19. You Hurt Me First

Fanfiction Series 10231

?

"Aku akan menahan segala kesakitan yang kau berikan walaupun nantinya aku yang akan terluka berjuta kali."



"Arghh!! Pergi!! Kalian pergi!! Gue benci!! Benci!!"

Gya melemparkan segala isi pada meja belajarnya ke lantai. Buku-buku, alat tulis, peralatan solek bahkan pasu bunga juga sudah tergeletak di atas lantai. Akibatnya, kamar itu kelihatan seperti baru sahaja diserang garuda.

"Gara-gara kalian Gyo mati! Gara-gara kalian gue kayak gini! Gue benci!! Benci!!"

Cewek itu kehilangan kesadaran apabila dirinya menyelerakkan semua barang-barang di dalam kamarnya.

Dengan kondisi yang sama sekali tidak kelihatan baik, rambut sepinggang yang sudah kusut akibat dijambak sendiri, wajah membengkak kerana terlalu banyak mengeluarkan air mata.

Jung Gya-seolah-olah kehilangan kesadaran diri.

Dia menjadi gila kerana terlalu kehilangan.

"Gya!"

Jaemin adalah yang pertama melesak masuk setelah sebelumnya berusaha mendorong pintu kamar yang terkunci dari dalam.

Di belakangnya, Jeno, Yuqi dan Mark membuntuti bersama yang lainnya.

Mereka juga ikut kaget melihat keadaan kamar yang berubah berantakan terkena amukan sang gadis.

"Pergi!! Keluar!!" Halau Gya yang kini duduk terperosok di pojok kamar. Kedua belah tangannya diletakkan di tepi kepala.

"Gya please, kamu bakal cedera kalau begini terus."

Cewek itu menggelengkan kepalanya. Menekuk kedua belah lutut agar orang-orang itu tidak bisa melihat wajahnya. Gya tidak mahu dilihat apatah lagi melihat mereka yang ada di depannya.

"Kalian pergi! Pergi dari sini! Gyo udah mati! Dia gak ada di sisi gue lagi! Semua gara-gara kalian."

Isakan Gya kedengaran menggema di seluruh ruangan. Cewek itu menangis terisak dengan tangan yang masih dalam posisi tadi. Tangisan kehilangan yang benar-benar parau dan dalam.

Jaemin perlahan mendekati Gya, dia ingin menenangkan Jung Gya. Kakinya perlahan menjejak lantai yang dipenuhi dengan serpihan kaca dari pasu bunga yang bercampur dengan tanah.

Juga beberapa buku yang halamannya sudah terkoyak.

"Gya.." Jaemin menelan ludah saking gemetarnya dirinya ketika ini. Ia tidak mahu seandainya ia akan menambahkan amarah Jung Gya.

Langkah demi langkah diambil perlahan mencuba mendekati Gya yang tertunduk menekuk lutut.

Saat keduanya hanya berjarak beberapa senti, Jaemin menunduk dengan sebelah kakinya yang tertumpu pada lantai.

"Gya.." Jaemin menghulurkan tangannya menyentuh pucuk kepala gadis itu.

"Ini, aku. Jaemin." Bicaranya halus dan memujuk.

Seperti tadi, Jung Gya masih saja kekal dalam posisinya. Kedua tangannya menekup telinga.

Kepergian Gyo terlalu mendadak dan ini benar-benar sakit baginya. Bagaimana abangnya itu dipukuli, diterjang tanpa belas kasihan. Belum lagi wajah wajah mereka yang sentiasa terbayang di matanya.

Semuanya umpama wayang gambar yang terus-terusan diputar putar dalam otaknya.

Ingin rasanya ia membuang semua bayangan itu tapi tidak bisa. Otaknya tidak sejalan dengan hatinya.

"Aku bakal sentiasa ada di sisi kamu. Tolong, kamu jangan begini. Jangan sakitin diri sendiri. Please, masih banyak yang sayang sama kamu."

Dengan berani, Jaemin mendekat dan menyentuh kedua bahu yang kelihatan bergetar itu. Ia duduk dengan bertumpu pada dua lututnya agar bisa berada dekat dengan Gya.

"It's will be alright. Believe me..sweety."

Jaemin sama sekali tidak peduli jika Jeno sedang melihat dirinya yang memeluk erat Jung Gya.

Terserah samada cowok itu mahu marah mahupun mereka berantem cuman gara gara ini, Jaemin malas ambil peduli. Biarpun Jeno sahabatnya, ini sudah sangat keterlaluan.

Dia sama sekali tidak menyangka, Jeno akan setega ini. Mana Lee Jeno yang dulu dikenalinya?

"Naa..abang aku..dia pergi Na..s-semua kerna aku! Aku gagal..gagal.. lindungin dia." Isak Jung Gya mengangkat wajahnya yang basah dengan air mata.

"Kamu gak salah, ini semua terjadi bukan kerana kamu."

Gya menggeleng, "enggak, Naa!"

"Aku! Ini semua kesalahanku! Aku punca semua ini!" Tangannya menepuk dadanya kuat sementara sebelah tangan lagi mencengkam hujung lengan Jaemin kuat.

"Mereka mukul Gyo saat dia berusaha ngelindungin aku! Gyo dipukul, diterjang kayak binatang semua kerana aku! Aku yang salah! Aku yang gak becus! Gimana?!! Gimana aku bisa lupain itu Naa kalau semuanya terjadi di depan mata aku!!" Luahnya dalam isak tangis yang kedengaran parau.

Jaemin menarik tubuh iyu

Mereka yang berada di ruangan turut sama bisa menyerap rasa kesedihan gadis di hujung kamar itu. Setiap kata-kata, isak tangis dan bahkan sedu-sedan Gya menimbulkan rasa bersalah yang sungguh mendalam dalam diri mereka.

Jeno juga tidak kurang begitu. Dianya yang sempat disulut rasa marah melihat cewek itu bersama Jaemin kini berubah lembut dan datar. Tidak seperti tadi.

Ahh! Dia yang bodoh! Seharusnya ia menemani dan berada di sisi Jung Gya dalam situasi getir seperti ini. Malah sebaliknya, ia berseronok di luar tanpa ambil peduli.

Salahkan ponselnya yang tiba-tiba hilang entah ke mana.

Melihat gadisnya yang menangis, meratap dan terluka begini, ingin rasanya Jeno menghapus sisa air mata itu.

Tanpa sedar, kakinya menapak ke hadapan, membuatnya menjadi terlihat di penglihatan gadisnya.

"Kenapa dia ada di sini?!!"

Detik itu juga, pandangan Jung Gya tertuju pada Jeno. Bukan hanya Jeno, malah Geng Nevada yang sepertinya ghaib dan tidak kasat mata tadinya terlihat jelas di pandangan mata Gya.

Sontak, pandangan nya pada Jaemin berubah.

Tangannya yang tadinya memeluk lengan Jaemin direntap kasar. Gya beringsut ke belakang, menjauh dari jangkauan Jaemin yang mana membuat cowok itu ikut kaget dengan perubahan mendadak Jung Gya.

"Gya.."

"Jangan dekat!!" Pekik Gya memberi amaran kepada Jaemin untuk tidak mendekatinya.

Isakannya kembali kedengaran namun kini diiringi dengan riak wajah tajam menikam satu persatu sosok yang ada di sana.

Iya! Mereka! Mereka adalah orang-orang yang menjadi punca kepada semua ini. Semuanya berpunca dari kesilapannya kerana terperangkap dalam kehidupan Geng Nevada.

Mereka yang sudah terlanjur membuat janji padanya namun janji itu dimungkiri.

"Gyo mati gara-gara kalian!! Pergi!! Kalian pergi!! Gue benci!! Benci!! Kalian pembunuh!!"

Refleks tangannya mencapai segala barang-barang yang ada di lantai lalu melempar ke arah Geng Nevada. Dirinya sudah cukup tersiksa kehilangan Gyo.

"Gya, please. Jangan kayak gini. Please." Jaemin masih mencuba membujuk. Satu persatu lemparan Jung Gya berjaya dielakkannya.

Ia tidak mahu andai Jung Gya tercedera kerana tindakan ekstrimnya.

"Jangan dekat!! Don't touch me!!"

Namun nyatanya tindakan Jaemin semakin memburukkan keadaan. Pasu yang berada di atas nakas dilempar kuat ke lantai sehingga pecah berderai.

"Gya!"

Yuqi terpekik kaget apatah lagi saat serpihan kaca berselerak memenuhi lantai kamar. Dia ingin meluru ke arah Gya namun pantas dicekat Lucas.

"Lepas Luke! Gya butuh aku. Dia bisa terluka!"

"No! Its dangerous. Kamu bisa luka. Gya lagi gak stabil."

Jaemin mengangkat kedua belah tangannya tanda menyerah. Ia berundur setapak ke belakang.

"Gyo-ya.. Gyo.." Lirih suara Jung Gya memanggil manggil abangnya dengan harapan agar kembarnya bisa mendengar dan datang kepadanya.

Nyatanya, ia masih belum menerima kenyataan kematian Gyo.

Sweater berwarna putih dan sebuah gambar yang tergeletak di atas kasur dicapai. Dipeluknya erat pakaian milik kembarnya itu erat seakan-akan memeluk Gyo.

"Gyo-ya.. Gya kangen. Ayo pulang. K-kita..kita pergi dari sini. Kita pergi jauh ya? Mereka orang jahat. M-mereka bukan o-orang baik. Yuk, kita pergi dari sini. Ya?" Bicaranya pada bingkai gambar di tangannya sebelum dikecup beberapa kali.

Perlahan-lahan, ia bangun biarpun lututnya lemah dan melangkah ke pintu kamar.

Gya tekad, malam ini juga, ia akan pergi dari sini. Tatapannya kosong sekosong hatinya ketika ini.

"Gue janji, bakal kasih balasan setimpal buat mereka. Gue janji." Jeno yang dari tadi diam tiba-tiba bersuara yang mana membuat langkah kaki Gya terhenti.

Kepalanya terpaling ke kiri di tempat Jeni berdiri dengan wajah angkuhnya. Tatapan tajam Jung Gya seolah-olah menusuk ke dalam sepasang mata milik Lee Jeno.

Bahkan cowok itu sendiri kaget kerana buat pertama kali ia menerima tatapan setajam itu dari gadis di hadapannya ini.

Perlahan, Gya mengubah haluannya menuju ke hadapan Lee Jeno.

Kakinya berhenti saat mereka hanya berjarak beberapa meter. Sepasang matanya menatap tajam Lee Jeno yang dengan entengnya menabur janji.

Padahal, bukan itu yang harus cowok itu katakan ketika ini.

"Puas? Hmm? Lo puas sekarang?"

Jeno membalas pandangan mata Jung Gya dengan riak tidak mengerti. Bahkan cara bicara cewek itu berubah. Tidak lagi menggunakan aku-Kak Jeno.

"Lo puas udah bikin hidup gue menderita?!! Puas Gyo udah mati?!! Hah?!! Ini kan yang lo mau?!! Ini kan matlamat lo selama ini?!!"

Lagi-lagi, Jung Gya tidak bisa menahan emosinya.

"Kalian semua sama!! Brengsek! Bajingan! Gue udah turutin semua kehendak kalian! Gue rela korbanin diri sendiri buat muasin hati kalian! Tapi mana janji kalian?!! Mana?!! Gyo udah mati!! Kalian puas kan?!! Gak ada lagi manusia bisu, jijik dan hina yang selama ini kalian benci!! Orang itu udah gak ada!! Puas kalian??!! Hah?!!"

Kali ini ia benar benar meluahkan segala perasaan yang telah ditahannya selama ini kepada Geng Nevada.

Rasa putus asa, rasa marah bercampur rasa benci yang mendalam. Semuanya menjadi satu umpama satu senjata yang menggoreskan luka di hatinya.

Geng Nevada turut merasa bersalah mendengar isakan dan luahan kebencian Jung Gya. Mereka bisa merasakan betapa dalamnya luka yang terukir di hati cewek itu setelah kematian kembarnya.

"Dan lo, Lee Jeno..." Kembali kepada Jeno, Gya bersuara. "...gak cukup? Gue serahin diri gue ke lo. Gue biarin lo nyakitin gue hati dan perasaan gue! Gue pendam sendiri semua cacian orang-orang semata-mata demi kepuasan hati lo! Dan lo sendiri janji ke gue, selagi gue nurut, Gyo gak bakalan kenapa-napa. Tapi sekarang apa?!!"

Jeno tergamam. Tidak! Ia tidak pernah berniat untuk menyakiti gadis di hadapannya ini. Ia mencuba menjangkau lengan gadisnya untuk ditarik ke dalam pelukan.

"Don't touch me!! Apa lagi yang belum cukup! Lo mau apa lagi dari gue?!! Apa lagi yang mau lo ambil?!! Ambil aja semua!! Gue gak punya apa-apa lagi untuk terusin hidup! Cepat, bunuh gue!!"

"Gya!" Yuqi terpekik kaget mendengar permintaan luar biasa Jung Gya.

Mereka yang ada di dalam ruangan ikut panik dengan permintaan tiba-tiba Jung Gya yang menurut mereka sangat tidak waras.

"Fine! Kalau lo gak mau, biar gue lakuin sendiri!"

"Gya!"

Jeno dan Jaemin berseru serentak apabila Gya bertindak gila dengan mengambil serpihan pasu kaca yang tajam dari lantai.

"Ini kan yang kalian mau!! Iya kan?!! Kalian mau gue mati! Kan?!!" Kaca sebesar tapak tangan digenggamnya erat sambil dihunuskan ke hadapan.

Mencipta jarak agar mereka tidak bisa mendekatinya.

"Don't you dare!" Eramnya apabila melihat Jeno mula ingin mengambil langkah mendekati. Belakang tubuhnya menyentuh dinding belakang sementara tangannya masih menghunuskan serpihan kaca.

"Gya, kita bisa bicarain ini baik-baik."

"Stop that nonsense! Jangan bicara sepatah pun! Gue benci dengar suara lo!"

Biarpun Jung Gya sudah memakinya, Jeno berusaha untuk rasional. Ia tidak mahu tindakan mendadak nya membuat ia kehilangan Jung Gya.

"Kalian tahu Gyo separuh nyawa gue! Kalian sendiri tahu betapa berharganya Gyo buat gue. Dan kalian sendiri udah janji semuanya bakal baik-baik aja. Tapi apa?!! Kalian jahat! Kalian mungkir janji! Kalian semua sama!" Tangisannya kembali kedengaran. Bahkan ia kedengaran sesenggukan.

"Jangan dekat!!! Atau gue bunuh diri!!" Gya berteriak lagi apabila melihat Jeno yang mahu mendekatinya. Bahkan kini kaca di tangannya diletakkan pada lehernya.

Darah menitik dari genggaman tangan Jung Gya kerana ia memegangi kaca itu kuat.

"Jeno stop!" Yuqi meneriaki Jeno yang masih bersikukuh untuk mendekati Jung Gya.

Masing-masing dari mereka sudah panik sendiri dan bingung pada masa bersamaan.

"Lepasin gue.." Permintaan itu ditujukan kepada Lee Jeno. "Tolong, Kak Jeno, lepasin aku. Udah gak ada artinya kita nerusin perjanjian ini."

Jeno terkesima dengan permintaan tiba-tiba itu namun seketika kemudian kembali sadar. Ia menggeleng.

"Gak akan Jung Gya. Gue gak bakalan lepasin lo." Balas Jeno. Bisa-bisanya ketika ini ia masih memikirkan egonya sendiri.

"Pilih, lo pilih. Lepasin gue atau gue mati." Ugutnya.

"Gya, no!!"

Mereka sadar, ugutan itu tidak main-main ketika ini apabila cewek itu menggores sedikit kulit lehernya.

Darah merah terhasil dari sana.

"Lepasin gue atau gue lebih baik mati!!"

"Jen, udah! Lepasin Jung Gya. Dia udah gak punya janji sama lo!" -Renjun.

"Please, Lee Jeno. It's over now. Let her go!"-Mark.

Teman-teman Jeno juga sudah turun tangan untuk membujuk nya agar menuruti permintaan Jung Gya.

"Sudah cukup Jeno. Ini bukan masanya buat lo mentingin ego lo sendiri. Ada nyawa yang jadi taruhan. Jangan sampai ada lagi yang jadi mangsa."-Jaemin.

Jeno berdecak kesal. Ia tidak mahu melepaskan gadisnya tapi pada masa yang sama Gya mempertaruhkan nyawanya sendiri. Ini benar-benar menbuatnya frustasi.

Ia sungguh benci berada dalam kondisi tersepit seperti ini. Jeno tidak bisa. Dia lemah. Iya, ini kelemahan terbesarnya.

Apa pilihan Jeno sekarang? Ego ataupun 'melepaskan' Jung Gya.

___________________________________________________

"Lo punya segalanya. Sedangkan gue, gue cuman punya kembaran gue. Dia yang buat gue terus bertahan. Bertahan dari caci maki kalian semua! Tapi apa?!! Kalian ambil Gyo dari gue! Apa belum cukup?"

Keadaan di dalam kamar masih belum reda. Jung Gya masih belum tenang dan masih membuat perhitungan dengan Lee Jeno.

Sementara Geng Nevada sudah hampir kehilangan akal ketika ini. Benar sih, mereka ramai dan seharusnya bisa menjinakkan Jung Gya dengan mudah.

Tapi tetap saja, mereka harus memikirkan serpihan kaca yang ada di dalam genggamannya. Bagaimana kalau mereka bertindak nekad dan cewek itu benar-benar mengelar lehernya sendiri.

Sudah cukup rasa bersalah yang harus mereka tanggung kerana kematian kembaran cewek itu.

Mana mungkin mereka juga mahu bertanggungjawab seandainya hal sama berlaku kepada Jung Gya.

"Lo benar-benar mau gue mati?!! Hah?!! Kayak gini?!!"

"Gya! No!"

Mereka terpekik bersamaan apabila Jung Gya bertindak ingin melukai lehernya lagi.

Brakkk!!

"Jung Gya!!"

Seseorang muncul dari arah pintu membuat semua perhatian terpusat kepada satu sosok yang berdiri menjulang di hadapan mereka.

Park Jihoon.

Cowok itu kelihatan seperti orang yang sehabis maraton. Wajahnya merah padam dengan nafas terengah-engah dan peluh bercucuran di dahi luasnya.

"Jangan dekat!!"

"Hey, ini gue. Jihoon."

Dalam sekejap saja, Jihoon sudah berada di antara Lee Jeno dan Na Jaemin yang sedari tadi berdiri di sebelah kanan dan kiri Jung Gya. Kedua sahabat itu cuba berjaga-jaga seandainya cewek itu bertindak melukakan dirinya lagi.

"Gue telat, maaf." Katanya lembut sambil menapak selangkah menghampiri. "Gue tau lo kecewa, gue ngerti rasa sakit lo dan gue ngerti kalau lo terluka. Tapi bukan gini caranya."

Jihoon benar-benar hampir pingsan saat mendapat pesanan daripada Mark mengatakan kalau Jung Gya mengancam ingin bunuh diri.

Dirinya yang sudah setengah perjalanan ke bandara untuk menjemput orang langsung pusing setir dan kembali ke rumah Jung Gya.

Bahkan degup jantungnya juga belum stabil. Dan kini disajikan pemandangan Jung Gya yang memegang serpihan kaca ke bahagian lehernya dengan tangan yang berlumuran darah, bagaimana dia bisa tenang.

"Kalian ngerti apa soal penderitaan gue? Hah?! Ngerti apa kalian?!! Kalian sama sekali nggak ngerti! Yang kalian tau, gue tuh cuman cewek miskin yang bisa kalian perlakuin seenak jidat kalian. Karna gue gak punya orang tua! Karna gue punya kembar cacat! Iya kan?!"

"Lo, Lee Jeno. Apa lo tau, perjuangan gue buat turun datang ke sekolah tiap hari? Gue selalu takut buat ke sekolah! Gue gak bisa nafas dengan tenang.. Karna bagi gue, datang ke sekolah itu lebih siksa daripada masuk neraka! Gue harus hadapin seisi sekolah yang gunjing gue, jadiin gue suruhan, layan gue kayak sampah! Semuanya gara-gara kalian! Iya kalian! Geng Nevada!!"

Kerana tak bisa menahan bobot tubuhnya, Jung Gya terperosok di atas lantai.

Tangisannya kedengaran parau dan dalam. Membuat sesiapa yang mendengarkan ikut hanyut dalam kesedihan.

Gya belum berhenti melepaskan segala sakit hati yang dipendamnya selama ini. Kata katanya diikuti dengan menjambak jambak rambutnya sendiri seakan akan ingin menghilangkan segala rasa sakit yang dirasakannya.

Luarannya, dia seperti seorang sosok gadis yang tahan banting dan bisa menghadapi segala hal yang dilakukan Jeno terhadap nya. Namun kehilangan Gyo seakan akan memberi lompong pada hati yang selama ini berpura-pura kuat.

Jeno menatap terluka wajah kesayangannya yang tidak terurus bersama juraian air mata yang membasahi pipi cengkung itu.

Entah kenapa di saat-saat seperti ini, Jeno seakan akan bisa melihat jelas betapa selama ini dirinya tidak adil pada Jung Gya.

Namun, untuk melepaskan, Jeno tidak mahu. Jung Gya miliknya dan selamanya akan begitu.

"Kalau lo gak mau lepasin gue, mendingan..."

Air matanya diusap kasar.

"Gue mati aja!!"

Tangannya yang tadinya terkulai di tepi tubuh diangkat semula lalu diletakkan di atas pergelangan tangan kanannya, tepat di atas urat nadi.

"Gya!!!"

Bunyi teriakan menggema di dalam kamar itu.

"Arghh!!"

Mujur saja Jihoon bertindak pantas. Dia meluru ke arah Jung Gya dan dengan cekatan merampas kaca itu dari tangan Jung Gya. Kaca itu dilempar sejauh-jauhnya. Membuat Gya menjerit histeris sekaligus memberontak kerana tindakan Jihoon yang tiba-tiba.

"Lepass!! Lepasinn!! G-gue mending mati aja!! Arghh!! Lepass!!" Gya mencuba mencekal pegangan Jihoon namun cowok itu lebih gercep mendekap tubuh Jung Gya dari belakang.

Dikuncinya segala pergerakan cewek itu.

Gya mencuba melepaskan dekapan Jihoon pada tubuhnya. Kakinya menerejang-nerjang. Suaranya bahkan sampai pecah dan serak.

"Lepas!! Gue gak mau hidup lagi! Gak ada gunanya!! Arghhh!!!" Pekiknya sekuat hati diselangi isak tangis parau.

"Lo punya gue, lo punya gue, Gya. Gue selalu ada di sisi lo. Sampai kapan pun." Pujuk Jihoon.

Jihoon menahan kedua tangan Jung Gya daripada mencederakan dirinya sendiri. Berkali-kali ia ditepis kasar namun tidak mengendurkan usahanya.

Gadis itu didekap dari belakang. Menghalangnya agar tidak bertindak agresif seperti tadi lagi. Tangan kiri diangkat dan menahan dahi yang basah dengan keringat dingin itu lalu disandarkan ke dadanya.

Dan sepertinya Jihoon melakukan kesalahan apabila dengan tidak sengaja menarik hujung lengan Jung Gya sehingga hampir robek.

Tubuh kecil itu tiba-tiba menegang seolah-olah terkena renjatan elektrik. Kakinya menerjang mencuba melepaskan diri.

"J-jangan! Tolong! Gyo-ya! Gyo! Lepas—lepasin gue! Gue mohon..jangan sakitin Gyo."

Gya tiba-tiba menangis kerana peristiwa siang tadi seolah-olah diputar di hadapan matanya.

Saat-saat dirinya menerima pelecehan dari Kibum dan teman-temannya. Dia seolah-olah merasakan ada tangan-tangan yang mencuba menyentuhnya biarpun itu hanyalah khayalan semata-mata.

"Argh.." Jihoon meringis kesakitan apabila merasakan lengan kanannya yang tadu melingkar di leher gadis itu digigit oleh Jung Gya.

Sepertinya gadis itu trauma berat.

Jihoon menahan kesakitan akibat gigitan itu biarpun kulit lengannya terasa ingin lepas. Gigitan gadis itu memang kuat.

Tidak mengapa jika dirinya terluka asalkan gadis itu tidak mencederakan diri. Jihoon akan menahan segala kesakitan yang disalurkan Jung Gya melalui gigitan kuatnya.

Iya, dia akan menahan walaupun kesannya akan menjadi berpuluh kali ganda lebih sakit.

Mereka yang menyaksikan keadaan itu bisa merasakan betapa besarnya kesakitan yang dilalui oleh Jung Gya apabila melihat di hadapan mata begini.

Sehingga akhirnya gigitan itu terlepas. Sontak tubuh kecil itu melemah dan jatuh ke dalam dekapan Jihoon.

Menyisakan isak tangis yang dalam dan parau. Matanya terpejam namun bibirnya masih mengeluarkan suara tangis yang begitu mencengkam.

"Kalian lihat sendiri kan?" Kata Jihoon lalu menatap tajam pada satu persatu wajah mereka yang masih kekal berdiri di dalam ruangan itu. Melihat sendiri betapa dalamnya luka yang telah tergores di sekeping hati itu.

Gak ada hari yang paling menyakitkan baginya selain melihat Jung Gya yang seperti ini.

"Tapi kalian masih punya nyali berdiri di sini? Puas hati kalian sekarang? Hah?!" Nada bicaranya kedengaran benar-benar dingin dan penuh dendam.

"Jangan deketin Gya lagi. Mulai hari ini, dia gak punya kaitan sama kalian lagi. Kalau sampai gue tau kalian semua deketin dia lagi, siap siap buat berurusan sama gue."

"Lagi-lagi lo, Lee Jeno."

Amaran terakhir sengaja diberikan kepada Jeno.

"Gue tau siapa orang tua lo. Dan juga gue tau siapa paman lo. Jangan sampai gue bongkar segala rahsia yang bakal bikin hidup kalian musnah."

Jeno tidak mempedulikan amaran Jihoon sebaliknya, matanya masih tertuju pada Jung Gya yang berada dalam dekapan Jihoon.

Seharusnya, dirinya yang ada di posisi Jihoon sekarang. Memeluk dan menenangkan Jung Gya. Mengatakan bahawa dia selamat dan semuanya akan baik-baik saja.

Tapi nyatanya, dia sendiri yang menyebabkan luka itu.

"Sebaiknya kalian pergi dari sini. Dia gak butuh kalian. Jangan sampai ada hal buruk berlaku sama lagi gara-gara kalian. Semuanya keinginan kalian udah tertunaikan. Pergi!"

Menyedari kalau kehadiran mereka di sini hanya akan membuat keadaan bertambah buruk, Geng Nevada memilih untuk beredar.

Satu persatu dari mereka keluar dari ruang kamar Jung Gya.

Pangg!!

"Lo punya masalah apa sih sama gue?!!" Jeno yang baru melangkah keluar kaget apabila pipinya terlebih dahulu ditampar keras oleh Yuqi.

Cewek itu dipandang tajam dengan dada naik turun menahan amarah. Jika saja Jeno tidak memikirkan kalau cewek itu pacar Lucas, sudah lama Yuqi mendapat balasan kerana berani menamparnya.

Geng Nevada lainnya ikut tergamam kerana tindakan drastik Yuqi. Malah Lucas sampai tidak berani berbicara apatah lagi menarik Yuqi menjauh.

Ia sadar, kalau pacarnya itu benar benar marah.

