WILIAM

Romance Series 45287

Mita mengerjap, pandangannya kabur menatap langit-langit kamar yang berwarna putih. Ia meme Rpgang kepalanya dan kaget seketika ada perban yang membalut.

"Apa aku di rumah sakit?" gumamnya.

"Kamu sudah sadar rupanya."

Mita menoleh ke arah sumber suara yang telah menegurnya. "Siapa kamu?"

"Pertama-tama ... aku ingin minta maaf karena telah menabrakmu. Kedua ... kamu baik-baik saja, hanya saja ada luka sedikit di keningmu. Aku akan datangkan dokter terbaik dan pasti luka itu akan hilang nantinya. Ketiga ... namaku William," jelas pria itu.

"Terima kasih telah membawaku ke rumah sakit," ucap Mita.

"Hei ... aku yang bersalah. Sudah sepantasnya aku bertanggung jawab."

Mita tersenyum mendapati pria tampan yang juga ikut menatapnya. Wiliam sangat tampan dengan wajah campuran oriental. Matanya kecil, hidung mancung dengan bibir merah. Wiliam seperti seorang idol.

"Aku tidak menemukan identitasmu. Siapa namamu?" tanya Wili.

"Namaku Mita. Ya ... seseorang mencoba untuk mencelakai diriku," ungkap Mita.

Wiliam melebarkan mata mendengarnya. "Siapa?"

"Mantan suamiku."

"Kamu sudah pernah menikah?" tanya Wiliam tidak percaya.

"Iya ... dan dia mencoba untuk mencelakaiku."

Mita kemudian menceritakan perihal perkara yang menimpa dirinya. Bagaimana David memperlakukan dirinya, bersandiwara hingga membuatnya terpisah dari sang buah hati.

"Aku turut prihatin mendengarnya. Aku bisa menawarkan bantuan jika kamu menginginkannya," tawar Wili.

"Aku hanya ingin anakku. Itu saja," ucap Mita dengan lelehan air mata.

Wiliam mendekat pada Mita. Mengenggam tangan wanita itu agar tetap kuat menjalani kehidupan. "Tenang ... aku pasti akan membantumu. Kamu pasti bisa mendapatkan anakmu kembali. Percayalah padaku."

Mita mengangguk. "Terima kasih, Wili."

*****
Beberapa hari kemudian, Mita dinyatakan telah sembuh. Saat ini Mita serta Wiliam tengah berada di salah satu ruangan dokter kulit.

"Coba kenakan ini. Kulit ini menyamarkan wajahmu," ucap Dokter.

Mita meraih kulit silikon tersebut, lalu mengenakannya di wajah. Wiliam kaget karena wajah Mita sudah berbeda.

Dokter tersenyum. "Sempurna."

"Dengan begini ... kamu tidak akan dikenali," ucap Wiliam.

Mita mengangguk. "Aku tidak sabar untuk merebut putraku."

"Semuanya sudah kuatur. Kamu tenang saja. Dalam seminggu ini ... kamu akan kembali ke sana," ujar Wiliam.

Bersambung.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience