??????????????????
Perhatian, adegan 19+ yang berunsur violent, abuse, rape, bullying.
Yang sensitif di minta menjauh. Tq.
"Kak Haechan! Kak! Tunggu!"
Yang dipanggil malah bengong dan enggak bergerak gerak dari tempatnya. Namun, kepala cowok itu sudah menoleh ke belakang.
Tepatnya, ke suara sang pemanggil.
"Jung Gya? Ini gue beneran gak salah liat? Itu si Gya kan?" Beberapa kali ia mengucek mata bagi memastikan bayang yang dilihatnya ini benar benar nyata.
Dan, iya memang benar. Itu Jung Gya sedang buru buru berjalan ke arahnya.
"Kenapa?" Tanpa beri waktu buat cewek itu bernafas, Haechan langsung bertanya.
Ada sedikit rasa hairan di hatinya kerana Jung Gya kelihatan panik banget. Mukanya pucet.
"Tolongin aku kak! Please, tolong!"
Realitasnya Gya memang benar benar panik. Dahinya berpeluh-peluh dan dia sendiri kelihatan cemas banget kayak dikejar seseorang.
"Iya! Tapi kenapa?"
Gya refleks memegang lengan Haechan. Tidak peduli dengan tatapan anak anak Serim High yang memandang mereka aneh. Berdiri di tengah-tengah jalan festival begini.
"Gyo hilang kak. Please cariin Gyo. Hapenya gak bisa dihubungin. Terus teman kelasnya juga bilang dari tadi pagi Gyo gak kelihatan. Aku udah samperin ke semua tempat yang dia pergi, tapi gak ada." Cepat Gya menjelaskan. Nafasnya tidak beraturan.
"A-aku takut..kalau kalau Gyo.." Gya kelihatan tidak bisa menahan dirinya.
Firasatnya mengatakan ada hal buruk yang bakal terjadi pada Gyo. Tidak biasanya abangnya itu menghilang begini.
Kerana gak punya pilihan, Gya langsung mencari teman temannya Jeno untuk bantuan. Gak ada orang lain yang bakal bantuin mereka kecuali teman teman Jeno itu.
"Ya udah! Relaks, baby. Relaks." Haechan menenangkan walaupun masih dalam mood bercanda.
Tapi Gya tidak peduli. Yang terpenting sekarang ia harus menemui Gyo terlebih dahulu.
"Lo tenang di sini. Biar gue nelpon teman teman yang lain." Haechan mengeluarkan ponsel dari dalam blazer maroonnya.
Pantas nombor Renjun didail.
Sementara itu, Gya gelisah sendiri. Ia juga tidak putus asa. Ponsel Gyo lagi lagi di dail. Manatahu saja kembarnya itu akan menjawab.
Tadi, Yuqi dan teman sekelas Gyo, Ningning juga membantunya mencari Gyo. Mereka berpecah dan jadilah kini ia berdiri di hadapan Haechan.
Cowok itu masih kelihatan berbicara dalam ponsel. Beberapa kali cowok itu menggaruk dahi yang tidak gatal.
"Ya udah. Lo cari dulu, biar gue cari Jeno." Panggilan terputus lalu Haechan mendekati Gya semula. Cewek itu masih seperti tadi. Kelihatan gelisah.
"Tenang. Gue udah nyuruh Renjun bantuin cari. Tapi sekarang gue harus cari Jeno dulu." Beritahu cowok itu.
Tiada siapa yang tahu situasi cemas yang dialami Jung Gya kerana hari ini adalah hari ketiga, selaku hari terakhir Festival Seni Serim High.
Yang mana, acara akhirnya, iaitu pementasan teater dilakukan hari ini.
Haechan berlalu pergi meninggalkan Jung Gya yang masih lagi cemas. Ia harus menemui Jeno terlebih dahulu.
"Eh, itu kak Haechan tuh! Ayok samperin yuk. Dia kan tadi buka kekosongan buat jadi teman kencannya di IG."
"Oh iya ya. Ya udah, gas aja. Mana tahu kita beruntung."
Baru saja menapak beberapa langkah, Haechan terpanggil untuk menoleh pada sekumpulan adik tingkat manis yang juga sedang mengejarnya.
Riuh mulut-mulut adik tingkat itu berteriak dan memuja-muja Haechan. Dan sialnya, Haechan malah terpanggil.
Langsung tujuan asalnya terbengkalai apabila ia lebih memilih untuk meladeni adik tingkat daripada mencari Jung Gyo yang menghilang entah ke mana.
______________________________________________
Tergesa-gesa, kaki Gya mendaki satu persatu anak tangga bangunan kelas 10 untuk menuju ke rooftop setelah tadinya ia mendapat pesanan tidak mengenakkan.
Anak dakjal??
|Datang ke atap bangunan 10 sekarang kalau lo mau kembar cacat lo selamat!
Hanya pesanan ringkas yang mampu mengguncang hati dan perasaan Gya.
Menerima pesanan itu, ia langsung tidak berfikir panjang seandainya akan ada jebakan. Gya tahu, pesanan dari orang itu tidak bisa diabaikan. Apatah lagi yang bersangkut paut dengan keselamatan Gyo.
Semakin mendekati puncak, debaran di hati Gya benar benar tidak terkendalikan. Apatah lagi saat ia mendengar adanya suara suara riuh yang bergelak ketawa dan kadang kadang menyumpah seranah seseorang.
Gya berdoa, semoga saja orang itu bukan yang ada di fikirannya.
Semoga orang-orang itu hanya sedang bermain main saja. Dan tiada kaitan dengan apa yang bermain di fikirannya ketika ini.
"Wah! Ini kesian banget sih si cacat. Udah cacat, bisu sekarang mah mungkin jadi buta juga kali ya!"
"Atu tu tu tu! Kenapa? Gak nampak ya? Aduh kasian!"
Brakkk!
Gya menerjang pintu yang menghubungkan nya ke arah lapangan luas atap bangunan sepuluh.
Kelihatan 8 orang cowok berpakaian seragam putih yang tidak dimasukkan ke dalam seluar sedang berdiri dalam bulatan mengelilingi seseorang dan memandang tepat ke arahnya.
Dan sialnya, seseorang yang sedang tertunduk melutut itu adalah Gyo. Pakaian kembarnya itu tidak bertentuan, malah kaca mata yang selalu tersungging di hidung cowok itu juga tergeletak patah di lantai.
"Gyo.." Panggilnya berbisik. "Gyo-yaa.."
"Nah, ini dia nih yang ditunggu-tunggu. Phewiit!!"
Cowok yang paling besar, yang kelihatannya adalah ketuanya, langsung bersuara meledek lalu berjalan mendekati Gya.
Bulat mata cewek itu sebaik saja melihat satu sosok familiar yang tertunduk itu benar benar kembarannya.
"Eh eh, mau ke mana manis? Gak bisa. Sini dulu."
Salah seorang daripada mereka dengan style rambut mullet berwarna pirang mencekat langkah Gya yang sudah ingin mendekati Gya.
Gya mencuba menarik tangannya daripada cekalan tenaga cowok di sebelahnya."Lepasin! Kalian siapa?! Berhenti gangguin Gyo!!"
Kelapan cowok itu ketawa kuat mendengar bentakan tidak bertenaga Jung Gya.
"Apa? Bisa lo ulang sekali lagi? Gue gak denger. Terlalu jauh."
Si ketua tadi pura pura tidak mendengar dan meletakkan tangannya ke telinga seolah-olah meminta Gya untuk mengulangi kata-kata nya.
"Atau harus gue datang ke sana ya? Biar lebih dengar?" Kakinya maju. "Supaya lo bisa lebih liat dengan jelas muka gue."
Ini terasa seperti dejavu. Posisi ini benar-benar sama dengan posisi kedua kembar itu beberapa bulan yang lalu.
Namun, seharusnya kini tak lagi kan? Bukankah mereka sudah mendapat perlindungan dari Geng Nevada. Tapi...kenapa masih ada saja yang merundung Gyo.
"Lepasin Gyo! Sekarang! Gue bisa penuhin segala permintaan kalian tapi, lepasin Gyo."
Juga seperti bulan bulan lalu, Gya tak punya cara lain selain merayu seperti ini. Kata katanya persis dengan apa yang diucapkan pada Lee Jeno.
Si ketua tadi, yang rupanya tidak lain tidak bukan adalah Kibum, orang yang sama sudah berdiri benar benar dekat dengan Jung Gya.
Tangan kirinya naik mencuba menangkup sebelah pipi Jung Gya namun ditolak kasar oleh cewek itu.
"Aipp! Shhh...ternyata ceweknya Jeno galak juga ya." Kibum meremehkan. "But its okay, gue suka cewek yang kayak gini."
Tanpa aba-aba, Kibum langsung melingkari tangan kanannya di sekeliling pinggang Jung Gya dan menarik cewek itu rapat ke arahnya.
Plakkk!!!
Gya meronta beberapa kali dan tak punya pilihan, penampar nya naik dan hinggap di pipi Kibum yang sungguh kurang ajar.
Manakan tidak, sebelah tangan cowok brengsek itu menelusup masuk ke dalam seragam Jung Gya dan hampir menarik ikatan bra cewek itu.
"Jangan kurang ajar!! Gue bukan cewek murahan! Lepasin kembar gue!!"
Kelapan anak itu lagi-lagi ketawa setelah adegan sang ketua mereka yang ditampar oleh cewek itu. Namun, semuanya tidak menghentikan Kibum.
Tamparan Gya di pipinya benar benar menyengat! Itu, tidak bisa disangkal.
"Woww!! Ternyata lo suka yang kasar ya. Okay, kalau gitu..." Kibum tersenyum miring, menjilati beberapa kali bibir bawahnya.
Kemudian, ia kembali jongkok di hadapan Gyo yang masih terbata bata sendirian mencari di mana letak kaca matanya yang tercampak.
????
Namun, cowok itu bisa mendengar kehadiran sang adik yang turut mendapat masalah kerananya.
Lagi.
"Gimana, kalau kita gilir lo di hadapan abang kembar lo ini? Hah?" Sambung Kibum yang malah mendapat sorakan daripada teman temannya.
Apatah lagi mendengar pekikan nyaring Jung Gya apabila cowok itu memerintahkan anak anak buahnya untuk menyeret gadis itu ke penjuru lapangan yang terisi meja meja dan kerusi rusak.
"Heyy!! Bajingan!! Lepasin! Lepasin bodoh!!" Tidak peduli dengan pemilihan katanya, Gya menyumpah seranahi dua orang anak cowok yang mengheretnya.
Kakinya bahkan terseret masih dengan matanya yang tidak lepas melihat ke arah kembarannya.
Tidak! Ia tidak bisa lemah begini! Ia harus bangun! Mereka tidak bisa melakukan ini padanya.
"Baringkan dia."
Kedua konco itu pun mengikut perintah ketuanya dengan menolak cewek yang bakal menjadi mangsa mereka ini ke atas lantai.
Rok yang dikenakan Jung Gya juga sudah mula terangkat kerana posisinya yang mencuba bangun dan menyelamatkan diri. Malangnya, ia terjebak benar benar di penjuru.
Tiada jalan keluar untuknya.
"Tolong! Jangan apa apain gue. Gue merayu sama kalian."
Merayu pun sudah tidak berguna ketika ini. Tiada siapa yang akan mendengarnya. Tiada siapa yang bisa membantunya ketika ini.
Bahkan geng Nevada juga tidak akan tahu ia di sini.
Mungkin, dirinya akan benar benar menjadi mangsa pelecehan hari ini.
"Lo cantik Gya. Tapi malah terjebak sama Lee Jeno yang bangsat itu. Harusnya, lo jadian sama gue aja. Lagian..."
Kibum meliarkan pandangan, seolah olah menscan Jung Gya dari atas ke bawah.
"...tubuh lo lumayan bagus. Pasti Jeno udah puas nyicipin lo. Sekarang, giliran kita."
Mereka semua ketawa kuat. Lalu disahuti oleh jeritan tidak jelas Gyo yang menyedari apa yang akan terjadi kepada kembarannya.
"Ang...annn!! I-yaaa...." Jeritan cowok itu kedengaran parau lalu tubuhnya dipegang oleh anak anak lain yang menjadi penjaga.
"Gyo-ya... Gyo.." Panggil Gya beberapa kali dengan wajahnya yang sudah pucat.
Rasanya maruahnya benar benar gugur ketika ini sebaik saja mendengar kata kata Kibum. Air mata pun sudah tidak bisa ditahan daripada merembes keluar dari kedua matanya.
Situasi ini menakutkan!
Ketakutan nya semakin berganda sebaik saja kedua cowok di tepinya itu menjambak kasar ikatan rambutnya sehingga terlepas. Bukan itu saja, seragam putihnya dirobek sehingga menyisakan sehelai singlet putih di tubuh atasnya.
Gya takut. Tubuhnya gemetaran. Apatah lagi mengingat Gyo ada di sini menyaksikan pelecehan yang berlaku padanya.
Tak semena-mena, Gyo yang tadinya berada dalam belenggu cowok-cowok itu berhasil melepaskan diri.
"I-yaa!!!"
Dalam hitungan detik, tubuh Kibum langsung jatuh menyebam lantai apabila Gyo bertindak menarik sebelah kakinya.
"Argh!! Sial!!" Cowok itu menjerit kuat kerana belakang tubuhnya yang melabrak dinding.
"Dasar! Cacat sialan!! Sini lo!!"
Lagi-lagi Gya terkesima sebaik saja Kibum kembali bangkit dan mengangkat tubuh kering Gyo lalu mencampakkan kembaran nya itu ke sebelahnya.
Bahkan anak buah cowok itu juga ikutan kaget. Sama sekaligus tidak menyangka dengan apa yang terjadi di hadapan mata.
"Tunggu apa?? Ayo habisin si cacat ini! Adeknya kita gilir aja!!"
Arahan itu langsung ditanggapi lalu mereka berbondong-bondong mendekati kedua kembar itu. Dua cowok tadi masih bertindak memegangi Jung Gya sementara yang lainnya sudah menerejang habis tubuh Gyo.
"GYO!! GYO!! LEPAS!!"
Pekikan Gya seolah olah bisa menulikan telinga sebaik saja melihat tubuh kecil abangnya itu menerima hentaman. Bukan sekadar tumbukan, malah pukulan dan sepakan terus terusan mengenai tubuh kecil Gyo.
Tanpa belas kasihan.
"GYO!! STOPP! BERHENTI! TOLONG!!"
Gya memekik kuat. Berharap ada yang bisa mendengarnya di sini. Mereka harus dihentikan sebelum nyawa Gyo benar benar habis.
Entah dari mana kekuatan datang, Gya berjaya melepaskan diri dan mencuba beringsut untuk mendekati Gyo.
"Heyy!! Pegangin dia!!" Kibum yang menyedari langsung turun tangan lalu menarik cewek itu dan menolaknya kasar.
"Akhh!!" Gya meringis kesakitan apabila hujung dahi sebelah kanannya terhantuk pada bucu meja besi.
Tangannya memegang tempat itu. Merasakan ada cecair yang keluar dari sana. Pedih dan sakit.
"G-gyo.." Dalam situasi sebegitu, ia masih memikirkan Gyo.
Namun, tak lama, pandangan mula berpinar. Kepalanya pusing yang teramat. Lalu, perlahan-lahan, ia kehilangan kesadarannya dalam situasi yang masih huru-hara itu.
Vision terakhir yang dilihatnya adalah kehadiran sekumpulan pelajar lain yang entah datang dari mana.
Akhirnya, pandangan nya benar benar menggelap.
(Maaf guys kalau part ini agak aneh dan gak masuk. Soalnya ini tantangan pertama kali buat aku nulis scene kayak gini. Mohon pengertian ya.)
______________________________________________
"BANGSAT!! LEPASIN DIA!!"
Tiba-tiba, tubuhnya diterjang seseorang dari belakang. Membuat Kibum yang semula duduk berjongkok di hadapan Jung Gya yang tidak sadarkan diri langsung rebah mencium bumi.
Begitu juga kedua orang yang bertugas memegangi Jung Gya yang kaget dengan kehadiran Lee Jeno di hadapan mereka.
Tatapan Lee Jeno penuh dengan sirat kebencian dan api kemarahan.
Apatah lagi melihat Jung Gya yang sudah tidak sedarkan diri dengan dahi yang berdarah.
Tiba-tiba, sisi gelapnya keluar begitu saja sebaik saja melihat Kibum yang memegang robekan seragam putih Jung Gya di tangan kanannya.
"BAJINGAN!! GUE BUNUH LO!!!"
"Hehh!! Lepasin!!" Itu suara Mark yang disusuli dengan derap langkah kaki Haechan dan yang lainnya membuntuti dari belakang.
Dalam sekejap, teman-teman Lee Jeno itu berjaya meleraikan anak anak yang sedang menerjang Gyo yang sudah tidak sedarkan diri. Habis sekujur tubuh cowok itu kotor dan darah keluar dari mulutnya.
Beberapa anak OSIS yang datang bersama Pak Kyungsoo, Pak Suga dan Bu Seulgi juga ikut kaget melihat apa yang terjadi.
Tidak memberi kesempatan buat kabur, anggota OSIS membantu menahan pelajar pelajar itu.
"Gya!!" Yuqi dan Ningning yang baru sampai bersama Jaemin di belakangnya juga memekik apabila melihat tubuh lemah Jung Gya yang tergeletak tidak sedarkan diri.
Juga, dalam posisi yang mengenaskan.
Jaemin yang masih ternganga tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Kondisi rooftop bangunan sepuluh itu benar benar huru-hara.
Ia sampai terkedu tidak tahu untuk berbuat apa.
"Jaem, tolongin!!" Panggilan Renjun menyentakkan Jaemin.
Cowok China itu berjongkok di hadapan jasad yang tidak sedarkan diri yang dikelilingi oleh Pak Kyungsoo dan Pak Suga.
Tanpa berfikir, Jaemin buru-buru mendekat.
Ini—bukannya? Kembaran Jung Gya??
Jadi maksudnya? Gya...
Mata Jaemin langsung menangkap jasad seorang lagi pelajar yang dikelilingi Yuqi, Ningning dan Bu Seulgi.
"Gya—" Baru saja ingin berlari kepada cewek itu, tangannya ditahan Pak Kyungsoo.
"Jaemin, ayok. Kamu dukung dia ke mobil bapak! Dia harus dibawa ke rumah sakit! Kondisinya parah!"
"Tapi pak—"
"Udah! Jangan banyak bicara! Ayo!"
Tiada pilihan, Jaemin menurut arahan guru disiplinnya itu dan membantu mendukung Gyo di belakang tubuhnya dan membawa anak itu keluar dari sana bersamq Chenle dan Jisung yang ikut dari belakang.Â
"Bajingan! Lo sentuh pacar gue!! Mati aja lo!! Mati!! Sialan!!" Nafas Jeno terengah-engah menghayunkan tumbukan demi tumbukan ke wajah Kibum yang tidak mampu melawan.
Tidak cukup dengan itu, Jeno berdiri dan menerjang perut Kibum sekuat hatinya. Mulut anak itu mengeluarkan darah.
"Mana tangan yang lo pake buat nyentuh dia?!! Hah!!" Jeno bertanya dengan mata mencerlung marah.
Tangan kanan Kibum dipijak dengan kakinya sehingga membuat sang pemilik berteriak kesakitan.
Rambut Jeno sudah basah terkena keringat kerana menghajar Kibum. Bukti bertapa liarnya tenaga yang dikeluarkan Jeno untuk menghajar cowok yang sudah berani menyentuh Gya.
"Pisahkan mereka!" Jerit Pak Suga yang melihat Jeno menghentam Kibum habis-habisan.
Beberapa anak OSIS yang mencuba meleraikan Jeno dari Kibum juga tidak punya tenaga saking kuatnya hentaman seorang Lee Jeno.
"LEE JENO!!"
Bahkan teriakan dari guru disiplin tergalak di Serim High tidak mampu menghentikan Jeno.
Begitu juga Mark dan Haechan yang sedaya upaya menarik Jeno untuk menjauhi Kibum sebelum cowok itu mati dibunuh Jeno.
"LEPASIN GUE MARK!! GUE HARUS BUNUH DIA!! BERANI NYENTUH GYA! DASAR BAJINGAN!!"
Butuh lima orang untuk menghentikan Jeno sementara Kibum yang sepertinya sudah babak belur berjaya ditarik menjauhi Jeno yang seperti dirasuk syaitan.
"Stop, Jeno! Liat sana! Jung Gya lagi butuh lo!" Jeno seakan akan tersadar dari amukannya apabila Mark menyebut mengenai Jung Gya.
Jeno memutarkan tubuhnya menatap Gya yang sedang dipegang oleh Bu Seulgi bersama Yuqi dan Ningning.
"Gya.." Serunya perlahan lalu berjongkok di sisi tubuh Gya yang tidak sedarkan diri.
Blazer maroonnya ditanggalkan dan digunakan untuk menutupi bahagian hadapan tubuh Jung Gya yang terdedah.
"Angkat dia ke mobil ibuk! Dia harus dibawa ke rumah sakit."
Tanpa mengendahkan gurunya yang masih ada di sana, juga Pak Kyungsoo yang dari tadi memarahi dan memanggilnya.
Jeno menyelipkan sebelah lengannya ke bawah lutut Jung Gya sementara sebelah lagi berada di belakang tubuh cewek itu. Dengan mudah, ia bangun dan mendekap Gya erat ke dadanya.
Yuqi dan Ningning membuntuti dari belakang.
"Maaf, sayang. Please bertahan! Demi gue!" Bisik Jeno di dalam hati dan mengecup dahi Gya perlahan.
____________________________________________________
Pintu ruangan dikuak dari dalam, lalu seorang dokter lelaki dengan tag nama Moon Taeil keluar dari arah dalam ruangan.
"Gimana dok, anak murid saya baik-baik aja kan?" Bu Seulgi yang masih berada di rumah sakit pantas menyoal dokter tersebut.
Begitu juga teman-teman Jung Gya yang ada di sana. Sebut saja, Yuqi, Jeno, Jaemin, Haechan dan Mark.
Dokter itu menghela nafas berat. "Jung Gya baik-baik aja. Cuman luka di dahinya butuh dijahit. Tapi, mungkin dia bakal menghidap trauma kerana kejadian yang terjadi padanya."
Mereka merasa tenang dan tidak kaget. Siapa saja yang tidak akan trauma jika berhadapan dengan situasi begitu.
"Maaf saya bertanya, tapi kami butuh orang tua Jung Gya untuk datang ke sini. Di saat-saat seperti ini, dia benar benar butuh sokongan keluarganya. Jadi, saya berharap orang tuanya bisa ada di sini. Juga, ada sesuatu yang harus kami bincangkan. Ini, mengenai kondisi Jung Gyo."
Penjelasan panjang lebar Dokter Moon hanya dipandang sepi oleh mereka semua. Nyatanya, tidak satu pun daripada mereka tahu, bagaimana untuk menghubungi keluarga gadis itu.
"Kalau begitu, saya pamit dulu. Buat masa ini, jangan ganggu pasien dulu. Dia masih belum bangun dari efek anesthesia." Pesan dokter itu sebelum benar benar berlalu meninggalkan mereka di sana.
"Baiklah, terima kasih dok." Bu Seulgi mengucapkan sebelum benar benar menghantar kepergian dokter itu.
Kemudian, ia memandang ke pintu ruangan Jung Gya yang tertutup rapat. Kelihatan Yuqi sedang berdiri di hadapan pintu itu sambil mengintai di sebalik kaca.
Mereka belum dibenarkan masuk. Walaupun sebenarnya Yuqi benar-benar ingin berbuat demikian dan memeluk Jung Gya.
"Mark...kesian Gya, Mark. Gimana kalau dia bangun, dan nanyain Gyo? Kita harus jawab apa, Mark? Gue takut." Isak Yuqi lirih sambil menatap ke dalam.
Mark menepuk bahu Yuqi perlahan. "Shh..jangan dipikirin Yuq. Kita harus percaya. Dia kuat. Lo juga, jangan nangis. Tahan diri lo. Demi Gya."
Yuqi mengangguk tapi tetap saja, air matanya tidak bisa dibendung.
Gyo dimasukkan ke UGD. Sekarang, kembaran Jung Gya itu tidak sadarkan diri kerana koma. Hentakan kuat pada kepala cowok itu memberi kesan. Belum lagi beberapa tulang rusuknya patah kerana ditendang oleh Kibum dan antek-anteknya.
Kini, Gyo ditemani dan dijaga oleh Renjun, Ningning, Chenle dan Jisung.
Setelah membawa kembar itu ke rumah sakit tadi, semua Geng Nevada ikut serta ke rumah sakit.
"Orang tua Jung Gya bisa dihubungin dok?" Jaemin bertanya sebaik saja dokter tadi berlalu pergi."
Bu Seulgi menggeleng. "Jung Gya memang gak pernah kasih informasi tentang keluarganya. Di ruangan penjaga juga, Gya hanya menuliskan nomer dan nama jirannya sebagai penjaga."
Jaemin terkedu. Setahunya, Jung Gya dan Kim Lia adalah....
Tapi, kenapa Gya tidak...
Ah, ini tidak boleh jadi. Tanpa pamit pada satu orang pun, Jaemin berlalu dari sana sambil merogoh saku celana. Ia harus ke suatu tempat. Gya benar benar membutuhkan orang tuanya ketika ini.
"Kalian yang sabar, ya. Doain keselamatan teman-teman kalian. Ibu harus kembali ke sekolah. Dan ibu juga udah hubungin penjaga Gya."
Pesan Bu Seulgi sebelum wanita itu pamit untuk kembali ke sekolah. Selaku salah seorang guru yang piket untuk mengawasi sekolah, ia juga harus bersama dengan Pak Suga dan Pak Kyungsoo menguruskan kes perundungan kembar Jung yang katanya terpaksa menjadi kasus polisi.
Jika sudah sampai menyebabkan mangsa koma dan dirawat di ruang UGD, pihak sekolah tidak punya pilihan selain membawa kasus ini ke peringkat lebih tinggi.
Di hujung sudut, Jeno berdiri kaku sambil bersandar pada dinding. Rahangnya mengeras bersama tangan yang terkepal erat.
Dirinya benar benar marah ketika ini. Andai saja ia lebih dulu cepat mencari Jung Gya, cewek itu tidak akan pergi ke rooftop. Dan tentu saja, ia tidak akan terlantar begitu di katil rumah sakit.
Jeno berjanji akan menghabisi Kibum jika sampai ada sesuatu yang terjadi pada Jung Gya. Ia bersumpah!
"Ini semua salah gue, andai aja, gue cepat kabarin Jeno, Gya gak bakalan jadi kayak gini. Si bisu juga gak bakalan separah itu. Ini benar benar gue yang salah."
Kesemua mereka menoleh pada Haechan yang tertunduk dengan sejuta rasa bersalah terukir di wajahnya.
"Maksud lo apa Chan?" Yuqi yang tadinya ada di depan kamar Jung Gya sudah berjalan mendekati Haechan.
"Cepat!! Kasi tau gue! Apa yang lo udah lakuin?!!" Cewek itu tidak segan meneriaki Haechan. Untung saja balkoni rumah sakit sedang sunyi.
Mark menenangkan Yuqi. Cowok itu tahu, Yuqi sedang marah besar atas apa yang menimpa Gya. Ia juga merasakan perasaan marah itu.
"G-gue...tadi..tadi—"
Haechan langsung tidak bisa meneruskan kata sebaik saja Jeno yang tadinya berdiri jauh di depannya kini sudah mencekal kerah jaketnya dan mendorongnya ke dinding rs.
"Apa yang udah lo lakuin." Jeno mengeram rendah.
Lengannya yang hanya terbalut seragam putih yang dilipat ke siku menampakkan urat tangannya yang bertimbulan saking eratnya genggamannya pada Haechan.
Haechan tidak melawan, dia tahu ini salahnya. Tapi, tetap saja, Jeno kelihatan menakutkan ketika ini.
"Tadi..Gya bilang ke gue, ada orang antar pesen supaya dia ke rooftop bangunan 10. Tapi gue—" Haechan bicara perlahan dengan suara yang tergagap.
Ini sakit banget saat Jeno mencengkamnya ke dinding. Rasanya lehernya bisa patah dikerjakan Jeno.
Apa lagi kalau dia ceritain hal selanjutnya.
"Perhatian gue teralihkan sama adik tingkat yang udah lama gue naksir, tiba tiba pengen jalan sama gue. Makanya pesanan Gya gue—"
Bukkkk
Gak butuh penjelasan buat kali kedua, Jeno langsung melayangkan penumbuk nya ke rahang Haechan yang mana langsung membuat cowok itu limbung ke tepi.
"Lee Haechan sialan!!! Harusnya lo bilang ke gue terus!!"
Bukkk!
Sekali lagi, penumbuknya singgah tepat, kini ke rahang kanan Haechan setelah tadinya menonjok yang kiri. Mata Jeno kelihatan gelap! Rasanya ia akan benar-benar membunuh Haechan juga.
Yuqi yang kaget dengan tindakan tiba tiba Jeno berteriak kencang sementara Mark yang gak kurang kaget juga maju ke hadapan cuba menenangkan Jeno.
"M-maaf..gue—"
Tanpa kasih peluang buat Haechan membela diri, Jeno lagi lagi menonjok Haechan. Kali ini ia sampai duduk di perut Haechan agar lebih leluasa.
"BEGO!! KALAU LO CEPAT, GYA GAK BAKALAN SEPARAH ITU HAECHAN!!"
Jeno mengamuk besar.
Tadi, Haechan yang datang buru buru kepadanya saat ia bersama dengan Lia. Cowok itu yang bilang Gya datang ke rooftop kelas 10 sendirian.
Jeno sudah benar benar panik sampai sampai meninggalkan Lia saat itu juga.
Apatah lagi melihat Gya yang menjadi mangsa pelecehan Kibum. Darah Jeno benar benar terasa akan meledak. Malah ia benar benar niat untuk membunuh Kibum andai tidak dihentikan oleh Mark tadi.
"Jeno!! Jeno, stop!! Lo mau bunuh Haechan?!! Hah!! Sadarkan diri lo!!"
Mark menarik narik tubuh Jeno dari belakang dengan sekuat tenaganya. Namun hujung-hujungnya, malah ia yang jatuh terpental ke belakang.
Jeno benar-benar berubah jadi monster.
Dan Yuqi sendiri sampai sampai menggeletar kerana takut. Keadaan sekeliling benar benar ribut di sini. Mana tidak ada yang datang ke sini lagi.
Yuqi panik! Tidak tahu harus meminta tolong daripada siapa ketika ini.
Ketika ingin melayangkan penumbuk keempat kepada Haechan, tiba tiba seseorang datang meluru dari belakang lalu menerjang belakang tubuh Jeno sehingga cowok itu terdorong ke depan dan otomatis melepaskan Haechan dari cekalan cowok itu.
Bukan! Itu bukan Mark! Cowok itu saja kaget dengan apa yang baru terjadi.
Tapi ia bertindak pantas dengan menghampiri Haechan. Yuqi juga dengan paniknya berlari untuk mendapatkan dokter.
"Argh!!" Jeno mengeram kasar saat dirasakan hujung bibirnya yang terjerembab ke lantai rs robek.
"Ikut sama gue! Lo harus dikasih pelajaran." Satu suara garau yang terasa asing masuk ke pendengaran Jeno.
Ia ingin bangkit melawan kembali. Tapi belum apa-apa juga, seseorang mencengkeram tengkuk nya kuat dan menyuruhnya bangun sebelum mengheretnya keluar ruangan.
Setelah mudah mengheret Jeno keluar bangunan, lebih tepatnya, di taman rs, sang pelaku tadi langsung menghumban tubuh Jeno ke rumput.
"Lo ngapain di sini?!!" Jeno langsung membentak marah sebaik saja melihat satu sosok bongsor di hadapannya.
Park Jihoon. Iya! Yang sedang berdiri di hadapannya adalah Park Jihoon yang tiba-tiba muncul entah dari mana setelah menghilang hampir selama cuti semester.
Jika dilihat, cowok itu juga kelihatan sedang marah. Tatapannya tidak lepas dari memandang Lee Jeno buas.
Tanpa bilang satu patah perkataan pun, Jihoon melangkah ke hadapan Jeno dan ikut berjongkok. Lalu tanpa aba-aba, Jihoon melayangkan penumbuknya tepat ke pipi Jeno.
Bukan sekali tapi berkali-kali. Jeno yang semulanya ingin melawan sudah terkuras tenaganya. Kerana jika dikira-kira, ia sudah membelasah dua orang hingga babak belur hari ini.
Tumbukan Jihoon juga tidak bisa diremehkan kerana sejak tumbukan pertama juga, Jeno sudah merasa pusing seperti berada di awangan. Ternyata ahli geng Nevada itu benar benar kuat.
Setelah puas, baru Jihoon berhenti. Kerah seragam Jeno ditarik sehingga membuat cowok itu bangkit.
"Gak usah nyalahin orang lain Lee Jeno! Gya jadi kayak gitu kerana elo! Elo puncanya! Jadi, jangan berani berani lo mempersalahkan orang lain!" Jihoon berteriak kasar di hadapan Jeno.
Ia sudah tidak peduli dengan wajah babak belur Jeno. Jauh sekali merasa kasihan.
Jihoon tahu siapa yang merencanakan semua ini. Segalanya bisa ditebak. Dan punca utama orang itu melakukan hal ini adalah kerana cowok brengsek di depannya ini.
Jihoon tahu! Dan tebakannya tidak pernah akan salah.
"Hey, lepasin Jeno!"
Jihoon menoleh ke belakang saat seseorang menyergahnya. Kelihatan dua orang dari geng Lee Jeno itu mendekatinya yang masih memegang erat Jeno.
"Lo mau bunuh teman gue?! Hah?!" Renjun yang buru-buru ke sini saat dimaklumi Mark menyembur Jihoon.
Tapi sedikit pun tidak menggentarkan cowok itu. Yang adanya Jihoon malah tersenyum miring.
Tidak suka dan benci melihat kehadiran Geng Nevada di sini. Baginya, mereka semua sama saja. Penyebab utama Jung Gya dan Jung Gyo terkena masalah.
"Iya! Kalau bisa, gue bakal bunuh kalian semua. Dasar brengsek! Mulai hari ini, kalian gak punya hak buat menemui Gya lagi."
"Heh! Apa hak lo buat ngancem ngancem kita? Lo siapa ngehalang kita buat ketemu sama Gya? Dia teman kami. Kalau lo lupa?" Renjun menyembur kembali.
Malangnya kata kata itu membuat Jihoon meludah kasar, "teman? Omong kosong!"
Setelah itu, Jihoon meninggalkan kedua teman Lee Jeno itu bersama Jeno yang sudah gak sadarkan diri akibat hentamannya.
Ia punya urusan yang lebih penting lagi. Jung Gya!
___________________________________________
Terasa bisikan-bisikan dan isak tangis yang samar-samar di telinganya. Perlahan-lahan, Gya membuka matanya yang terasa berat seolah-olah ada yang menghalangnya daripada celik.
Serangan cahaya di ruangan asing seolah-olah menikam penglihatannya.
Tapi, ia tetap gagah ingin membuka mata. Rasanya, ia sudah cukup lama tertidur.
"Gya..." Sebaik saja membuka mata, wajah Yuqi adalah yang pertama menyapanya.
"Yuq..." Suara yang barusan keluar dari mulutnya kedengaran serak dan tekaknya sakit.
"G-gue di mana?" Bisiknya. Dan ketika menoleh ke sebelah kanan, kelihatan Tante Lisa yang sedang tersenyum kepadanya.
"Lo di rumah sakit, Gya. Lo gak inget?"
Ketika itulah, Gya seakan akan tersentak. Di rumah sakit? Pantas ia bangun dari pembaringannya dengan tergesa-gesa, menarik infus pada tangannya dan buru-buru turun dari bangsal.
Lisa dan Yuqi yang melihat reaksi cewek itu berusaha menghalang Gya namun sama sekali tidak dipedulikan.
Bagi Gya, tujuannya hanyalah satu.
"Gya, kamu masih sakit, sayang. Kamu mau ke mana?" Tante Lisa yang panik melihat Gya langsung menahannya daripada bertindak lebih lanjut.
"Gyo tante. Gyo di mana? Gya mau liat Gyo."
Baik Yuqi mahupun Lisa langsung diam sebaik saja mendengar soalan dari cewek itu. Masing-masing dari mereka tahu, ini bakal terjadi. Tapi, mereka juga belum bersedia untuk melihat penerimaan Jung Gya sebaik saja melihat keadaan Gyo.
"Please—ahh...Gyo di mana?" Ia terus terusan merengek dan bertanya biarpun kepalanya yang diperban benar benar terasa sakit.
Seolah-olah berdenyut-denyut.
Tapi ia tidak peduli itu semua. Yang terpenting adalah Gyo lebih dahulu.
Kerana tak kunjung mendapatkan respon, Gya bertindak gila dengan menerobos keluar dari ruangan inap rawatnya. Tidak peduli dengan kepalanya yang terasa berdenyut dan badannya yang sakit-sakit semua.
Yang terpenting, ia harus menemui Gyo dulu. Ia harus tahu kondisi sebenar Gyo.
"Suster, pasien yang namanya Jung Gyo dirawat di mana?" Soalnya kepada suster perawat yang berada di meja pertanyaan.
"Dek, kamu gak bisa—"
"Di mana sus? Cepet kasih tahu saya!"
Gya ngegas ke suster perawat yang sepertinya ragu-ragu untuk memberitahunya.
Dan kerana tiada pilihan, suster itu pun langsung memberitahu keberadaan Jung Gyo.
"Pasien ada di ruang UGD, tingkat empat, kamar 14."
Sebaik mendapat informasi, Gya langsung meluru ke arah lift. Dia sudah tidak peduli dengan Tante Lisa dan Yuqi yang mengejarnya dari belakang.
Lift terbuka, lalu Gya melangkah keluar dari sana. Masih dengan pakaian pasiennya, tangan yang berdarah kaki yang terincut-incut berjalan.
"Dek, kamu gak bisa ada di sini." Teguran suster penjaga tingkat empat tidak dipedulikan. Matanya melilau mencari kamar bernombor 14 yang dimaksudkan.
Baru melangkah beberapa tapak, kakinya seakan akan terpaku pada sebuah bilik dengan dinding kaca yang tembus pandang ke dalam.
"G-gyo.."
Panggil nya lirih, merujuk pada sebuah jasad yang terbaring di atas bangsal.
Saat itu juga, dua orang suster datang.
"Maaf, kamu sesat ya? Ruangan kamu bukan di sini. Harusnya kamu ada di tingkat 3." Suster itu berkata lembut, memegang kedua belah bahu Jung Gya dan memujuknya lembut.
"S-saya...mau masuk ke sana." Pinta Gya dengan kakinya yang masih menahan di lantai dan enggan berganjak daripada posisinya.
Matanya sudah memproduksi air mata.
"Gak bisa. Ini ruangan khusus. Harus ada izin baru bisa masuk."
Gya menggeleng dan bahkan sedikit meronta. "Enggak! Gue mau masuk! Itu kembar gue! Abang gue!"
Terjadi adegan tarik menarik antara Jung Gya dengan kedua suster itu. Gya masih bertegas untuk menerobos masuk sedangkan kedua suster itu juga bertegas untuk mempertahankan undang-undang rumah sakit mereka.
"Biarkan saja dia."
Satu suara yang dikenali kedengaran dari belakang.
Kedua suster itu berhenti dan melepaskan pegangan mereka pada Jung Gya sebaik saja melihat siapa yang datang.
Dokter Jennie!
"Dia sama saya. Izinkan dia masuk, dia sudah mendapat izin." Dokter berwajah dingin itu memberitahu dan kedua suster itu pun mengangguk mengerti.
Tanpa buang waktu, Gya langsung masuk ke dalam ruangan itu. Ia sudah tidak peduli dengan keadaan sekelilingnya mahupun Dokter Jennie yang baru datang bersama Tante Lisa dan Yuqi.
Satu-satu hal yang ada di dalam minda dan fikirannya ketika ini adalah Jung Gyo.
"Gyo-yaa."
Lirih suara cewek itu memanggil nama kembarannya yang terbaring tidak sadarkan diri di bangsal rumah sakit. Sekeliling tubuh itu dipenuhi dengan wayar-wayar dan infus yang sama sekali tidak Gya ketahui apa fungsinya.
"Ke-kenapa harus jadi gini, Gyo." Isak Gya perlahan apatah lagi setelah melihat dengan lebih dekat separah apa kondisi Gyo.
Ia bergantung pada alat pernafasan dan intubator yang dipasang di bahagian atas kepala.
Rasanya kaki Gya lemes seakan akan segala kekuatannya ditarik paksa. Ia bertumpu pada bangsal Jung Gyo.
Wajah Gyo lebam-lebam sehingga matanya membengkak. Kaki kembarannya itu dipasangkan dengan simen dan dapat Gya lihat perban yang melilit sekeliling kepala Gyo merah berdarah.
"Tante! Gyo kenapa tante?" Gya menoleh memandang Dokter Jennie yang mengenakan pakaian berwarna hijau khusus untuk melawat pasien di ruangan UGD.
"Sabar sayang. Kita harus berdoa supaya Gyo baik-baik saja. Dia pasti bisa dengar kita sekarang. Kamu gak bisa nangis. Ya? Gya kuat kan?"
Gya menggeleng. Bagaimana ia bisa baik-baik saja sedangkan Gyo terbaring begini?
'Semua ini salah gue! Gue gagal lindungin Gyo! Gue gagal menuhin amanah bunda. Gyo-ya..maafin Gya. Maaf..."
Gya memberanikan diri, menarik sebelah tangan Gyo yang tidak berbalut dan menggenggamnya erat.
"Gyo kuat! Please jangan tinggalin Gya. Tolong bertahan." Ngongoinya dengan dada yang mendadak terasa sesak.
Ia tidak bodoh untuk tahu bahawa kondisi Gyo benar-benar parah ketika ini. Sampai membutuhkan alat bantuan seperti ini. Gyo pasti merasa sakit.
Gyo sakit. Dan sialnya itu kerananya.
Gyo jadi begini kerana mencuba melindunginya tadi.
"Jangan begitu nak. Kita doain ya, Gyo bakal baik-baik aja. Kamu juga, harus istirahat gih sana. Biar tante yang jagain Gyo di sini. Ya?"
Gya menggeleng. "Gak tante. Biar Gya stay di sini. Gya mau temenin Gyo. Gya mau Gyo liat Gya saat dia bangun nanti. Bisa ya?"
Jennie yang mendengar request dari anak sahabatnya itu tidak mampu berbuat apa-apa selain mengangguk menurut.
Wanita itu tahu betapa besarnya kasih sayang anak ini kepada abang kembarnya. Jennie sendiri sudah maklum kalau Gya sangat melindungi kembarannya.
Di saat-saat begini, sudah pasti Gya mahu sentiasa ada di sisi Gyo.
"Ya udah, tapi kamu duduk ya. Biar tante urusin semuanya."
Jennie mengarahkan Gya untuk duduk di kerusi kosong yang disediakan.
Setelahnya, ia keluar dari ruangan itu.
"Gimana sama Gya, unnie? Dia baik-baik aja?" Lisa, jjran yang juga merangkap salah seorang sahabat kepada bunda Jung Gya, bertanya.
Jennie menggeleng.
"Aku gak sanggup buat bilang ke Gya hal sebenarnya. Aku takut dia bakal syok. Sebaiknya, kita rahsiakan dulu sampai Gya tenang dulu."
Lisa mengangguk pasrah. Tangannya melingkar pada bahu Yuqi, sahabat Jung Gya yang baru dijumpainya hari ini.
"Aku harus ngurus sesuatu dulu. Tapi gak lama kok. Kalian sebaiknya pulang dulu. Lis, Yuqi. Aku bakal ada di sini jagain mereka."
Pesan Jennie kepada sahabatnya dan Yuqi. Mereka berdua kelihatan kecapean kerana dari tadi berada di rumah sakit semata-mata untuk menemani Jung Gya.
"Ya udah, Yuqi. Kita pulang dulu ya. Entar, kita ke sini lagi. Kamu butuh istirahat, ganti baju dulu. Baru bisa temenin Gya di sini."
Yuqi patuh. Biarpun pada mulanya ia tidak mahu meninggalkan Gya di sini, tapi ia juga merasa tidak nyaman dengan seragam yang masih melekat di tubuhnya.
Akhirnya, ia melangkah pergi bersama Lisa. Sebelumnya, ia sempat memandang Jung Gya yang masih terisak sambil memegang tangan Gyo.
'Gue janji bakal sentiasa ada di sisi lo, Gya. Gue gak bakalan ninggalin lo, sahabat.'
Bersambung...
Share this novel