Siapa juga yang tidak akan marah melihat sahabat sendiri sampai terluka begitu. Apatah lagi sampai kehilangan ahli keluarga satu-satunya yang dipunya.

Belum lagi dengan kondisi Jung Gya yang parah.

Sehingga sekarang pun, mereka masih bisa mendengar tangisan Jung Gya dari dalam kamar sambil ditemani oleh Jihoon.

"Lo layak buat dapetin itu. Malah lebih lagi!" Yuqi menekan satu persatu perkataannya.

"Andai aja lo gak pernah jadiin Gya pacar lo, dia gak akan kayak gitu. Dia gak akan terperangkap sama cowok brengsek kayak lo! Lo udah punya Lia tapi masih aja lo jadiin Gya pelarian!" Kata Yuqi dengan penuh emosi.

"G-gue.. G-gue..."

Mark menapak ke hadapan. Wajahnya kelihatan serius. Tidak ada lagi Mark yang suka ketawa dan receh. Yang ada kini hanyalah seorang Mark Lee yang memainkan peranan sebagai sahabat dekat Jeno.

"Lepasin Gya Jen. Dia gak layak diperlakuin kayak gini. Sekarang, dia kehilangan Gyo gara gara Kibum yang jelas-jelas dendam sama lo! Kemudian hari? Apa lo mau musuh-musuh lo yang lain jadiin dia sasaran? Hari ini kita bisa nyelamatin dia. Hari lain?" Pundak Jeno ditepuk beberapa kali.

Dia tahu, biarpun Jeno kelihatan seperti tidak peduli, hati cowok itu juga pasti terluka. Jeno sendiri tidak mahu situasi akan berubah menjadi separah ini.

"Kalau lo benar-benar kasihan sama dia, lepasin dia Jen. Dia gak salah. Kita yang salah. Seharusnya kita yang ngelindungin dia. Tapi sekarang apa? Gyo udah meninggal. Apa lo mau kalau hal yang sama terjadi sama Gya?"

"Lo mau? Ditinggal sendiri lagi?"

________________________________________________

Sepasang tangan dengan telaten mengambil sehelai kain kering dan satu besen air hangat.

Perlahan, handuk itu dicelupkan di dalam air, diperah perlahan sebelum meletakkannya di atas dahi Jung Gya yang sedang terbaring lemah di atas kasur.

Bibir gadis itu pucat pasi dengan lingkaran hitam yang kentara di bawah mata.

"Mmm...a-abang..jangan. Jangan pergi."

Gya yang sedang terbaring di atas kasur itu bergerak gelisah sambil meracau-racau memanggil nama seseorang.

Sontak sepasang tangan tadi menyentuh dahi yang basah dengan keringat itu dengan telapak tangannya. Berharap bisa memberikan ketenangan.

Dan seakan magis, Gya berhenti dari gelisahnya dan perlahan membuka mata. Terpampang sepasang wajah familiar yang sangat dikenalinya.

Isakan kecil kedengaran dari bibir Gya melihat wajah di hadapannya.

"Jangan nangis, hei." Tangan tadi naik mengelus kepala Gya dengan gerakan perlahan. Sesak dadanya melihat kondisi Jung Gya ketika ini.

Tangannya turun ke arah leher sebelah kiri yang diperban dengan plaster. Dielus perlahan perban luka itu sebelum tangannya turun ke arah tangan kanan yang turut dibaluti perban.

"Kak, Gyo.. Udah..gak ada.."

"Iya sayang, kakak tau." Dipegang perlahan tangan itu penuh hati-hati agar tidak menyakiti Jung Gya.

"Gyo p-pergi. Kerana Gya.. Semuanya salah Gya. Gya gagal jaga Gyo." Katanya dengan suara yang hampir tidak kedengaran dan menahan air mata.

"Gak sayang. Kamu gak salah." Dikecupnya belakang tangan itu lembut.

"Maafin aku, kerana datang terlambat. Aku yang salah karna udah gagal lindungin adik-adik ku sendiri."

"Kak Jae—" Gya langsung terisak kuat sambil dipeluk oleh cowok itu.

Bersambung...

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience