak matanya melihat motorsikal di bonceng suaminya memasuki laluan lebuh raya

Tubuh Wani sufiya mengigil-gigil bukan kerana dingin tapi kerana cara pembawaan Danial agak terlalu laju bahkan itulah kali pertama dia menaiki motorsikal melalui jalan lebuh raya. Danial yang sedar cuba mengelus tangan wani sufiya supaya isterinya itu tenang

Jam 11.30 akhirnya mereka berdua tiba di port Dickson. Wajah Wani sufiya di sebalik Visor terlihat begitu teruja. Tidak lama kemudian, Motorsikal di bonceng Danial membelok ke kanan memasuki sebuah kawasan riadah di kenali teluk kemang

"Lamanya wani tak tengok laut,"

"Lama sangat ke?,"

"Ya bang, dari wani darjah enam, Hiss cantikla tempat nie,"

Danial tersenyum menatap wajah isterinya yang masih teruja. "Wani lapar tak?,"

"Kenyang lagi,"

"Jom kita pergi lepak kat pantai,"

Wani sufiya mengangguk dengan senyuman lebar.

Cuaca kala itu agak berbeza dengan Cuaca di kuala lumpur. Mentari sudah pun berdiri di dada langit namun suhunya tidak terlalu terik. Beberapa orang pelancong kelihatan sedang mandi manda di situ

Wani sufiya bertudung coklat. berbaju biru muda terus tersenyum sambil memegang bunga entah dimana dia memetiknya

"Pandang abang sayang,"

Wani sufiya segera menoleh. Dengan senyuman manis, tangan yang memegang bunga di angkat. Danial terus mempotretkan isterinya itu di Handphone

"Cantik tak?,"

"Hmm.. cantik,"

"Jomla bang,"

"Kejap sayang abang letak beg nie dulu,"

Wani sufiya tidak dapat menahan sabar untuk merasai dinginnya air lautan selat melaka. Tanpa menunggu suaminya. Dia berlari anak apabila ombak mula mencecah pantai. Dia ketawa dengan penuh riang, bahagia sungguh riak wajahnya kala itu, tanpa menyedari apa yang akan menunggunya esok pagi

Danial datang menyertai isterinya. Mereka berdua belari-larian bermain dengan ombak.

"Seronoknya,"

"Lain kali kita pergi Hawaii,"

"Mana tu,"

"Jauh sayang, kena naik kapal terbang,"

"Abang nie.. Kat sini pun dah cantik. tak payah pergi jauh-jauh,"

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience