SMA Jaya Bakti. SMA yang terkenal akan prestasi muridnya. Entah itu di bidang akademik atau di bidang non akademik SMA Jaya Bakti selalu unggul di bandingkan SMA lainnya. Tampak seorang lelaki tengah berjalan menyusuri koridor sekolah seperti mencari sesuatu. Dia adalah Dava Sanjaya. Siswa kebanggaan Jaya Bakti. Bagaimana tidak? Dava Sanjaya seorang siswa yang multitalenta. Dia pintar. Pintar dalam segala hal. Iya. Dia pintar basket. Ahli malah. Karena itu lah dia menjadi kapten basket. Dia pintar dalam berorganisasi. Karena itu lah dia di percaya untuk menjabat sebagai ketua OSIS. Dia pintar bermain musik. Terutama piano dan gitar. Karena itu lah dia di percaya untuk mengelola band sekolah. Selain pintar, Dava memiliki paras yang tak bisa di ragukan lagi. Dia tampan dengan rahang yang tegas. Manik mata berwarna coklat madu. Gigi gingsul di sebelah kiri menambah kesan manis. Di tambah lagi dengan tatanan rambut mowhak nya menambah kesan keren untuk para mata yang memandangnya. Semua yang ada pada diri Dava menjadikannya most wanted di sekolahnya. Banyak wanita yang mengejar-ngejar nya. Entah itu adik kelas,teman seangkatan,atau bahkan kakak kelas. Namun semua usaha yang mereka lakukan tidak mengubah apapun. Ya. Dava telah memiliki seseorang di sampingnya.
Dava berhenti mengedarkan pandangannya ketika matanya menangkap seorang gadis yang tengah duduk di bangku taman sekolah. Gadis yang telah berhasil mencuri hatinya pada saat pertama kali bertemu. Gadis yang membuat Dava tertarik karena kelembutan sikapnya. Gadis yang membuat Dava terpana karena senyuman manisnya. Gadis yang... ah yang jelas Dava sangat mencintainya. Dava mengayunkan kaki nya menghampiri gadis nya itu. Ketika tepat di belakang gadis itu,Dava dapat melihat aktivitas yang di lakukan gadisnya. Gadis itu tengah membaca sebuah novel terkenal tulisan Asma Nadia. Dava dengan isengnya menutup mata gadisnya itu. Tahu siapa yang menutup matanya,gadis itu tersenyum lebar.
" udah deh Dav,jangan rese " kata gadis itu.
Dava tertawa kecil lalu duduk di samping gadisnya. Matanya menatap lembut gadis itu. Kanaya Evrilya Putri. Dava sangat tergila-gila dengan gadis itu. Kanaya menatap balik Dava sambil menaikkan sebelah alisnya.
" kamu ngapain ngeliatin aku kaya gitu? " tanya Kanaya.
" enggak " Dava menggeleng pelan sambil tersenyum. " lagi ngapain sih? " lanjutnya lagi.
Kanaya mengangkat novel di tangannya.
" lagi baca novel " jawab Kanaya lalu melanjutkan aktivitas nya yang terganggu karena ulah Dava.
" bagus? " tanya Dava lagi.
" iya bagus " jawab Kanaya tanpa melihat Dava.
" siapa penulisnya? " Dava bertanya lagi. Sepertinya dia sengaja.
" Asma Nadia " jawab Kanaya dengan geram.
" cerita nya gimana? " Dava belum menyerah juga.
Kanaya menutup buku nya dengan kesal lalu menatap Dava yang sudah nyengir.
" kamu sengaja ya ganggu aku? " tanya Kanaya.
Dava hanya tersenyum lebar menampakkan gingsulnya yang uhh... untuk kali ini terlihat menyebalkan di mata Kanaya.
" ya habis kamu sibuk banget sama buku nya " ucap Dava dengan mode merajuknya.
Membuat Kanaya mau tak mau tertawa melihat tingkah kekasihnya. Baru saja Kanaya ingin berucap lagi, ada dua lelaki menghampiri mereka.
" elah nih bocah berdua pagi-pagi udah bikin pemandangan menyakitkan aja dah " cibir Radit.
Sahabat Dava yang sangat menyebalkan dan suka bikin naik darah. Tapi herannya banyak juga yang mengejar Radit untuk menjadi kekasihnya. Tapi entah lah. Radit betah sekali dengan panggilan kesayangan dari Dava. Apa lagi kalau bukan ' Jones '
" makanya cari pacar sono. Lo kan ga jelek-jelek banget. Banyak juga yang ngejar lo. Gausah sok jual mahal kenapa jadi cowok " tukas Dava.
Pedas bin menyakitkan ya setidaknya itu menurut Radit.
" hati gue udah ada yang nyuri. Lancang banget dah yang nyuri ga mau ngembaliin " ujar Radit dengan nada becanda namun ada makna tersirat di dalam ucapannya itu.
" dih bocah alay banget lo " cibir Dava.
" udah deh Dav. Ga boleh gitu ah " Kanaya mencoba melerai Dava dan Radit.
" udah debat kusir nya? " sarkas Nathan.
Sahabat Dava yang sikap nya paling cool ketimbang Dava dan Radit. Nathan memutar bola matanya jengah lalu menyodor kan selembar kertas kepada Dava.
" apaan nih? " tanya Dava.
" baca aja " pinta Nathan.
Dava pun membuka kertas undangan itu. Matanya menekuri huruf yang tertera di selembar kertas berlogo SMA Nusantara. Mata nya menatap tak percaya.
" kok bisa? " tanya Dava dengan nada kaget.
" jadi kita cuma punya waktu nanti sore buat latihan " papar Nathan.
Dava mendengus kesal. Bagaimana bisa SMA Nusantara mengirim undangan turnamen sehari sebelum pertandingan? Seharusnya kan seminggu sebelum pertandingan,undangan itu sudah di kirim. Kalau begini cara nya, SMA Nusantara ingin mengalahkan tim basketnya dengan cara curang.
" jadi nanti sore kita harus latihan " ucap Dava mengultimatum yang di jawab anggukan setuju dari kedua sahabatnya.
Baru saja Radit dan Nathan ingin pergi,seorang gadis menghampiri Nathan. Wajahnya menyiratkan kekesalan yang terpendam namun tak menghilangkan kesan manisnya.
" gue cariin ga tau nya di sini. Katanya mau nemenin gue makan. Gimana sih? "
Nathan menelah ludah kasar mendengar omelan panjang dari gadis di depannya. Iya sepertinya Nathan lupa kalau dia ada janji untuk menemani gadis itu makan di kantin.
" iya maaf. Gue kan ngasih undangan dulu ke Dava. " ucap Nathan.
Gadis itu hanya mendengus kesal.
" lo udah makan? " tanya Nathan.
" ya belom lah. Kan gue nungguin lo " ucap gadis itu pelan.
Nathan terkekeh pelan lalu merangkul bahu gadis itu yang notabene adalah pacarnya menuju kantin. Meninggalkan Radit yang tadi datang bersamanya. Radit mendecak melihat tingkah Nathan yang bisa berubah jika sudah bersama Dara,pacarnya.
" ini nih yang gue ga suka sama orang yang udah pacaran. Suka lupa sama sobat nya " protes Radit yang membuat tawa Dava meledak.
" udah berapa kali gue bilang. Cari pacar sono " kata Dava setelah menyelesaikan tawanya.
" udah ah. Di bully mulu gue " Radit pun berlalu dari hadapan Dava dan Kanaya.
Dava tertawa kecil melihat Radit lalu wajahnya berubah sendu memikirkan turnamen besok. Kanaya yang menyadari perubahan kekasihnya itu pun mengelus lembut pundak Dava.
" udah. Aku yakin kamu bisa. Nanti sore aku temenin kamu latihan deh " ucap Kanaya menenangkan.
Dava pun tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. Beruntung memiliki kekasih semengerti Kanaya.
* * *
Kanaya mengambil jam tangan berwarna peace yang dia simpan di kotak dan di letakkan di dalam laci. Jam tangan itu adalah hadiah dari Dava pada saat ulang tahunnya satu bulan yang lalu. Sore ini,Kanaya sudah berjanji untuk menemani Dava latihan basket di sekolah. Kanaya mengenakan celana jeans di padu dengan kaos oblong warna putih lalu dia memakai jaket agar tidak kedinginan. Kanaya mengambil flat shoes yang dia simpan di rak sepatu. Rambut yang biasanya ia urai kini ia kucir kuda. Kanaya mematut dirinya di depan cermin. Rasanya sudah cukup. Tidak terlalu lebay. Kanaya pun berjalan menuruni tangga lalu pergi ke dapur untuk mengambil sebotol air mineral.
Tak butuh waktu lama untuk sampai di sekolah. Kanaya berjalan menuju lapangan basket. Terlihat banyak anak basket tengah berlatih. Kanaya mengedarkan pandangannya mencari Dava. Tepat di ujung lapangan,Kanaya menemukan Dava yang tengah menggiring bola. Dengan lincah Dava menghindar dari Radit yang tengah berusaha merebut bola itu dan...
Hap!
Bola itu mendarat mulus memasuki ring. Dava mengacungkan jari jempol nya ke arah Kanaya. Kanaya tertawa kecil. Dava menghampiri Kanaya di tempat duduk yang ada di pinggir lapangan. Kanaya memberikan air mineral yang langsung di minum Dava sekali tenggak. Tampaknya lelaku itu kelelahan.
" istirahat aja dulu. Jangan terlalu di porsir nanti kamu drop lagi waktu pertandingan " ucap Kanaya menasehati.
" iya Nay,tenang aja " Dava tersenyum seraya mengelus pucuk kepala gadisnya.
Di seberang tempat Kanaya duduk,Radit dan Nathan tengah selonjoran di pinggir lapangan. Nathan mengedarkan pandangannya mencari seseorang.
" cari siapa? " tanya Radit menaikkan alisnya sebelah.
" Dara lah " jawab Nathan tanpa mengalihkan perhatiannya mencari Dara.
" nanti juga pasti dateng. Tenang aja " ujar Radit.
Nathan hanya menggendikkan bahunya. Percaya mungkin.
" Nat " panggil Radit.
" hm " Nathan hanya berdehem malas menanggapi.
" hidup gue lucu banget ya " ucap Radit tiba-tiba diiringi tawa samar.
" hidup lo kan penuh lawakan haha.. " Nathan menanggapinya dengan candaan.
" di saat gue bener-bener jatuh cinta eh.. ada aja halangannya "
Nathan langsung mengalihkan wajahnya menatap Radit. Sepertinya dia tahu kemana arah pembicaraan Radit.
" heran aja gitu. Apa yang bikin gue sampe cinta mati banget sama dia. Ini bukan gue banget ya kan? " lagi-lagi ucapannya diiringi tawa. Tawa hambar yang menyiratkan kepedihan.
Baru saja Nathan ingin menanggapi ucapan Radit tapi Radit menyela lagi
" tapi yaudah lah. Mau gimana lagi? " Radit bangkit lalu meraih bola berwarna orange itu dan kembali bergulat dengan bola itu.
Nathan menatap nyalang ke arah Radit. Lelaki itu. Lelaki yang tampak bahagia,kuat,menyebalkan,tengil ternyata memiliki perasaan yang terpendam untuk seseorang yang ada disana.
" woi!!!! "
Nathan tersentak karena suara yang mengagetkannya.
" Dara? Ish ga lucu. Kalo gue jantungan gimana? " Nathan merengut kesal.
Dara tertawa lebar.
" iya sorry. Lagian ngelamun aja sih " kata Dara.
Nathan memutar bola matanya jengah.
" lagi mikirin apa sih? " tanya Dara sungguh-sungguh.
" lagi mikirin.... " Nathan sengaja menggantungkan kalimatnya itu begitu melihat Dara yang mupeng.
" apa ih? " tanya Dara mendesak Nathan.
" kepo. Hahaha " Nathan tertawa puas melihat muka kesal Dara.
Rasakan!
Waktu menunjukkan pukul lima sore. Dava memberi interupsi kepada teman satu tim nya untuk menyudahi latihan dan mempersiapkan untuk pertandingan besok. Dava menghampiri Kanaya.
" aku anterin ya " kata Dava lebih ke pernyataan.
" iya ".
Dava menggandeng tangan Kanaya keluar dari lapangan sekolah. Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang menatapnya dengan tatapan miris.
Share this novel