MIRIS

Romance Series 45287

"Siapa namanya?" tanya Mita kepada sang suami yang terlihat menimang putranya.

"Ibra Mahardika," jawab David.

Mita tersenyum. "Nama yang bagus, Kak."

David tersenyum tanpa mengalihkan pandangan matanya dari sang bayi mungil yang saat ini tengah tertidur pulas.

Mita ragu untuk bicara mengenai kontrak pernikahannya bersama David. Apakah ia akan dicerai setelah ini? Atau David akan mempertahankan dirinya demi anak yang lahir itu? Mita berharap suaminya punya sedikit perasaan cinta padanya.

"Kak," seru Mita. "Ke marikan Ibra ... biarkan aku menyusuinya."

"Tidak!" tolak David tegas.

Mita kaget mendengarnya. "Kenapa?"

"Jika kamu terus menyusuinya, anakku akan terbiasa bersamamu. Setelah masa nifasmu berakhir, perjanjian tetap dilakukan," tutur David.

Mata Mita melebar. "Aku kira kamu sudah melupakan itu."

David berdecih. "Perjanjian tetap perjanjian. Kamu hanya istri yang melahirkan putraku saja. Sedangkan yang akan menjadi ibunya adalah Sarah."

"Kamu tidak mencintaiku?" tanya Mita.

"Cinta? Jangan kira kamu menganggap aku mencintaimu. Semua itu lakukan demi putraku."

"Sungguh tega dirimu, Kak. Aku tulus mencintaimu," lirih Mita.

"Jika kamu bersama kami, yang ada kamu hanya membawa petaka saja. Orangtuaku tiada karenamu, dan aku tidak ingin terjadi apa-apa dengan Ibra setelah ia bersamamu," sarkas David.

Air mata jatuh dari pelupuk mata Mita. "Setidaknya biarkan aku menjadi ibunya selama masa-masa itu berakhir. Biarkan dia bersamaku sebentar. Kak ... berikan dia dulu bersamaku. Dia membutuhkanku."

Terlihat Ibra mulai merengek. Bayi itu perlu susu dari ibunya. David masih enggan untuk memberikan putranya pada Mita. Ia takut Ibra akan terbiasa dengan apa yang akan istrinya itu lakukan.

"Susui sekali saja. Setelah itu kamu harus memompanya," kata David.

Mita mengangguk. "Iya ... akan aku lakukan."

David mengangkat bayi itu dengan perlahan, lalu memberikannya kepada Mita untuk disusui. Tanpa ragu Mita menyusui putranya dengan sesekali mengecup kening bayi tersebut.

David keluar dari ruang rawat Mita. Ia meraih ponsel menghubungi Doni sang asisten. Beberapa panggilan belum terjawab dan berhasil membuat David kesal. Namun beberapa saat Doni menelepon balik.

"Ke mana saja kamu?" David.

"Maaf, Tuan. Saya baru bangun." Doni.

"Kamu urus surat perceraianku bersama Mita. Wanita itu sudah melahirkan dan aku ingin segera berpisah darinya." David.

"Siap, Tuan. Akan saya lakukan." Doni.

Sambungan telepon diputus sepihak. David kembali masuk ke ruang rawat istrinya, mengambil alih Ibra setelah disusui.

"Pompa Asimu pakai itu," kata David dengan menunjuk alat pompa Asi yang telah ia siapkan.

Mita hanya bisa mengangguk. "Iya, Kak."

"Kamu tenang saja. Hidupmu akan terjamin setelah berpisah. Aku akan berikan kompensasi untukmu," kata David.

"Meski kita berpisah nantinya, bolehkan kompensasi itu berupa aku menjadi pengasuh Ibra?" tanya Mita.

David mengeleng. "Ibra tidak boleh tahu kamu ibunya. Yang ia tahu hanya Sarah yang akan menjadi ibunya. Kamu bisa hamil lagi nanti. Pria di luar sana banyak yang ingin bersamamu."

Meringis perih nurani Mita mendengar perkataan yang keluar dari bibir David. Begitu mudahnya pria itu menyuruh Mita untuk hamil dari pria lain.

Pandangan sendu hanya bisa Mita persembahkan pada putranya. Bayinya baru lahir saja ia harus menjaga jarak. Apalagi yang lebih menyedihkan dari itu. Betapa kejamnya diri David. Sakit hati karena kehilangan orangtuanya mendarah daging dalam diri pria itu, hingga ia tega memperlakukan Mita dengan semena-mena.

Bersambung.

Follow me!

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience