•
•
•
Aku akan terus bertahan, sehingga kepingan hati ini tidak lagi punya ruang untuk merasa terluka
•
•
•
"Lo beneran tunangan nih akhir bulan ini?"
Yuqi menghela nafas berat, matanya diputarkan sebelum menjawab, "Iya sahabatku yang cantik lagi manis. Gue beneran tunangan sama Lucas."
"Wah! Jadi ini beneran dong!"
"Ya ampun!" Yuqi memijit kepalanya yang mendadak pusing. Pusing, lelah, lesu melayani kerenah aneh sahabatnya yang satu ini.
"Lo udah ngulang pertanyaan ini sebanyak 100 kali tau gak. Dan gue juga udah kasih jawaban yang sama dari tadi."
"Iya Jung Gya, gue, Song Yuqi bakal tunangan sama Wong Lucas. Dan gue mau, lo dateng sebagai kerabat gue. Udah ya? Jelas kan? Apa gue perlu naik ke pentas, ambil mic nya dan umumin berita ini di sana? Biar semua orang kampus pada tau?" Cibir Yuqi dengan riak wajah yang benar-benar lucu.
"Pftt..mbhahahahah!"
Dan entah kenapa, melihat Yuqi bawel seperti itu malah membuat Jung Gya ketawa besar.
"Loh?! Kok lo malah ketawa sih?" Protes Yuqi tidak berpuas hati.
Namun, gelak tawa Jung Gya malah semakin besar hingga menarik perhatian beberapa orang mahasiswi lain yang berada di sekitar sana.
"Buset! Kenapa dah? Lo kenapa anjir?!"
Gya masih ketawa. Bahkan gelak tawanya semakin kuat seraya menekan perutnya yang terasa senak.
"Iya sorry! Sorry!"
Setelah beberapa ketika, barulah cewek itu bisa berhenti ketawa. Ia berdehem beberapa kali sebelum memutarkan tubuh menghadap Yuqi.
"Tahniah ya, Yuq. Finally lo sama Lucas udah melangkah ke next level. Gue doain supaya lo kekal sama dia, bahagia selalu." Sebelah tangan Yuqi dicapai sebelum diremat lembut.
"Lo pantas kok dapetin kebahagiaan ini. Setelah apa yang lo laluin sebelum ketemu Lucas, gue yakin, dia pilihan terbaik buat lo. Dia pasti bisa bahagiain lo. Dan gue yakin, Lucas adalah cowok yang udah ditakdirkan Tuhan buat ketemu lo."
Yuqi mengerutkan kening hairan dengan arah bicara Gya yang sedikit aneh.
Belum habis lagi keterkejutannya, Gya lagi-lagi merangkulnya ke dalam pelukan.
"Lo layak bahagia." Ucapnya tulus yang mana membuat hati Song Yuqi tersentuh.
Tangannya automatis membalas dekapan Gya erat. Air mata yang hampir mengalir ditahan sedaya upaya.
"Entar setelah lo jadi milik Lucas, jangan lupain gue ya. Gue gak punya teman lain selain lo doang. Lo, yang selalu ada di sisi gue, ngertiin gue. Gak tau lagi gue kalau lo gak ada. Ya?"
"Anjir! Gue kan cuman tunangan! Bukan mau ke mana-mana coba." Ketus Yuqi galak atau sebenarnya cewek itu sedang berusaha menahan air mata yang hampir jatuh.
"Gue juga sayang sama lo. Lo udah gue anggap kayak adik gue sendiri." Balas Yuqi.
Benar-benar memaksudkan kata-katanya sebentar tadi. Kedua orang itu berpelukan erat seolah-olah tiada orang lain berada di sana.
Jujur selama empat tahun ini, Yuqi adalah salah satu tempat untuk Gya berkongsi segala keluh-kesah. Mungkin kerana kisah lampau mereka yang penuh duka, membuat keduanya seolah-olah bisa memahami satu sama lain.
"Heh, udahan sinetron nya. Itu noh ada orang mau daftar fakultas." Tegur satu suara.
Seketika dua orang yang sedang berpelukan itu melonggarkan pegangan seraya berpaling ke arah sumber suara. Kelihatan Mark yang sedang memasang riak wajah tidak nyaman.
Cowok itu duduk menghadap meja dengan seorang siswi yang berdiri sembari memegang sehelai kertas.
"Eh, iya. Di sini ya dek." Panggim Yuqi.
Cewek berambut kerinting itu menghulurkan senarai nama kepada siswi baru dan menjelaskan segala detail yang perlu diisi.
Sementara Gya kembali menyusun kertas yang berselerakan di atas meja.
"Huh, gue gak tau dah kenapa gue yang harus nemenin lo jaga di sini!" Rungutan Mark terdengar dan langsung memancing perhatian Gya.
"Hah? Maksudnya?" Soal gadis itu dengan dahi yang mengerenyit tidak mengerti.
"Ya ini, kan gue anak jurusan komputer. Masa disuruh jaga untuk anak fesyen sih?" Sambung Mark, mengangkat-angkat tumpukan kertas di atas mejanya.
"Di mana ketrampilan gue sebagai fakboy kampus? Hah?! Kalau sampai Lee Haechan dengar ini, mampus gue!"
Gya menganggukkan kepala mengerti.
Namun seketika gerakan tangannya juga ikut terhenti.
Kepalanya menoleh pada Yuqi yang sedang menulis sesuatu pada kertas yang dipegangnya.
"Benar, yah Song Yuqi." Panggilnya nyaring membuat Yuqi ikut berpaling dengan kening terangkat seolah-olah bertanya, kenapa?
"Kok gue sama Kak Mark harus nemenin lo di sini sih? Emangnya gak ada siswi lagi di fakultas lo, hah?" Soal Gya dengan menunjuk-nunjuk tumpukan kertas yang jelas tertulis di sana, Jurusan Reka Fesyen.
"Hehe, yah mau gimana juga beb. Kan elo udah jadi hot topic gara-gara malam itu. Dengan adanya lo di sini, jurusan gue bisa lebih dilirik sama orang-orang. Hahaha." Yuqi membalas diiringi ketawa jahat.
Kemudian berpaling kepada Mark.
"Kan elo sendiri yang pengen gabung kayak dulu. Nah, ini gue kabulin permintaan lo!" Cewek itu bicara garang.
Mark mendecih, "iya. Tapi gak gini juga kali."
Yuqi tidak peduli dan dia malah sambung ketawa. Sesekali ia menjelirkan lidah kepada Mark yang benar-benar kelihatan kesal.
Seminggu ini, Mark yang selalunya akan duduk bersama Geng Nevada lebih memilih untuk berada bersama Jung Gya dan Song Yuqi. Entah itu ke mana saja, pasti akan ada Mark Lee.
Yuqi sampai-sampai lelah melarang-larang Mark untuk tidak ikut. Dan pada akhirnya, cewek itu hanya pasrah saja.
Kebetulan, hari ini setiap fakultas sedang mengadakan pameran dan pendaftaran untuk ambilan kedua ke ATLIT, Yuqi yang sememangnya memegang kendali untuk mengurus kaunter fakultasnya meminta bantuan, ah ralat, memaksa Gya dan Mark untuk menemani.
Setelah hampir satu jam bercok-cek bertiga, akhirnya Mark dan Gya pasrah menjadi orang suruhan Yuqi.
Hah, yang terpenting cewek bawel itu puas hati dan tidak mengganggu ketenangan hati Mark dan Gya.
Ya, tahu saja bakal tunang Lucas itu galaknya kayak gimana.
"Permisi sunbaenim."
Satu suara memanggil atensi ketiga mereka untuk mendongak.
"Yes, how can I help you?" Suara Mark.
"Hmm, sebenarnya, aku pengen minta ID Line nya kak Gya bisa gak?" Secara straight to the point, cowok berwajah manis itu bertanya.
Membuat Gya langsung memasang wajah datar. Tidak suka dengan apa yang baru didengarinya tapi merasa tidak tega untuk menolak langsung.
"Oh, bisa kok. Sini mana ponselnya?" Yuqi yang sememangnya orang paling gembira atas kepopuleran Gya menimpali yang mana langsung dicegat Gya.
Lagi, wajah Yuqi berubah masam.
"Ck, kenapa sih? Kasih aja." Ketus Yuqi. Matanya masih melirik ke arah adik tingkat di depannya.
"Namanya siapa?"
"Yangyang, kak."
"Oh, Yangyang. Gini ya, si Gya ini emang malu-malu bae, tapi dia mau kok—"
Belum sempat Yuqi menghabiskan ayat, Gya sudah terlebih dahulu menekap mulut Yuqi dengan telapak tangan sehingga kata-kata Yuqi hanya berbunyi seperti gumaman tidak jelas.
"Maaf, gak bisa." Tolak Gya dingin.
Siswa tadi, Yangyang, tersenyum manis. Sudah menyangka kalau dirinya akan ditolak tapi ia masih belum putus asa.
"Kenapa ya sunbae? Aku tau kok, selain ketua tim basket, Gya sunbae belum punya pacar." Siswa itu menunduk dengan menopang tangan pada kedua sisi pinggir meja.
Menepis sedikit kehadiran tangan Mark di sana.
"Aku udah lama banget pengen kenalan sama Gya sunbae. Jadi, hari ini aku bertindak, dan aku gak akan mundur selagi gak ketemu jawaban."
Kali ini, siswa bernama Yangyang itu menarik satu kursi yang ada di sana dan melabuhkan duduk.
"Biar ditolak sekalipun, biar aku ditolak dengan alasan yang benar-benar kukuh. Semisalnya, Gya sunbae udah punya pacar? Gitu?"
"Wow! Impressive! Ini gue suka nih yang maksa kayak gini!" Mark berbunyi, menjadi kompor.
Kali ini, Yangyang mendekatkan dirinya pada meja yang ditempati Gya. Memandang paras cantik itu dengan tangan yang ditopangkan di kedua sisi.
"Errr..." Gya jadi bingung menghadapi situasi seperti ini.
Kakinya menyenggol kaki Mark dan Yuqi dari bawah meja namun kedua orang itu langsung tidak berniat menghulur bantuan.
Seolah-olah ini sudah direncanakan oleh keduanya melihat Gya mengsalting sendiri ditembak sama adik tingkat.
"Err... Sebenarnya...aku.."
"Jung Gya sudah punya calon pacar."
Hah? Entah hari ini sudah berapa kali Jung Gya kaget kerana mendengar suara dari arah lain.
Dan kali ini keterkejutannya bukan main-main kerana ini benar-benar satu kejutan untuknya.
Na Jaemin!
Iya, sekarang Gya sedang melihat Jaemin yang berjalan ke arahnya dengan kedua tangan berada di dalam siku.
Wajah cowok itu kelihatan benar-benar tampan sampai-sampai beberapa siswi dari meja sebelah turut terpana dengan ketampanan tidak manusiawi seorang Na Jaemin.
"Siapa ya?" Yangyang menyoal, sedikit aneh melihat wajah yang tidak pernah dilihatnya.
"Gue?"
Jaemin berdiri di samping kerusi yang ditempati Yangyang.
"Gue Na Jaemin. Bakal pacarnya Jung Gya." Beritahu Jaemin. Sempat ia mengenyitkan mata pada Jung Gya yang masih kelihatan kaget dengan kehadirannya hari ini.
"Kenapa? Gak percaya?" Jaemin bertanya lagi pada Yangyang. Yang mana langsung dibalas dengan anggukan oleh cowok itu.
"Iya, gue gak bohong. Gue bakal pacarnya. Udah empat tahun gue PDKT-an tapi belum keterima. Dan, gue juga belum mengalah." Sambungnya.
"Jadi, kalau lo mau masuk line, tunggu gue mundur ya? Ataupun lo lupain aja, soalnya gue cuman bakal berhenti kalau Gya mau jadian sama gue."
Kali ini, kata-kata Jaemin sepertinya berhasil. Yangyang langsung berdiri dari tempatnya. Membungkuk beberapa kali sembari meminta maaf kerana sudah menganggu line orang lain.
Seterusnya, siswa itu berlalu pergi dari sana setelah mendapat jawaban pasti daripada idola yang selama ini dikejar-kejarnya.
"NANA!!"
Sepeninggalan Yangyang, Gya langsung bangun dari duduknya lalu berlari kecil menghampir Jaemin yang berada di seberang meja.
"Aku kangen!!" Langsung tubuh tinggi Jaemin dipeluknya erat. "Kok pulang gak bilang? Kaget kan jadinya aku?"
"Iya, aku juga." Kangen maksud Jaemin.
Kata-kata Gya berjaya membuat Jaemin mengukir senyum kecil. Tangannya naik mengusak kepala gadis itu gemas. Penuh rasa rindu yang membuncah kepada gadis dalam dekapannya itu.
"Heh, gak tau tempat emang. Itu noh ada siswi mau daftar jadi malu liat kalian pelukan di tengah dunia." Tegur Mark.
Seorang siswi yang berdiri di sana tersenyum canggung melihat sunbae-nya yang sedang berpelukan dengan seorang cowok yang tidak dikenalinya.
"Bentar ya, Na. Kamu tunggu sini dulu. Aku urusin ini bentar."
Gya melepaskan tangan Jaemin yang sedari tadi digenggamnya, berjalan kembali ke meja dan menguruskan siswi yang baru datang.
Jaemin hanya membuntuti dari belakang, bibirnya tidak lepas dari senyuman ketika melihat Jung Gya yang kelihatan baik-baik saja.
Untuk pengetahuan, setelah tamat SMA, Jaemin memilih untuk kembali kuliah ke luar negeri, dalam bidang kedokteran. Sedikit berbeda dari keinginan mendiang ayahnya yang menginginkan Jaemin menyambung legasi keluarga Na untuk mengurus perusahaan.
Hari ini dia pulang kerana ingin menguruskan projek akhirnya yang berkolaborasi dengan fakultas kedokteran di ATLIT.
Kepulangannya benar-benar mengejut dan tiada siapa yang tahu. Termasuk bundanya dan sahabat-sahabatnya yang berenam itu.
Turun-turun dari pesawat saja, Jaemin terus ke sini untuk menemui Jung Gya.
Yah, begitulah kelakuan orang bucin.
"Yuq, gue ijin bawa Gya pergi ya?" Jaemin bersuara sebaik saja Gya habis berurusan dengan siswi baru tadi.
"Hah? Gya doang?"
"Gue ijin bawa Gya jalan. Sebenarnya pengen ajak lo sama Mark juga tapi kan kalian lagi sibuk, ya Gya aja." Jelas Jaemin melihat wajah bingung Yuqi dan wajah Mark yang kelihatan memohon agar dirinya juga dibawa pergi dari sini.
Yuqi manggut-manggut kepala tanda mengerti. "Oh, ya udah. Terserah lo juga. Gue gak punya hak buat ngelarang."
Seketika Yuqi melirik Gya yang sedang mengatur barang ke dalam beg.
"Kan, elo bakal pacarnya. Ya, lebih layak lah." Sakat Yuqi kemudian yang mana membuatnya menerima tepukan kuat Jung Gya di bahagian bahu cewek itu.
"Ck, gak ada yang kayak gitu ya. Tadi Jaemin bilang gitu supaya adik tingkat tadi gak gangguin gue. Iyakan Na?"
Kini, giliran ketiga orang itu yang kaget dengan perkataan yang baru sahaja keluar dari bibir Jung Gya. Jaemin sampai sulit untuk menelan ludah kerana kata-kata ajaib itu.
Yang benar saja? Jung Gya senaif itu?
"Udah, gue jalan dulu ya sama Jaemin. Kalian berdua jangan berantem loh kalau gue tinggal." Pesan Gya terakhir kali sebelum bangun dari duduknya.
Tangannya menggamit Jaemin untuk cepat-cepat mengiringi langkahnya.
"Yang tabah ya bro hadepin dia. Emang kayak gitu tuh. Bego sama naif beda tipis. Masa orang lagi ngode dibilang bantuin doang." Mark menyambut jabatan tangan Jaemin yang dihulurkan cowok itu.
"Ck, ck, ck... Kasian sahabat gue yang satu ini, pas lagi bucin-bucinan, yang dikode malah nggak peka."
Jaemin hanya menanggapi kata-kata Mark dengan senyuman tipis.
Yah, mau gimana lagi. Yang didekatinya kali ini jauh lebih keras daripada batu permata.
"Jaemin-ah fighting!!"
Kedua Yuqi dan Mark secara kompak menjeritkan kata-kata semangat kepada Jaemin dengan tangan yang diayunkan tinggi ke udara.
Suara keduanya benar-benar nyaring yang mana membuat Jaemin dan Gya menoleh ke belakang, malu dengan kerenah duo meresahkan itu.
Setelah mengisyaratkan Mark dan Yuqi untuk diam dan duduk, Jaemin menyaingi langkah Gya yang semakin menjauh.
Tas milik gadis itu diambil dan disangkutkan di bahu.
Keduanya berjalan menuju mobil Jaemin yang diparkir bersebelahan dengan mobil dosen yang lainnya.
Mulut Jung Gya tidak henti-henti berbicara itu dan ini. Menceritakan segala hal yang baginya penting untuk diceritakan pada sahabatnya itu.
Dan Jaemin, dia lebih selesa mengambil inisiatif sebagai pendengar setia Jung Gya. Sesekali ia menarik bahu gadis itu agar mendekat ke arahnya apabila Gya kehilangan jalan.
Di sebalik kemesraan itu, diam-diam, ada yang sedang memerhati dari jauh dengan tatapan tajam membunuh. Kedua tangannya terkepal erat melihat keakraban di hadapannya itu.
'One step closer, you will become mine again.' bisik Lee Jeno serak.
________________________________________________
Hari ini, tepat tanggal 28 September, Yuqi dan Lucas benar-benar jadi menggelar majlis pertunangan. Pesta mereka diadakan di Pulau Jeju.
Di sebuah resort mewah yang merupakan salah satu resort milik keluarga Lucas.
Gya turun dari jip yang dipandu Dokter Jennie. Tangannya melambai pada Yuqi yang sedang menunggunya di hadapan gerbang resort.
Gadis Tiongkok itu kelihatan anggun dengan dress motif bunga kecil selutut dengan belahan di betis kanan. Di kepala cewek itu sendiri, satu topi besar terletak tapi hampir menutupi sebelah wajahnya.
Huh, Gya mencebik kecil. Yuqi di mana-mana emang benar-benar fashionable.
Dan itu pasti akan melelahkan buatnya kerana Yuqi akan memaksa untuk dirinya ikut berpakaian seperti Yuqi.
Heh, benar-benar emang.
"Wow, apa khabar nona muda. Maaf, saya terlambat." Sapa Gya usil melihat betapa kesalnya wajah Yuqi.
"Heh, ngadi-ngadi emang." Yuqi membalas ketus. "Siniin tuh koper lo. Biar dianterin sama pekerja ke kamar."
Seorang pemuda yang mengenakan seragam resort menghampiri Gya, mengambil alih koper milik gadis itu dari tangan pemiliknya.
Jennie yang sedari tadi hanya memandang dari kejauhan datang mendekati kedua sahabat itu.
"Terima kasih tante, udah anterin Gya ke sini." Ucap Yuqi sembari menyambut huluran tangan Dokter Jennie.
"Iya, gak susah kok. Justru, tante minta maaf kerana gak bisa ikut hadir. Soalnya tante ada seminar." Jennie berbicara dengan bersungguh.
Benar-benar merasa tidak enak kerana menolak jemputan Yuqi untuk menghadiri pesta pertunangannya. Bagaimana juga, kebetulan pesta itu berlangsung serentak dengan seminar perubatannya di sini.
"Ya udah, tante pamit ya."
Jennie langsung berpamitan dengan kedua sahabat itu. Tergesa-gesa berjalan menuju ke jip nya. Dia harus mengejar masa untuk sampai tepat ke destinasi seminar.
Setelah jip berwarna hitam itu pergi jauh dari pandangan, Yuqi menggamit Gya untuk ikut dengannya.
"Yuk, gue tunjukin kamar lo."
Kedua mereka berjalan menyusuri jalan resort yang dihiasi dengan bunga-bunga pelbagai spesies yang berwarna-warni. Sesekali, tatapan Gya terarah pada kebun bunga mawar yang banyak dibangun di sekitar resort.
Interior yang digunakan juga benar-benar mewah.
Wajar saja orang tua Lucas memilih resort ini sebagai lokasi pertunangan anak mereka.
Yuqi bertuah kerana bakal masuk ke keluarga Lucas. Wong Yukhei dan Wong Ailee benar-benar menerima kehadiran Yuqi biarpun masa lalu gadis itu bisa dibilang tidak terlalu indah.
Tiba di hadapan kamar Jung Gya yang berada di bahagian paling selatan resort, Yuqi meninggalkan sahabatnya itu untuk berada di sana.
Lebih tepatnya, beristirahat seharian penuh kerana pesta pertunangannya akan diadakan besok malam.
Sementara Yuqi sendiri, tidak bisa menemani Gya untuk waktu yang lama kerana ia harus melakukan persiapan akhir bersama nyokapnya Lucas.
Tinggallah Jung Gya di dalam kamar suite mewah yang ditempah Yuqi untuknya sendirian.
Tubuhnya dibaringkan di katil empuk di dalam ruangan seraya memejamkan mata. Efek perjalanan menaiki pesawat dari Seoul ke Jeju belum habis lagi. Membuat segenap tubuhnya seakan terkuras habis.
'Kalau tidur kayaknya enak deh.' bisiknya sendirian seraya berguling di sepanjang kasur saiz king itu.
Pengen keluar jalan-jalan di sekitar resort, Gya sungkan kerana para pegawai di sini melayaninya terlalu ramah. Jelas tadi saat dirinya berjalan bersama Yuqi untuk menuju ke sini, semua pegawai yang berpapasan dengannya menunduk hormat 90 darjah.
Seakan-akan dirinya ini pemilik resort. Ahh, Gya benar-benar tidak suka itu.
Lagian, jika berjalan sendiri tanpa Yuqi, pasti bosan. Ya secara langsung sahabatnya yang satu itu adalah periuh acara.
Hmm, jika saja Jihan mahu ikut dengannya ke sini. Tidak akan terlalu bosan juga. Tapi, apa daya, gadis itu juga punya acara keluarga.
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan pada pintu kamar memaksa Gya membuka semula mata yang awalnya sudah mula memberat dan berada di bunga-bunga mimpi.
"Iya, cari siapa ya?"
Sebaik pintu dibuka, seorang gadis tinggi berkulit putih seperti bule sudah berdiri di ambang pintu dengan tersenyum.
"HAI! HAI! HAI!"
Melihat sambutan antusias gadis di hadapannya itu, Gya sudah mula mencium bau-bau tidak enak. Ludahnya ditelan kasar apabila lagi-lagi gadis itu memeluknya erat.
"Kenalin, aku Somi. Jeon Somi, sepupunya Lucas!"
Gya membulatkan bibirnya membentuk huruf O mendengar jawaban dari gadis bule di depannya itu.
Namun tidak lama kerana lagi-lagi Gya kaget sendiri saat gadis di depannya itu menariknya untuk masuk ke dalam kamar.
"Aku disuruh Yuqi sama Lucas buat temenin kamu. Katanya kamu sendirian ya? Ututu kesian banget. Kalau gitu, sama aku aja yuk. Aku bisa bawa kamu ke banyak tempat!" Bicara Somi riuh sambil mengitari ruangan kamar Gya.
Sambil-sambil itu, matanya tidak lepas menatap penampilan Jung Gya dari atas ke bawah.
"Aku mau bawa kamu ke pesta di pinggir pantai. Yuqi yang nyuruh sih tapi..." Somi meleretkan bicaranya dan kali ini memutar tubuh pendek Jung Gya ke kiri dan ke kanan.
"Ada yang gak beres sama pakaian kamu. Hmm.." Somi bergumam lagi, menggaruk dagunya beberapa kali.
"Aha! Aku punya ide!" Somi menjentikkan jarinya setelah beberapa ketika.
"Eh, kita mau ke mana?!" Soal Jung Gya nyaring apabila Somi dengan tiba-tiba menarik tangannya keluar kamar.
"Udah, ikut aja. Aku mau bawa kamu ke suatu tempat."
"I-iya, tapi ke mana? A-aku takut." Protes Gya seraya menahan berat badannya agar tidak terseret oleh tarikan kuat Somi pada tangannya.
Siapa yang tidak takut jika baru kenal terus mendapat layanan seperti ini. Somi bahkan lebih brutal daripada Yuqi. Tenaganya juga bukan kaleng-kaleng.
"Gak usah takut. Aku cuman mau bawa kamu beli dress baru. Masa ke pesta baju kayak gini? Ini cuman layak buat main ke pasaraya."
Hah? Jujur Gya sedikit terasa hati mendengar kata-kata Somi yang jelas-jelas menghakimi cara berpakaiannya.
Adeh, tampaknya sepupu Lucas ini satu brand dengan Yuqi.
Belum tahu nama saja, Somi sudah berniat untuk mengutak-ngatik penampilannya.
Hidupnya benar-benar habis hari ini kerana bertemu Yuqi kuasa dua!.
_________________________________________________
Dua pasang kaki panjang itu mula menjejak pasir pantai yang juga berwarna putih. Bayu laut yang berhembus sesekali menerpa pipi, menghadirkan rasa dingin kepada keduanya.
Beberapa mata langsung memandang ke arah kedua gadis yang baru saja memasuki kawasan pesta pinggir pantai itu.
Apatah lagi lampu spotlight yang sengaja dipasang mengitari pantai semakin menambahkan getaran mewah kepada sesiap saja yang datang.
"Hmm, Somi, kayaknya aku pulang ke kamar aja kali ya. Kamu aja yang datang ke pestanya." Sela Jung Gya yang berusaha mebuntuti langkah Somi yang jauh di hadapannya.
Sesekali jari runcingnya menyelipkan helaian rambutnya yang terbang ditiup angin ke tepi telinga.
"Heh, gak bisa gitu dong, Gya." Bentak Somi kesal. Kakinya dihentakkan seperti anak kecil.
"Kan kamu ke sini untuk senang-senang, masa di kamar doang sih? Gak asik tauk. Sini!"
Tangan gadis kacukan Belanda itu menarik Gya untuk digandeng tangannya.
"Aku gak selesa banget sama pakaian kek gini. Emang kamu gak risih gitu jalan sama aku?"
Kata-kata Gya berjaya membuat Somi gemas. Gadis manis dalam balutan dress merah itu berpaling menghadap Gya.
"Hey girl, listen here." Tangan runcingnya memegang rahang Gya lembut. Memalingkan wajah ayu itu menghadapnya.
"You are beautiful okay? Nothing wrong with you. Yang bilang elo jelek justeru dia yang aneh. Masa malaikat cantik kayak gini dibilang jelek sih?! Buta kali!" Oceh Somi yang mana mengundang tawa dari bibir pinkish Gya.
Ia tertawa kecil melihat tingkah Somi. Gadis itu ternyata sangat ramah.
Setelah meluangkan masa hampir 3 jam di butik di kawasan resort, Gya sudah terlanjur selesa dengan layanan Somi. Hanya pada awalnya saja gadis kacukan Belanda itu membuatnya canggung.
Lama kelamaan, Gya selesa berada dekat dengannya.
"Udah, jangan difikirin ya, Dora."
"Be confident babe." Tangannya membetulkan sedikit tali tipis pada bahu Gya.
"Kamu cantik, raise your head and walk with confident." Telunjuknya diletakkan dibawah dagu Jung Gya sebelum mendongakkan wajah itu agar lebih percaya diri.
"Show yourself to the world. Alright? Lets go!"
Dan satu hal yang bisa disimpulkan Jung Gya, sepupu Lucas itu tidak jauh berbeda dengan Lucas sendiri.
Terlalu heboh.
Keduanya sambung berjalan dengan tangan Somi yang belum lepas dari memegang lengan Gya erat.
"Btw, katanya lo kuliah di ATLIT bareng Lucas kan?" Somi bicara santai.
"Kayaknya ada beberapa yang satu kampus sama lo deh. Lo bisa saling tegur sapa dong, nanti."
Kali ini, Gya tidak bisa mengontrol riak wajahnya. Gadis itu kelihatan sedikit panik dan panasaran pada saat yang bersamaan.
'Satu kampus? Siapa ya?' Duganya sendirian sambil masih melangkah.
Sehinggalah keduanya berada tidak jauh daripada sebuah tenda berwarna putih yang terpasak di pasir benar-benar di pinggir pantai.
Semakin mendekat, debaran di dada Jung Gya semakin kedengaran. Entah kenapa, alarm bahayanya seolah-olah aktif mengingatkan kalau ada sesuatu bahaya menantinya.
"Hye guys!"
Degg!
Dan benar saja, kali ini dugaannya benar-benar tepat.
Matanya tertuju pada wajah-wajah familiar di hadapannya kini.
Mereka Geng Arthdal!
"Wow, retis udah datang nih!"
"Ini dia tetamu utama kita udah pada sampai guys!"
"Yah, Jeon Somi! Lama banget sih datangnya? Kirain gak jadi dateng lo!"
Begitulah kira-kiranya suara-suara yang menyambut kedatangan Somi bersama Jung Gya di tenda milik mereka sekarang.
"Wah, itu bukannya pacar Jeno gak sih?"
"Iya ya! Kan pernah ikut ke markas tuh? Wah, daebak! Bakal seru keknya!"
"Tunangan ketemu selingkuhan cuy, berasa nonton drakor nih!"
Samar-samar kedengaran suara gunjingan yang tidak enak untuk menjadi santapan telinga.
Gya masih ingat dengan jelas wajah-wajah yang ada di hadapannya kini.
Ada Soobin, Felix, Hyunjin, Yeonjun dan beberapa wajah baru. Orang yang sama ditemuinya empat tahun lalu ketika dibawa Jeno ke puncak.
Bukan hanya mereka, Gya bisa mengesan kehadiran Haechan, Renjun, Jisung dan Chenle yang duduk berjejeran di bawah tenda.
Lalu di lautan orang-orang ramai itu, layaknya hero dan heroin sebuah drama, kelihatan sepasang kekasih yang sedang memadu asmara.
Lee Jeno, dengan kemeja hitam yang tidak dibutang lengkap, bahagian lengannya dilipat hingga ke siku, duduk di tengah-tengah tenda bagai seorang raja.
Dan Kim Lia, yang mengenakan gaun senada duduk dipangkuan cowok itu sembari memeluk posesif leher Jeno. Sesekali tangan runcing itu bergerak mengusap dada Jeno.
Yah, layaknya raja dan permaisuri, kedua orang itu berjaya membuat atensi seluruh orang yang ada di sana terpukau kepada mereka berdua.
Benar-benar pasangan yang serasi! Serasi untuk menambah rasa jelik Jung Gya pada keduanya.
Somi membawa Gya untuk mendekat ke arah tenda.
"Hye, guys. Liat nih, gue bawa siapa!"
Semua mata yang ada di bawah tenda itu langsung teralih memandang kedatangan Somi bersama Jung Gya.
"Kenalin, ini, sahabatnya Yuqi. Jung Gi. Jung Vir—eh! Siapa sih nama lo tadi?" Soal Somi yang sedikit kebingungan dengan sebutan nama Gya.
"Jung Gya, anjir!" Sampuk satu suara.
"Hah?" —Somi.
Orang itu adalah Nancy!
"Loh? Jadi kalian kenal, tuh?"
"Iyalah bambang! Kan satu sekolah dulunya." Timpal Nancy.
Tatapan gadis centil itu tidak berubah. Masih sama seperti empat tahun yang lalu bahkan semakin lama semakin sinis.
Namun, Gya hanya masa bodo saja. Tampang datar dipasang pada wajahnya yang dingin.
"Oh iya, benar! Gue lupa!" Seru Somi. Kembali menggenggam tangan Gya erat.
"Kalau gitu, kita duluan ke sana ya?"
Jari runcingnya menunjuk ke arah meja cemilan saat menyedari suasana dingin yang tercipta antara orang-orang di sana. Yah, bagaimana pun juga, dia tidak senaif itu.
"Yuk, Gya!"
Ajak Somi menarik Jung Gya untuk menjauh dari sana.
Namun, baru saja keduanya ingin berpusing ke belakang, entah darimana, Gya kehilangan keseimbangan yang mana membuatnya pangling dan hampir jatuh terserembab ke pasir.
Sepasang tangan kekar datang dari arah belakang, dengan cekatan melingkari pinggang Jung Gya erat dan....
Srettt...
"Hati-hati!"
Tangan itu menahan tubuh Gya yang hampir terjatuh untuk menstabilkan diri.
Dan suasana ini nyatanya berjaya memantik sisi gelap Lee Jeno yang sedari tadi menahan diri untuk tidak terpancing melihat kehadiran Jung Gya di hadapannya.
Mata cowok itu menggelap bersama rahang yang terketap erat menahan amarah.
Bersambung...
Share this novel