"Gyo-ya. Gyo di mana? Jangan jauh-jauh, Gya takut! Gyo-ya!"
Kakinya melemas, tidak mampu melangkah lebih jauh lagi. Oksigen di ruangan ini seakan akan tersedut hingga membuatnya merasa gerah dan tidak bisa bernafas. Indera penglihatan nya juga sama sekali tidak bisa melihat satu benda pun.
Hampir satu jam ia tetap berkeliaran di ruangan tanpa penghujung ini memanggil-manggil nama Gyo.
Dadanya berdebar hebat saat tidak menemukan bayang kembarannya itu di mana mana.
"Gyo-ya.." Akibat tidak mampu melangkah, Gya akhirnya tersungkur, melutut di tanah yang lembab dan basah.
Tenaganya terkuras habis dan jika ia melangkah lagi, mungkin menyebabkan nya pingsan.
Lalu tiba-tiba, ada satu garis cahaya datang dari hujung ruangan. Semakin lama, sinar cahaya itu semakin terang dan terang. Lalu, muncul sepasang siloute yang sangat familiar di pandangan matanya.
"Gyo-ya!" Panggilnya lalu pandangan nya teralihkan pada satu siloute wanita yang sedang menggenggam erat tangan Gyo.
Nafasnya tercekat.
"B-bunda?"
Ia tidak salah lihat kan? Di hadapannya kini adalah bayang bunda dan abangnya yang sedang bergandengan lalu secara bersamaan menoleh padanya.
Kakinya yang melemas seolah-olah mendapatkan tenaga semula lalu ia bangkit dan ingin mengejar kedua insan kesayangannya itu. Langkah yang diambil sangat besar berharap ia bisa cepat sampai ke destinasi.
Tiba-tiba saja, ia seperti terpaksa berhenti melangkah apabila kedua insan itu melambaikan tangan padanya, seolah-olah mengatakan selamat tinggal padanya.
"Gyo! Bunda! Tunggu Gya! Gya mau ikut!" Jeritnya memanggil kedua orang itu agar berhenti melangkah dan menunggunya.
Namun, seolah-olah tidak mendengar suaranya, kedua orang itu tetap melangkah menjauh.
Darahnya seolah-olah tersirap. Tidak boleh jadi, dia harus mengejar keduanya. Ia tidak bisa ditinggalkan sendirian di ruang asing ini. Dia ingin ikut.
Malangnya, baru saja ingin berlari, sinar cahaya itu semakin menjauh dan mengecil. Lalu kakinya yang tadinya terasa bebas kini seolah-olah melekat pada lantai lembab itu. Bahkan rasanya seperti ada yang menahannya daripada melangkah.
"Bunda! Gyo!"
Bahkan panggilan dan teriakannya tidak dipedulikan kedua orang itu. Mereka masih saja terus melangkah menjauhinya.
Tidak! Ia tidak bisa ketinggalan di sini! Ia harus mengejar langkah mereka.
"Jung Gya."
Namun ada satu suara lain yang memanggilnya, membuatnya berpaling ke belakang. Dan di sana, ada sosok seorang pria yang juga dikenalinya, berdiri menghulurkan sebelah tangan ke arahnya.
"Sini sayang. Ikut sama papa."
Suara itu! Kedengaran sangat nyata di pendengarannya. Bias suara garau yang sangat familiar.
Tanpa sedar, bibirnya tersenyum. Seakan akan lupa pada sosok dua orang yang semakin menjauh meninggalkannya. Refleks, tangannya ikut terhulur. Ingin ikut dengan pria itu.
Tapi, lagi-lagi, tangannya tidak bisa terus diangkat apabila melihat kelibat seorang wanita dan seorang anak perempuan yang tiba-tiba datang memanggil sosok pria itu.
Dan seperti wayang gambar, tangan yang tadinya terhulur padanya kini berpindah pada kedua perempuan itu. Bersamaan dengannya, seakan akan tersedar, Gya kembali teringat pada bunda dan abangnya yang sayangnya sudah lenyap dari pandangan matanya.
"Bunda! Gyo!"
Matanya terbuka lebar bersama nafas yang memburu laju. Keringat dingin membasahi dahi dan lehernya. Tangannya menggenggam erat bed cover di kiri dan kanannya.
Mimpi itu! Benar-benar terasa nyata!
___________________________________
"Ngantin yuk. Laper!"
"Gak Yuqi. Lo pergi aja dulu."
"Loh? Kenapa? Harusnya kan kita makan bareng, Gya. Udah janji juga."
Gya menghela nafas lemah. Yuqi di sebelahnya dipandang sekilas lalu akhirnya ia bersetuju untuk ikut dengan cewek itu ke kantin sekolah.
"Yeay!" Gadis berambut kerinting itu tidak bisa menyembunyikan kesenangannya. "Nah gini dong. Jangan masam mulu, atuh! Gak cantik liatnya."
Canda Yuqi yang beriang-ria berjalan sambil menggandeng lengannya erat.
Namun, Gya lebih memilih untuk diam dan hanya mengikuti langkah gadis kelas sebelah itu. Dua hari ini, Yuqi tiba tiba saja mula dekat dengannya. Malah cewek itu sering datang ke kelasnya waktu pagi, sebelum bel bunyi dan waktu istirahat. Seperti ini.
Dan, Jung Gya juga tidak bisa menolak kehadiran Yuqi. Lagian pula, ia sedang kesunyian tanpa kehadiran Gyo mahupun Park Jihoon yang sejak awal semester ini tidak datang ke sekolah.
Gyo berada di rumah Dokter Jennie kerana teman bundanya itu selama beberapa hari.
Sementara Park Jihoon, Gya juga tidak tahu dengan cowok itu. Mungkin sudah pulang ke US.
Ah, tidak penting. Mana Jihoon juga memang orangnya seperti itu. Bisa tiba-tiba nonggol dan hilang begitu saja. Gya malas mahu memikirkan cowok pemancing emosi itu. Mana tuyul-tuyul di sekolah ini juga sudah cukup untuk membuatnya pusing.
Keduanya sampai di kantin lalu memilih untuk duduk di hujung penjuru kantin. Sedikit tersorok dari penglihatan orang lain.
Manakala Yuqi dengan sukarela menawarkan diri untuk mengantri dan membeli makanan mereka berdua.
Tante Jennie??
|Gyo mana tante? Sehat?
Pesanannya dihantar kepada sahabat bundanya itu.
Ting!
Tidak butuh lama, pesanan masuk ke ponselnya dari orang yang sama.
Tante Jennie??
|Gya-ya..
|Ini ada kok Gyo nya
|Lagi makan. Dia sehat. Kamu?
|Sehat kok tante. Ini aku lagi di sekolah
|Titip Gyo ya tan
|Maaf udah ngerepotin tante aja
Tante Jennie??
|Gak papa sayang.
|Tante juga senang kok Gyo di sini
|Dan emangnya harus begitu sayang, kamu dan Gyo..
|Harusnya tinggal sama tante aja.
Pelawaan wanita itu langsung tidak dihiraukan cewek itu. Ia hanya memandang kosong ke skrin layarnya dan lamunan itu langsung buyar sebaik saja Yuqi datang bersama sepinggan nasi goreng kimchi, mi sup dan dua jus wortel.
"Gue nggak pesan nasi goreng loh Yuq. Kan cuman mau jus aja." Protesnya melihat Yuqi yang meletakkan pinggan nasi goreng di depannya.
Cewek itu juga mengambil tempat lalu menarik pinggan nasi gorengnya. "Ini bukan gue yang pesanin Gee."
Gya berkerut kening, "terus, kalau bukan lo, siapa?"
"Tuh!"
Pandangan mata Gya juga langsung melihat ke arah yang ditunjukkan oleh Yuqi. Dari tempat duduknya, ia bisa melihat Jaemin yang sedang duduk bersama gengnya, juga disertai oleh Lia dan beberapa teman cewek itu.
"Jaemin yang pesenin ini buat lo. Yang bayar juga dia. Gue gak bisa nolak juga soalnya dia maksa."
Kebetulan Jaemin ikut memandang ke arahnya dan pandangan mata keduanya bertemu. Otomatis Jaemin tersenyum manis pada nya.
Mulut cowok itu bergerak, yang mana menyuruhnya untuk makan.
Gya membalas senyuman itu dan menggerakkan mulut nya membentuk ucapan 'terima kasih'. Moodnya sedikit membaik kerana cowok itu biarpun mereka hanya berbicara dari jauh begini.
Memang, Gya sendiri yang meminta agar mereka berdua sebaiknya tidak begitu dekat jika di sekolah.
Ia tidak mahu hubungan cowok itu dan teman-temannya menjadi canggung kerananya. Setelah Gya mengetahui kalau Jaemin hampir adu jatos dengan teman-temannya sebaik tahu hal yang sebenar.
"Udah, gak usah main mata terus. Nih makan. Lo kelihatan kurus amat dah. Kayak tulang!"
Yuqi langsung mematikan acara tatap tatapan Jaemin dan Gya lalu menyodorkan sudu kepada cewek itu, menyuruhnya untuk makan.
"Ih, enak aja ngatain gue kering kayak tulang." Protes Gya tapi tangannya tetap mencapai huluran Yuqi.
Mereka berdua makan bersama sambil sesekali berbual mengenai sekolah dan sedikit sebanyak mengenai diri masing masing.
Ketika ini, Gya baru tahu kalau Yuqi sudah pacaran dengan Lucas sebelum cewek itu sekolah di sini. Lucas seumuran dengan Mark yang sebenarnya tapi, cowok itu bersekolah di tempat lain.
Sesekali keduanya bercanda. Gya senang berteman dengan Yuqi. Cewek itu seorang yang seru dan Gya bisa melihat dengan jelas, Yuqi tidak sama dengan cewek-cewek yang katanya ahli clan Arthdal.
Buktinya, Yuqi langsung tidak bergaul dengan mereka semua. Makanya Gya menerima huluran persahabatan cewek itu tanpa curiga.
Di sudut pandangan lain, Jaemin masih asyik memerhatikan meja yang ditempati oleh Jung Gya dan Yuqi. Topik perbualan teman-temannya langsung tidak menarik lagi.
Apatah lagi kini Nancy sedang duduk di depannya. Mulut cewek blasteran itu tidak berhenti henti berbicara dengannya namun Jaemin hanya masa bodo saja.
Baginya, memerhatikan senyuman Jung Gya, walaupun dari kejauhan membuat hatinya tenang dan berbunga-bunga. Walaupun tidak bisa mendekati, tapi Jaemin bisa sentiasa datang ke tempat part-time Jung Gya.
Dari apa yang dilihatnya, teman-temannya langsung tidak mengetahui bahawa cewek itu bekerja di Chill Dream Cafe.
Satu kelebihan besar buat Jaemin. Sekurang-kurangnya, teman temannya tidak akan membuntuti Gya sampai ke sana juga kan?
"Bisa kan? Kamu temenin aku hujung pekan ini? Jae..min.."
Nancy yang sepertinya menyedari Jaemin langsung tidak menunjukkan minat padanya, melihat ke tempat sama.
Api cemburu langsung menyulung hatinya sebaik menyedari kalau Jaemin sedang memandangi Jung Gya. Pantas sudu di tangannya dihempas ke pinggan yang mana menarik perhatian seisi meja.
"Kenapa Nan?" Lia menegur sebaik saja melihat reaksi dingin Nancy.
Nancy menghirup sedikit jus apelnya yang masih penuh di dalam cawan lalu cewek itu berdiri dari tempatnya. Malah panggilan Lia juga tidak dihiraukan.
Tujuannya hanya satu ketika ini.
Jung Gya!
Papp!
Tangannya menghentak kuat permukaan meja yang ditempati Jung Gya dan Song Yuqi.
"Arghh!" -Gya.
"Gya!" -Yuqi.
Jeritan kedua mereka kedengaran serentak sebaik saja Nancy bertindak mengambil mangkuk sup milik Yuqi lalu mencurahkan isinya ke lengan Jung Gya yang berbalut seragam.
Seisi kantin menjadi sunyi secara tiba-tiba sebaik saja menyaksikan Nancy yang mencurahkan kuah panas pada Jung Gya.
Malah Jaemin yang melihat dari kejauhan juga turut kaget. Ia sudah berdiri, bersedia untuk mendekati meja Gya namun tubuhnya ditahan oleh Renjun yang juga ikut berdiri dari tempatnya.
Jaemin memandang Renjun dengan pandangan tidak suka. Sementara cowok China itu menggeleng.
"Lo apa-apain sih Nancy?! Gila lo ya?!"
Suara Yuqi adalah yang pertama kedengaran. Ia memegangi tangan Jung Gya yang kelihatan merah terbakar. Pantas ia mengambil tisu lalu mengelap tangan cewek itu.
Sementara Nancy menampilkan smirk andalannya. Matanya mencerlung setajam mata helang. Antara puas dan sinis melihat Gya yang meringis kesakitan.
"Ini, balasan buat lo! Dasar cewek murahan! Pelakor!" Nancy langsung menghamburkan kata kata hinaan pada Jung Gya.
Tidak terima dihina begitu, Gya mengangkat wajah. "Kak Nancy itu kenapa sih? Aku gak pernah cari gara-gara sama kakak! Kenapa kakak terus-terusan gangguin aku?!"
"Hah? Seriusan nih?" Nancy berpeluk tubuh. Matanya masih tajam menikam sepasang wajah Jung Gya.
"Dasar gak sadar diri! Heh Gya, gak usah play victim deh lo! Kenyataannya semua orang tau kan, lo ngerampas pacar Lia! Dan sekarang, lo masih mencari-cari cowok lagi? Hah?" Telunjuk cewek itu menuding tajam di hadapan wajah Jung Gya.
"Maksudnya apa? Aku ngerampas siapa lagi? Hah?!" Tantang Jung Gya berani.
Sungguh kulit tangannya benar benar terasa sakit. Kuah mi milik Yuqi benar benar panas. Malah ia sendiri melihat wap wap yang menguar dari mangkuk tadi.
Papp!!
Sekali lagi, Nancy menghentak meja kuat. Rasanya permukaan meja itu bisa retak akibat hentaman tangan Nancy yang tidak aba-aba.
"Emang cewek pelakor nggak akan pernah sadar kesalahan sendiri! Fine! Sini gue kasih tau, ya." Bibir Nancy terketap kuat. Sungguh ia benci dengan cewek di depannya itu.
"Berhenti godain Jaemin. Dia pacar gue! Dan gue gak bakalan biarin lo ngambil Jaemin dari gue, kayak lo ngerampas Jeno dari Lia! Berhenti halu, lo."
Nancy mengacungkan tangannya lebih dekat ke wajah Jung Gya sehingga jari telunjuknya hampir mengenai wajah cewek itu.
Pelajar lain yang berada di kantin hanya menjadi pemerhati tanpa ada niat untuk ikut campur.
"Jauhin tangan kotor lo dari sahabat gue!" Yuqi yang melihat itu pantas menepis tangan Nancy kasar.
"Wah, jadi sekarang, kalian berdua temenan?" Sinis suara Nancy, kini ia memandang ke arah Yuqi. Ia bertepuk tangan suka.
"Anak luar nikah miskin, temenan sama anak pelacur dari lorong! Cocok dong! Pantas aja kelakuan kalian kayak gini! Ternyata ngambil waris dari nyokap kalian!"
Tidak hanya Gya dan Yuqi, meja yang ditempati Jeno di hujung sana juga sama kagetnya. Sama sekali tidak menyangka kalau Nancy akan mengeluarkan kata kata sekasar itu.
Sama halnya dengan anak-anak lain. Ada yang berdecak tidak suka namun tidak kurang juga yang tersenyum sinis setelah mengetahui mengenai itu.
Rahsia terbesar dari hidup Song Yuqi yang sebenarnya hanya diketahui oleh Geng Arthdal, kini tersebar ke seluruh anak-anak Serim High.
Nancy mendecih, merasa sudah menang. "Kenapa? Kaget? Gue bisa tau soal ini, Yuqi?"
"Jaga bicara lo, Nancy!" Eram Yuqi rendah. Batas kesabarannya semakin menipis.
"What?" Masih dengan nada sinisnya, Nancy langsung tidak mempedulikan ugutan Song Yuqi.
Ah, paling-paling saja, ia akan berhadapan dengan Lucas. Huh, cowok itu sama sekali tidak membuatnya gentar.
"Kenyataannya kan emang gitu. Kalian berdua.."
Kali ini, Nancy seolah olah menempah maut dengan berdiri benar benar di hadapan Yuqi yang sedang menahan amarah.
"...anak, J.A.L.A.N.G"
Lalu ketika inilah, Nancy benar-benar melewati batas.
Ketika ia ingin berpaling menjauh, lengannya ditarik kuat oleh seseorang. Membuatnya mahu tak mahu menoleh lalu tanpa amaran, satu penampar keras melayang ke pipinya.
"Akh!"
Belum cukup dengan itu, Yuqi mengambil gelas jus wortel miliknya yang masih penuh lalu mencurahkan isi gelas itu benar benar ke wajah plastik Nancy.
"Shit!" Nancy mengusap wajahnya yang basah terkena jus. Bahkan air itu ada yang masuk ke dalam hidungnya, membuatnya tersedak dengan minuman itu sendiri.
Yuqi tersenyum sinis. Mendorong Nancy yang basah sehingga cewek itu terduduk di bangku. Kemudian ia mendekat dan tunduk menghadap Nancy.
"Lo bisa ngehina gue sesuka hati lo Nancy! Tapi gue nggak akan biarin lo ngehina bunda gue, dan bunda Gya. Ini akibatnya kerana lo udah langgar pantang itu!"
Tidak cukup dengan itu, ia menyisir pelan rambut basah Nancy.
"Satu hal yang lo sendiri gak sadar Nancy. Sekurang-kurangnya, gue nggak butuh nawarin diri, atau ngaku-ngaku jadi pacarnya Lucas buat bisa masuk ke circle geng Arthdal. Nggak kayak lo, ngaku-ngaku jadi pacarnya Jaemin. Tapi Jaemin-nya, sama sekali nggak tertarik sama cewek plastik kayak lo. Hmm?"
Lembut bicara Yuqi kedengaran seperti berbisik tapi cukup tajam untuk membuat Nancy malu.
"Dan satu lagi, gue rasa, Gya bakal bisa gabung ke Arthdal secara rasmi nggak lama lagi. Setelah..."
Yuqi mendekat ke tepi kepala Nancy. Kali ini ia benar-benar berbisik.
"...dia jadian sama Jaemin. Saat itu, lo bakal kekal jadi parasit yang numpang di bawah kuasanya Lia. Gak lebih."
Ayat terakhir Yuqi nyatanya mampu membungkam Nancy seribu bahasa. Mata cewek itu memerah menahan rasa antara geram dan malu. Seolah-olah ia akan membunuh Yuqi di sana juga.
Namun, pandangan itu tidak bisa membuat Yuqi gentar. Yang adanya Nancy kelihatan kecil seperti seekor lalat yang kapan saja bisa ia tampol sehingga mati.
"Sakit?" Yuqi kembali menumpukan perhatiannya pada Jung Gya. Tangan cewek itu benar benar merah.
"I-ya, gue alergi seafood Yuq." Ringis Gya merasakan sakit pada kulitnya.
Tapi yang lebih merisaukan adalah suhu tubuhnya yang mendadak naik. Ia punya alergi pada seafood yang mana akan membuatnya terkena demam seandainya kambuh.
"Ya ampun. Ini bahaya banget. Ayo ke UKS."
Jaemin sudah tidak bisa menahan dirinya apabila Yuqi memandang ke arahnya seakan akan meminta bantuan. Pegangan Renjun ditepis cowok itu dan kali ini Renjun melepasnya.
Tanpa mempedulikan Jeno yang dari tadi menatapnya tajam seakan-akan menyuruhnya menjauh, Jaemin keluar dari bangkunya dan menuju ke meja Yuqi dan Gya.
Mark turut membuntuti langkah Jaemin.
"Gya kenapa?" Soalnya sebaik tiba di meja keduanya. Nancy yang berada tidak jauh dari sana diabaikan.
Kali ini, kelakuan Nancy sudah benar benar melampaui batas.
"Dia alergi sama seafood. Ini sup gue sup ketam. Please tolongin, gue takut dia pingsan." Jelas Yuqi. Wajahnya penuh riak kerisauan.
"Ya udah, sini-"
"Jaem..." Baru saja ingin membantu, Mark terlebih dahulu menahan bahu Jaemin.
"Lo harus setelin urusan lo sama Nancy. Biar gue bantu Yuqi sama Gya ke UKS." Tawar Mark.
Ia sudah muak dengan permainan Nancy yang baginya sangat melampau hari ini. Selama ini ia hanya diam jika Nancy merundung Jung Gya. Tapi hari ini cewek itu benar benar sudah melampau kerana melibatkan Yuqi.
Secara tidak langsung, ia diamanahkan Lucas untuk menjaga pacar sahabat dekatnya itu.
Hari ini, Nancy keterlaluan kerana membocorkan rahsia terbesar Yuqi yang tidak semua orang mengetahui nya. Hanya Geng Nevada dan Lia sahaja yang tahu. Mungkin Lia yang membeberkan rahsia ini pada Nancy.
"Yuk, kita ke UKS. Lo juga harus diperiksa Yuq. Gue khawatir sama lo." Mark memandang Yuqi.
Kemudian, ia membantu membawa Jung Gya ke ruang UKS. Tubuh cewek itu terasa menggeletar.
Jaemin memandang langkah ketiga orang itu sehingga menjauh. Anak anak di kantin juga sudah mula beredar setelah melihat drama percuma di waktu istirahat sekolah.
"Jaem..tolong, tangan gue sakit."
Rintihan palsu Nancy mengejutkan Jaemin. Ia menoleh pada Nancy yang kelihatan seperti menangis. Namun, langsung ia tidak punya rasa simpati. Ini semua juga toh akibat ulahnya sendiri.
"Bangun. Ada yang harus gue bicarain sama lo."
Suara Jaemin ketika ini kedengaran benar benar dingin dan tidak mesra. Tatapannya juga setajam mata helang.
__________________________________
"Ini tangan kamu udah aku balut. Tapi, tetap aja, harus disapu salep ya." Giselle, salah satu ahli UKS yang bertugas hari ini memberikan beberapa salep kepada Jung Gya.
"Nah, ini buat luka lecur. Terus ini, untuk alergi kamu. Aku juga ada kasih pil. Kalau ngerasa gatal, makan ya. Lain-lain, gak ada papa kok."
Terakhir, cewek dengan tanda nama Ahli UKS itu memberikan beberapa kapsul untuk merawat alergi kepada Jung Gya.
"That's it?" Mark yang sedari tadi berada di antara ketiga cewek itu mengangkat kening tidak percaya.
"Yes Mark. That's it. Nothing serious so don't worry, okay."
"What about Yuqi? Is she alright?"
Masih tidak putus asa, kini Mark bertanya mengenai Yuqi yang sudah menepuk dahi dengan sikap pemaksanya seorang Mark Lee.
"Mark, gue kan gak diapa-apain sama nenek lampir gila itu! Huh! Udah ah, jangan lebay!" Marah Yuqi kepada Mark yang masih memaksa menanyakan halnya kepada Giselle.
Mana jelas jelas yang diserang malah Nancy tadi. Tapi kelakuan Mark seperti sebaliknya.
Hey, come on. Is it Song Yuqi okay.
"Yah gimana gue gak khawatir anjir. Lucas udah nyuruh gue buat liatin lo, tapi malah lo di kata-katain sama si nek lampir. Jelas lah gue takut. Entar gue digebukin pacar lo."
Gisele memilih untuk keluar dari ruangan sebaik saja tugasnya selesai. Lagian waktu bertugasnya sudah tamat. Setelah ini hanya ada guru yang menjaga ruangan UKS. Ahli sepertinya harus masuk semula ke kelas.
"Ya udah kalau lo maksa, gue keluar ya. Pengen masuk kelas." Mark pamitan. Tingkahnya kelihatan tergesa-gesa. Seolah olah takut ditinggalkan oleh seseorang.
"Plus, gue mau ngikutin Giselle. Mana tau bisa dapet no hapenya." Bisik Mark kepada kedua cewek di depannya yang langsung melongo tidak percaya.
Rupa-rupanya Mark ada udang di sebalik mi. Ia ingin mengincar Nancy. Pantesan aja.
"Dasar buaya lo Mark. Ya udah sana gih. Kita juga pengen masuk kelas nih."
Yuqi langsung mengusir Mark. Menyuruh cowok blasteran itu untuk segera beredar dan masuk ke kelas.
Lalu, tinggal kedua Yuqi dan Gya yang sama sama membeku tanpa berbicara satu patah perkataan pun. Masing-masing hanya diam sambil duduk di kasur ruang UKS.
"Maaf, Yuq. Gara-gara lo temenan sama gue, lo juga jadi terkena masalah." Gya terlebih dahulu memecahkan kesunyian keduanya.
Jujur, ia merasa serba salah dengan apa yang baru saja menimpa Yuqi.
"Ch! Pantes aja gue gak punya teman. Benar kata orang, gue tuh pembawa sial. Siapa yang temenan sama gue, pasti kena masalah."
Kepalanya mendongak memandang Yuqi. "Udah ya, lo gak perlu temenan sama gue lagi. Gue gak mau kalau sampai lo terkena masalah gara-gara gue. Cewek kayak gue, emang gak layak-"
Sentuhan tangan Yuqi padanya membuat Gya langsung menghentikan kata kata yang akan keluar dari bibirnya. Matanya memandang genggaman tangan putih itu sebelum kembali menatap sepasang mata bundar Song Yuqi.
"Jangan pernah ngomong kayak gitu lagi. Semua orang itu berharga. Entah untuk orang tua, adik-beradik, atau malah untuk seseorang yang bisa lo gelar sahabat. Gak ada satu pun di dunia ini yang layak dipanggil pembawa sial. Dan gak semua hal buruk yang berlaku kerana alasan itu. Bisa saja, itu aturan yang sudah diatur sama Tuhan!"
Gya terdiam. Mencuba mencerna maksud tersirat daripada kata kata Yuqi padanya itu.
Dalam, dan membawa seribu makna.
"Dari awal, sejak gue ngeliat lo dibawa Jeno ke markas, hati gue udah benar-benar tertarik sama lo, Gya."
Fakta kali ini tentu saja sukses membuat Gya kaget. Sama sekali, ia tidak pernah berfikir ada orang yang akan menilainya begitu baik.
"Gue merasa kita punya bonding yang sama, jauh di lubuk hati gue. Yah, biarpun awalnya, saat gue tau, lo selingkuhan Jeno, gue benci dan menganggap lo sebagai cewek murahan sih."
Yuqi diam sejenak. Memandang jauh ke hadapan sambil menguncir rambut kerinting nya dengan karet rambut hitam.
"Tapi, pandangan gue langsung berubah saat gue liat lo sama kembar lo pertama kalinya. Di saat itu, gue mulai sadar, lo gak seburuk yang selama ini gue kira. Ada satu rasa muncul di hati gue saat liat gimana care nya elo ngelayan kembar lo yang....ya sakit itu."
"Setelah tahu cerita sebenar dari Mark, akhirnya gue ngerti. Lo bukan rela hati nyerahin diri ke Jeno untuk jadi selingkuhannya. Malah, itu keputusan Jeno sendiri buat curang ke Lia."
Bila diingat-ingat, Jeno benar benar tergolong daripada cowok ter-brengsek yang pernah Yuqi temui sepanjang hidupnya. Sendiri yang memilih buat berpaling dari Lia tapi yang nanggung kesalahannya, Jung Gya.
Saat pertama kali tahu, Yuqi hampir-hampir mencekik Lee Jeno jika saja tidak ditahan oleh Lucas.
Bak kata Lucas, Jeno punya alasan kenapa dia lakuin ini. Tetap tinggal sama Lia di saat dia punya Gya di hidupnya.
Lalu alasan itu adalah hal satu-satunya yang tetap menjadi rahsia yang disimpan Lucas dari Yuqi.
Berkenaan kehidupan peribadi Lee Jeno.
"Jadi, Gya, lo gak perlu ngomong kalau lo itu pembawa sial. Gelaran itu, gak pantes buat cewek sebaik dan sesuci lo." Tambah Yuqi lagi agar Gya tidak terus-terusan tenggelam dengan fikiran buruk begitu.
"Tapi, fakta kalau gue itu anak luar nikah, bukan palsu Yuq. Emang benar apa yang dibilang Kak Nancy. Gue tuh, anak luar nikah."
Iya, biar sebanyak mana pun kata kata positif yang cuba Yuqi jejalkan ke dalam akal pemikirannya, satu hal itu tidak bisa berubah semudah membalik tapak tangan.
Kebenaran kalau dirinya anak luar nikah nggak bakalan berubah biar sekuat manapun ia mencuba mengelak.
"Hey, lo gak harus merasa malu kerana itu." Kembali, Yuqi menenangkan hati Gya. Sebelah tangannya hinggap di bahu cewek itu lalu meremas lembut.
"Gue gak tau apa sejarah hidup bunda lo, tapi ini semua tuh sama sekali gak ada kaitannya sama lo. Lo gak salah. Yang salahnya mereka mereka yang ada di masa lalu, yang membuat lo berada di posisi ini Gya."
Dan lagi, kata kata Yuqi sedikit sebanyak bisa membuat Gya kembali tenang.
Benar. Semua ini gak ada kaitannya sama dirinya. Yang salah, adalah mereka mereka yang membuatnya berada di posisi begini.
Tidak! Mana mungkin Gya akan menyalahkan bunda nya untuk ini. Malah, bundanya adalah insan yang paling menderita di sini.
Semuanya berpunca dari kelakuan serakah keluarga ayahnya yang semena-mena meletakkan bundanya dalam posisi tersiksa sehingga bundanya menderita hingga ke akhir hayat.
Iya! Benar! Itu kesalahan mereka.
"Dan, gue sama sekali gak bakalan malu untuk ceritain rahsia terkelam hidup gue ini ke elo Gya. Jalan cerita gue jauh lebih jijik dan kotor dari kehidupan lo."
"Maksudnya?" Gya bertanya kembali. Tidak mengerti dengan apa yang cuba disampaikan Yuqi.
"Apa lo mau dengar? Kisah seorang anak gadis yang dijual di pasar gelap sebagai alat pemuas nafsu. Lalu diselamatin oleh seorang cowok?"
Gya tercekat. Berbagai pertanyaan bermain di mindanya. Apa lagi dengan cerita Yuqi yang seakan akan sangat mempercayainya.
"Tunggu!" Gya menahan Yuqi daripada meneruskan kata katanya.
Pandangan Yuqi teralihkan lalu ia memandang Gya yang kelihatan sedikit ragu. Ia menunggu kata kata yang akan dikatakan oleh Gya.
"Lo yakin? Mau ceritain hal ini ke gue? Lo, gak bakalan nyesal?"
Yuqi mengerutkan keningnya. "Maksud?"
Gya menelan liur, sebelum bertanya. "Gimana, kalau gue sama kayak mereka? Gimana kalau gue juga bakal khianatin lo dan malah memanfaatin rahsia lo ini?"
Respon Yuqi, cewek itu ketawa besar. Lalu kelihatan kalem lagi. "Gue percaya, lo bukan kayak gitu. Kepercayaan gue, gak salah kan?"
Keduanya saling bertatapan seketika sebelum akhirnya Gya menganggukkan kepalanya. Dia sendiri tidak tahu apa yang merasukinya tapi tatapan mata Yuqi kelihatan benar benar ikhlas.
Lalu riak wajah cewek itu yang penuh harapan, membuat Gya sama sekali tidak tega seandainya menolak.
Akhirnya, ia mengangguk yakin. Duduknya ditegapkan untuk berhadapan dengan Yuqi dalam posisi yang lebih yakin. *
______________________________________________
Hari ini, suasana di Serim High riuh dan tidak seperti biasanya.
Ini masih lagi jam pelajaran tapi anak anak Serim High sudah berkeliaran memenuhi dewan utama sekolah berprestij tinggi itu.
Semuanya sedang tekun mendengar-ah lebih tepatnya-menikmati dodoian dari Guru Lee Sooman, pengetua selaku pendiri utama Serim High School.
"Saya berharap, sekolah kita bisa menjadi sekolah terulung sepanjang sejarah. Bukan mengakui, tapi diakui. Sekian, terima kasih."
Sebaik saja kata penutup itu kedengaran, semua anak anak yang sedang duduk mengitari dewan itu bertepuk tangan. Semuanya riuh menjerit ke sana ke sini kerana akhirnya penderitaan mereka berakhir.
Gya yang menahan kuap langsung menggoncang sedikit bahu Yuqi yang kepalanya sudah tersandar pada bahunya.
"Yuq, bangun! Itu Pak Lee udah habis ngomongnya! Ayo! Keluar dari sini!" Gya berbicara mencuba mengalahkan suara anak anak lain yang jauh lebih riuh.
Setelah beberapa kali goncangan, akhirnya, Yuqi membuka mata lalu menatap malas ke sekelilingnya.
"Huh? Udah habis? Okay kalau gitu..." Baru saja ingin bangun, tiba tiba pandangan mata Yuqi menangkap satu figura manusia yang berada di sebelahnya.
"Eh Mark! Lo ngapain tidur di bahu gue juga dah? Buset emang nih orang." Suara cewek itu langsung menggema menampar masuk ke pendengaran Mark yang tentunya kaget.
Bahkan cowok itu sampai terjungkal dari tempat duduknya. Saking nyaringnya suara Yuqi yang bisa menulikan telinga.
"Aduh! Kasar amat jadi cewek! Sakit tauk." Marah Mark, menggosok gosok tulang belakangnya yang terasa sakit kerana berlanggar dengan pembatas.
Yuqi mencibir. "Ya siapa suruh, lo enak enak aja landing di bahu gue. Pantes aja kerasa berat."
Gya menggeleng melihat pertengkaran antara Mark dan Yuqi. Bisa-bisanya hal sepele seperti itu menjadi bahan perdebatan keduanya. Untung saja mereka berada di baris belakang dan paling pojok.
"Lo-" Yuqi, Mark.
"Udah berantemnya. Kalau mau diterusin gue jalan sendiri aja hari ini. Dah!" Gya mencuba menjadi pendamai sambil tangannya dilambaikan pada kedua orang. Seolah-olah ingin meninggalkan keduanya.
"Eh eh! Jangan gitu dong Gya. Kan kita udah janjian bakal jalan bareng saat festival." Yuqi mengerucutkan bibir. Kemudian matanya kembali memandang ke arah Mark.
"Semua gara-gara elo nih. Sibuk aja pengen jalan sama cewek. Tuh sana, sama geng lo itu." Yuqi mencuba mengusir Mark agar tidak jadi bergabung dengan kedua mereka.
"Gak ah. Gue jalan sama kalian aja. Risih gue di sana ada nek lampir nempel. Ih geli tauk."
"Halah! Padahal juga lo kesenangan kan dideketin gengnya Nancy yang seksi seksi itu."
"Gak kok. Orang gue-"
"Ya ampun! Kalian benar benar deh. Yuq, udah ayok kita jalan." Kerana sudah tak tahan, Gya mahu tak mahu terus menjadi pendamai.
"Kak Mark, kalau mau ikut jalan sama kita please jangan bikin Yuqi ngamok. Kalau gak, Kak Mark sana aja gih!" Kini gilirannya mengusir Mark.
Seketika cowok itu diam dan Gya juga sudah mula mengheret Yuqi untuk bergerak bersamanya.
"Wah! Ini si bocah udah berani marahin gue ya! Dasar! Eh kalian tunggu!"
Dan seperti yang kalian ketahui mengenai Mark Lee, ia tidak akan pernah mengalah selagi keinginannya tidak dituruti.
Berakhir, cowok itu diterima bergabung dengan Yuqi dan Gya untuk jalan bareng menikmati festival. Biarpun, sekali sekala ia kedengaran bertengkar dengan Yuqi lagi.
Hari ini, adalah hari ulang tahun ke-59 sejak Serim High dibangun. Makanya, pihak sekolah mengadakan festival untuk merayakan hari tersebut. Festival kali ini diadakan meriah dengan bermacam macam gerai makanan dibuka. Menjual jajan jajan dan perhiasan cantik lainnya.
Bukan itu saja, ada juga variasi permainan seperti rumah hantu, rumah cermin dan arcade yang disediakan.
Semuanya disusun dengan sempurna agar anak anak Serim High bisa menikmati masa luang ini. Bergembira bersama teman teman tanpa harus memikirkan soal pelajaran.
Anak anak semuanya jalan berkelompok dan tidak kurang juga yang mengambil kesempatan ini untuk berkencan.
Contohnya, seperti Geng Nevada yang kini sedang jalan jalan bareng cewek cewek cantik. Yang dilihat lihat adalah adik tingkat yang termakan umpan buaya darat geng Nevada.
Semua mereka, kecuali Jisung yang hanya jalan jalan sendiri kayak orang gak jelas, semua mereka punya pasangan. Jeno sudah pastinya bersama Kim Lia yang menempel erat.
Jaemin tidak ikut serta dengan mereka kerana kabarnya Jaemin menjadi pengurus acara yang harus memastikan segala kegiatan berjalan lancar. Dan Mark, yang entah kenapa, sejak peristiwa di kantin dulu, lebih kelihatan menempel erat dengan Yuqi.
"Sayang, aku mau yang itu satu."
"Ya udah, beli aja sana."
Suara familiar itu kedengaran di tepi telinga Jung Gya yang sedang menunggu sosej bakarnya bersama Yuqi dan Mark.
Kedua pasangan itu kelihatan gembira sekali dan sepertinya sengaja pamer kemesraan di hadapan Gya.
Tapi dia hanya masa bodo di sana. Nyatanya taktik itu tidak berhasil. Ia langsung tidak cemburu. Apatah lagi sakit hati.
Ya, sekurang-kurangnya, Jeno tidak akan mengganggunya.
Seminggu sejak peristiwa cowok itu tidur di rumahnya. Jeno tidak pernah datang lagi atau mengganggunya. Tapi Gya saja tidak hairan. Mungkin Jeno sedang sibuk bersama pacar sahnya itu.
"Kita main rumah yang itu mau gak? Itu yang ruangnya bisa kadang gede kadang besar itu? Yuk! Gue pengen banget."
Antusias Yuqi yang sudah mendapatkan cucuk sosejnya dan melahapnya lapar.
"Ya udah, yuk." Ia menjawab ringkas dan ketiga mereka kembali berjalan menjauh setelah Mark membayar harga 5 cucuk sosej tadi.
Tujuan mereka adalah rumah kecil-besar yang dipengen Yuqi sambil tangan keduanya menggenggam satu cucuk sate masing-masing.
Manakala Mark membuntuti keduanya dari belakang bersama tiga cucuk sosej di tangannya.
Benar-benar, Mark makan terlalu banyak.
Padahal baru saja tadi ia makan kek ikan, dan waffle sebelum singgah ke gerai sosej.
Ahh, tiba-tiba Gya teringat Gyo ketika melintas gerai gerai makanan itu. Pasti lebih asyik andainya Gyo juga ada di sini. Gya bisa membawa Gyo jalan jalan menikmati festival.
Tapi kenyataannya, Gyo masih di rumah Dokter Jennie.
Mereka sedang berdiri di hadapan rumah hantu dan bersedia untuk masuk setelah mendapatkan tiket.
Jangan tanyakan kenapa mereka tiba-tiba berada di sini. Semuanya kerana Yuqi yang tiba-tiba merubah selera untuk masuk ke rumah hantu pula. Entah bagaimana jalan kerja otak Yuqi, Gya sendiri tidak tahu.
"Oh my God. What is that!"
"Mark! Bego gue takut beneran ini! Ayo cepat jalan sana!"
"Gimana mau jalan? Ini gelap banget lah anjir. Mana ghost ghost nya benar benar nakutin lagi!"
Kini, berada di dalam rumah hantu Mark dan Yuqi menyambung perdebatan. Keduanya saling mendorong satu sama lain. Dengan mulut yang tidak henti henti mengomel itu dan ini.
Malah kadang kadang, Mark berteriak sangat kuat kerana ditakutin sama hantu di rumah hantu.
"Udah! Kalian jangan berisik! Sini gue dulu jalan di depan! Kalian tinggal nyusul!"
Kerana sudah tak tahan, Gya akhirnya memilih untuk mengakhiri perdebatan antara Mark dan Yuqi.
Dengan berani, ia berjalan di hadapan keduanya. Hantu-hantu yang berusaha untuk membuatnya takut diabaikan sedaya upaya. Ia harus mencari jalan keluar terlebih dahulu.
Gak betah juga lama lama di ruangan ini. Terasa pengap dan kurang oksigen. Gya tidak suka tempat tempat gelap. Ia punya trauma dengan tempat gelap. Apatah lagi kerana ia sering bermimpi sama.
Dirinya, dan bunda bersama seorang wanita tidak dikenalinya. Juga di situasi yang sama. Iaitu malam.
Akhirnya, ia bisa menemukan jalan keluar. Satu ruang yang sedikit bercahaya dan tidak lagi ada aksesori horor atau hantu yang nonggol tiba tiba.
Ketika inilah Gya sadar kalau ia terpisah dari Yuqi dan Mark. Kedua orang itu tidak lagi berada di belakangnya.
Sontak matanya memandang ke sekeliling. Ruangan ini kelihatan benar benar asing. Pintunya tertutup rapat biarpun ada sedikit cahaya yang masuk ke dalam.
'Bukan harusnya ada yang nungguin ya di luar sini?' Fikirnya masih merasa aneh.
Pandangan nya tertumpu pada pintu di hujung kamar. Kedengaran suara suara dari luar.
Oh, ini pasti pintu keluar lain kali ya?
Gya berfikir positif sebelum mula mengorak langkah ingin mendekati pintu yang bisa saja membawanya keluar dari ruangan.
Namun baru beberapa langkah, pinggangnya dirangkul dari tepi oleh tangan seseorang. Gya terpekik kaget seraya mencuba melihat sang pemilik tangan.
Dukk!!
"Auw.." Gya meringis sakit saat belakang tubuhnya terhentak pada rak lama yang ada di sana.
Namun, ada tangan yang memegang kepalanya melindungi belakang kepalanya daripada terhantuk pada rak.
Bau ini! Bau yang sama seperti...
"Missing me? Huh?"
"Kak Jeno?" Panggil Gya sebaik saja matanya menemukan sepasang wajah yang sedang memepet tubuhnya ke rak.
"Hmm. Ini gue." Jeno berdehem perlahan. Suaranya yang dalam kedengaran seksi di halwa pendengaran Jung Gya.
Ah, pasti otaknya sudah gila. Bisa bisanya memikirkan hal itu di saat saat genting begini.
"Kak Jeno ngapain di sini? Bukannya tadi sama Kak Lia? Kok..."
Cupp...
Tidak mengizinkan Jung Gya berbicara, Jeno menempelkan bibirnya pada bibir cewek itu sekilas yang langsung membuat Gya bungkam.
Ia memandangi Jeno dengan pandangan hairan.
Sepertinya hari ini, Jeno kesurupan lagi.
Tanpa sedar, Gya menggigit bibir bawahnya.
Ada sesuatu yang aneh dari tatapan Lee Jeno yang menatapnya tajam. Seluruh wajahnya tidak lepas dari tatapan cowok itu. Bahkan deru nafas Jeno yang menderu laju menampar kulitnya. Membuatnya merinding hebat.
Tidak mungkin kan...
"Jangan mikir yang aneh." Jeno menyentil kening Gya lembut yang mana membuat cewek itu kembali sadar.
"M-mikir? Mikir aneh apa?" Suara Gya tergagap memulangkan semula pertanyaan Lee Jeno.
Tawa kecil kedengaran dari bibir cowok itu. Tapi tatapannya tidak lepas dari memandang wajah merah Jung Gya. Apatah lagi bibir pink cewek itu yang seolah-olah menggodanya untuk dijamah.
"Jangan gigitin bibir juga. Lo mau ngegoda gue? Mau? Kalau gue terkam di sini? Hmm?"
Riak wajah Jung Gya langsung berubah sebaik saja mendengar ayat ambigu Lee
Jeno. Mana ia sengaja berdehem dengan suara beratnya itu lagi.
"Godain apanya? Justru yang aneh di sini tuh Kak Jeno tauk! Tadinya enak enak jalan bareng sama Kak Lia. Eh tiba tiba malah ada di sini kayak siluman. Mana hobinya ngeghosting orang lagi. Gim-"
Gulp!
Omelan cewek itu lagi-lagi terhenti apabila Jeno bertindak mengangkat tubuhnya dan didudukkan di atas meja. Belum habis kekagetan itu, nafas Gya seolah-olah ditarik semua apabila Jeno menunduk lalu memeluknya erat.
Otomatis, Gya menjarakkan pahanya dan memberi ruang untuk Jeno berdiri di antaranya. Pelukan Jeno di tubuhnya terasa benar-benar erat.
"K-kak..J-jeno..."
Ini Gya sedang tidak bermimpi kan kalau di depannya ini adalah Lee Jeno. Atau ini Jeno beneran gak lagi kesambet hantu kan? Tumben banget jadi manis.
"Diam. Biar kayak gini dulu. Bentar aja." Bisik Jeno tepat di telinga Jung Gya.
Dagunya diletakkan di pundak kanan cewek itu sambil kedua tangannya mendekap erat tubuh Jung Gya. Kedua matanya terpejam rapat bersama nafas berat yang kedengaran tidak beraturan.
"Maaf gue cuekin lo seminggu ini. Gue kangen sama lo tapi gak bisa ngelakuin apa-apa. Gue takut lo dikesan sama Taeyong. Gue gak mau lo diapa-apain. Maaf juga kerana gak belain lo di kantin kemaren kemaren. Gue benar-benar minta maaf. Dan gue kangen."
Andai saja Jeno punya keberanian untuk mengatakan itu, ia pasti akan melakukannya. Namun sayangnya, itu hanyalah bisikan kata hati seorang pemuda dingin seperti Lee Jeno.
Pelukan erat Jeno membuat Gya kesusahan untuk bergerak barang sedikit pun.
Tapi pelukannya kali ini langsung tidak menyakitkan. Terasa erat namun, bisakah andai Gya mengkategorikan ini sebagai nyaman?
"Hah.." Gya mengeluh perlahan kerana hatinya yang berantakan dari tadi.
Namun keluhan itu malah membuat Jeno mengeram rendah. Kunciran rambut Jung Gya ditarik perlahan sehingga rambut panjang sepinggang itu terurai lembut.
"Kak Jeno!" Sekali lagi, Gya memekik kaget dengan tingkah aneh Jeno.
"Belum gue apa-apain lo udah ngedesah duluan!"
Gya langsung membulatkan matanya dan menepuk bahu Jeno kuat. "Heh! Gak ada yang kayak gituan ya! Ya ampun fikirannya please deh dibersihin dulu!"
Jeno ingin ketawa tapi ditahan. Hidungnya mendarat pada kepala Jung Gya. Mencari cari aroma favoritnya di sela sela rambut cewek itu.
Keduanya diam dalam posisi begitu buat beberapa saat. Jeno yang masih menikmati momen kegemarannya sementara Jung Gya yang merasa keliru dan berbunga? pada masa bersamaan.
Tubuhnya merinding hebat apatah lagi saat merasakan hujung hidung Jeno yang bergesekan dengan tepi kepalanya.
Sumpah! Jeno benar-benar membuatnya seakan-akan spart jantung jika begini. Matanya melilau ke sekeliling dan sesekali melihat pintu.
Harap-harap tiada orang yang akan memergoki mereka di sini. Ini bisa jadi skandal besar. Gya tidak mahu.
Jeno memang aneh sih.
Kadang-kadang cowok itu kasar dan suka menyakiti nya. Tidak kurang juga ia dighosting oleh cowok itu selama beberapa hari dan bahkan sampai bulan. Lalu di saat ia sudah terbiasa dengan ketiadaannya, cowok itu muncul lagi.
Seperti ini.
Muncul tiba-tiba dan membuat hatinya porak peranda.
"Jangan pernah berfikir untuk ninggalin gue. Gue gak bakal biarin itu." Gumam Jeno perlahan sehingga tidak bisa didengari Jung Gya.
Di pendengaran cewek itu, Jeno hanya diam dan sesekali bernafas lembut di tepi kepalanya. Tidak lebih.
Kadang-kadang, Gya sendiri bingung. Apa yang bermain dalam fikiran Lee Jeno.
Cowok ini, menjadikannya sebagai pacar—ralat selingkuhan. Tapi kadang-kadang bertingkah layaknya ia pacar sah. Rasanya seperti diangkat tinggi ke langit dan tiba-tiba dihempaskan ke tanah dengan kuat.
Sebenarnya apa sih perasaan Kak Jeno ke aku?
Bersambung....
Share this novel