Bab 10. Tidak Mungkin

Romance Completed 12761

Hari yang panjang setelah perjalanan yang melelahkan. Tidur dengan bergelung di bawah selimut pasti sangat nyaman. Tapi hal itu tidak membuat Kanaya tergiur. Ia lebih memilih duduk di ruang keluarga di temani oleh kakak tercinta nya.

Sekitar dua jam yang lalu ia sampai di rumah setelah berlibur. Di antar oleh Nathan dan juga Dava. Mereka memutuskan untuk langsung pulang dengan alasan ingin langsung membersihkan diri. Kanaya pun tak memaksa kan mereka untuk singgah sebentar.

Saat ini ia tengah menonton kartun kesayangannya. Apalagi kalau bukan si peri kecil Tinkerbell. Entah lah. Kanaya sangat menggemari kartun luar negeri yang satu ini. Mau itu di ulang berkali-kali pun Kanaya tak pernah bosan. Kali ini Kanaya tengah menonton Tinkerbell yang episode ketika Tinkerbell bertemu dengan saudara kembar nya. Percaya atau tidak bahkan Kanaya pernah menangis menonton kartun ini. Tepat pada saat raja Melori dan ratu Clarion tidak mengizinkan Tinkerbell bertemu dengan saudara kembar nya lagi karena mereka berbeda tempat tinggal. Yang mana jika mereka memaksakan salah satu di antara mereka akan terluka. Uhh... ternyata Kanaya ini melow juga. Hehe.

Apa yang lebih menyebalkan dari datang sekolah terlambat? Jawabannya adalah Satria yang tiba-tiba meraih remot tv yang ada di tangan Kanaya lalu mengganti chanell dari tayangan kesukaannya menjadi tayangan olahraga. Membuat Kanaya melotot geram.

" kak Sat! Apa-apaan sih kok di pindah. Ganti pokok nya " kata Kanaya dengan sebal.

" ogah ah. Lagian udah gadis tontonannya film anak bayi " cibir Satria

" ihhhh Kak Sat!! "

Kanaya langsung menghambur ke Satria lalu berusaha merebut remote yang ada di tangan Satria. Dengan sigap Satria menjauhkan tangannya dari jangkauan Kanaya. Kanaya semakin brutal menyerang Satria. Sampai-sampai satria di buat kewalahan.

" apaan sih Ay! Gantian kek " kata Satria sambil terus menghindari tangan Kanaya.

" ga mau! Itu belum selesai film nya kak. Siniin ah remote. Ngalah kek sama adik nya " Kanaya pun tak mau kalah.

Sampai ketika Satria lengah,Kanaya berusaha meraih remote itu namun karena ia terlalu buru-buru bukannya remote itu sampai di tangannya yang ada malah meluncur bebas ke arah lantai dan

Prang!!

Remote yang malang. Bahkan sudah tidak berbentuk lagi. Wujudnya yang utuh tadi kini berubah menjadi puing-puing tak bermakna. Kanaya dan Satria saling menatap sampai ada suara yang tidak ingin mereka dengar menyapa gendang telinga mereka. Rasa nya jika bisa mereka ingin terjun ke dasar bumi agar terhindar dari ceramah yang akan di dapat nya sesaat lagi.

" kan udah berapa kali bunda bilang. Kalian ini kayak anak kecil tau ngga. Dikit-dikit berantem. Kan malu kalo di denger tetangga. Tiap hari dengerin bunda ngomel cuma gara-gara kalian " omel bunda yang sudah berkacak pinggang melihat tingkah memalukan kedua anak nya itu.

" kak Sat duluan bun. Dia ga mau ngalah sama aku " adu Kanaya membuat Satria memutar bola mata nya  jengah.

" ya gantian bun. Dari tadi Aya mulu yang nonton " kali ini Satria yang mengadu.

" kalian berdua ini sama aja. Kamu juga Sat. Ngalah sama adik kamu. " jika bunda sudah seperti ini tidak ada yang bisa membantah.

Satria mendengus kesal lalu melemparkan tubuhnya ke sofa sambil meraih ponsel nya. Lebih baik ia bermain game di ponsel nya. Kanaya tersenyum mengejek menandakan kalau dirinya lah yang menang. Tapi seperti nya tayangan yang tadi membuat ia bertengkar dengan Satria tidak lagi menarik ketika diri nya melihat bunda nya. Bukan. Maksud nya kali ini bunda nya terlihat rapi seperti akan pergi. Kanaya memicingkan matanya.

" bunda mau kemana? Kok rapi banget " tanya Kanaya.

Pertanyaan Kanaya sukses membuat Satria mengalihkan pandangannya dari ponsel. Ikut menatap ke arah bunda nya. Dan benar kata Kanaya. Bunda terlihat rapi hari ini.

" oh ini. Bunda mau ke rumah tante Nani. Ada acara reunian gitu. Biasa. Nostalgia jaman sekolah dulu " jawab bunda diiringi kekehan.

Lalu dari arah pintu kamar orang tua nya,Ayah tengah berjalan sambil menggulung kemeja nya sampai siku.

" ayah ikut juga bun? " kali ini Satria yang bertanya.

" iya. Nganterin bunda kamu " ayah nya yang menjawab.

Satria dan Kanaya hanya ber-oh ria.

" kalian jangan bertengkar. Malu di denger tetangga. Satria ngalah sama adik kamu " ucap bunda mengingatkan.

Mendengar ucapan bunda nya membuat Kanaya menjulurkan lidah nya arah Satria.

" Satria mulu yang ngalah bun " Satria memprotes ucapan bunda nya.

" ya iya lah. Kamu yang udah besar. Udah ah. Bunda mau berangkat dulu. Daa " kata bunda nya sambil berlalu karena ayah nya sudah membunyikan klakson berkali-kali.

" hati-hati bunda " teriak Kanaya.

Kini kedua nya sama-sama terdiam. Berkutat dengan fikirannya masing-masing. Padahal sesaat sebelum nya mereka bertengkar.

" Ay? " panggil Satria

" apa "

" kok diem? "

" kakak sendiri kenapa diem? "

" pengen aja. "

" yaudah sama "

" ish apaan coba "

Satria mendesah kesal. Percakapan macam apa tadi?. Sangat-sangat tidak berguna.

Satria kembali sibuk dengan ponsel nya. Entah apa yang di lihat nya. Kanaya pun iseng lalu mendekat ke arah Satria. Berniat ingin melihat apa yang di lakukan Satria. Melihat itu,Satria langsung menutup ponsel dengan tangannya.

" kepo banget " ujar Satria.

Kanaya mendengus kesal.

" pelit! " lagi. Kanaya merajuk.

Kanaya akan berubah jika sudah bersama Satria. Jika sudah bersama Satria,Kanaya bukan Kanaya yang dewasa. Bukan Kanaya yang lembut. Bukan Kanaya yang banyak diam. Tapi Kanaya yang seperti anak kecil,banyak tingkah,dan manja.

" kak keluar yuk. Kan semenjak kakak pulang kita belum pernah jalan bareng " ajak Kanaya

" ogah jalan sama anak kecil " Satria menolak.

" oke. Aku tinggal telpon bunda dan bilang... "

" tunggu. Kakak ganti baju dulu ".

Kanaya tertawa senang melihat Satria menuruti keinginannya lagi. Ah kali ini ia harus berterima kasih pada bunda nya karena sudah memperingati Satria.

*                *                 *

Sore yang cerah mewakili perasaan Kanaya saat ini. Bagaimana tidak? Satria akan selalu menuruti apa yang ia minta. Seperti membelikannya ice cream atau sekedar membawa kan tas selempangnya. Bukannya ia keberatan. Hanya saja ia sedang mengerjai Satria. Jarang-jarang kan ia bisa mengerjai Satria seperti ini?. Ah Kanaya ini jahil juga ternyata.

Saat ini mereka memutuskan untuk duduk di salah satu bangku taman. Ya. Mereka saat ini sedang berjalan di taman dekat rumah nya.

" capek ya kak " keluh Kanaya sambil mengipas-ngipaskan tangannya.

" kakak yang capek dari tadi kamu suruh kemana-mana. Beli ini itu. Pake bawain tas segala lagi. " gerutu Satria menjelaskan seolah penderitaan yang di alami Kanaya tidak sebanding dengan yang ia rasakan.

" hehe " Kanaya hanya menunjukkan cengiran lebar nya.

Lalu ia bangkit dari duduk nya.

" eh mau kemana? "  tanya Satria melihat adik nya itu beranjak.

" mau beli minum. Bentar ya " ucap Kanaya lalu pergi menuju kios yang tak jauh dari tempat mereka duduk.

Sesampainya di sana,ia membeli dua botol minuman.

" berapa mas? " tanya Kanaya.

" 15 ribu mbak " jawab penjual nya.

Kanaya mengeluarkan satu lembar uang lima puluh ribuan lalu memberikannya kepada penjual nya.

" yah ga ada kembali nya mbak. Uang kecil aja gitu kalo ada " ucap mas penjual.

Kanaya menggeledah isi tas nya. Tidak menemukan tanda-tanda adanya uang kecil,Kanaya mendesah pelan.

" pake uang saya aja mas "

Sampai ada suara lembut khas perempuan menyapa gendang telinga nya. Di samping nya berdiri sosok perempuan yang ntah Kanaya tidak bisa menjelaskannya yang jelas ia cantik. Dan pasti nya baik bahkan ia sampai mau membayari minuman yang Kanaya beli.

" eh makasih ya. Ntar gue ganti deh uang nya " kata Kanaya.

" ga usah. Biarin aja. Lagian gue juga beli minum kok. Jadi biar sekalian aja " kata nya.

" yaudah deh. Makasih ya. Gue duluan " kata Kanaya.

Perempuan itu mengangguk. Kanaya berlalu dari sana dan berjalan menghampiri Satria. Dari kejauhan,Kanaya bisa melihat Satria tengah menerima telpon dan raut wajah nya yang tadi ceria tiba-tiba berubah menjadi pusat pasi. Ia pun spontan menjatuhka ponsel nya. Melihat itu,Kanaya segera berlari ke arah Satria.

" kenapa kak? " tanya Kanaya panik.

Bukannya menjawab,Satria malah menunduk. Tampak sebulir air mata nya jatuh. Kanaya terkejut. Bahkan ini pertama kalinya Kanaya melihat Satria menangis ketika sudah dewasa. Tak dapat respon dari Satria. Kanaya bertanya lagi.

" kak Sat! Kenapa ih?! Jangan bikin khawatir dong " Kanaya bahkan mengguncang tubuh Satria.

Lagi-lagi bukannya menjawab,kali ini Satria malah merengkuh tubuh kecil Kanaya.

" yang kuat ya Ay " ucap nya membuat Kanaya mengernyit bingung dan melepaskan pelukan Satria.

" maksud kakak apa sih?! " tanya Kanaya dengan nada tinggi.

" ayah..... bunda... " Satria bahkan tak sanggup melanjutkan kata-kata nya.

" mereka kenapa kak?! "

" mereka..... "

" kenapa kak?! Jawab! " kali ini Kanaya berteriak.

" mereka udah ngga ada Ay. Mereka kecelakaan. Mereka ga selamat Ay " kata Satria pelan.

Seperti di cabut seluruh tulang yang ada di dalam tubuhnya. Kanaya luruh ke tanah. Bersimpuh di sana. Kepala nya menggeleng pelan.

" ngga mungkin " berulang kali ia mengucapkan kata itu.

Air mata mengalir deras. Satria meraih Kanaya ke dalam pelukannya. Mencoba menegarkan hati adik nya. Mencoba menguatkan. Padahal dia sendiri masih sulit menerima kenyataan pahit itu.

" ini mimpi kak " lirih Kanaya.

" Ay,jodoh,ajal,rezeki udah ada yang ngatur. Kita ngga bisa mengelak dari semua itu. Yang harus kita lakukan adalah menerima semua nya dengan ikhlas dan hati lapang " ucap Satria.

Kanaya hanya bisa larut dalam tangisannya. Masih tak percaya pada kenyataan yang sangat memilukan ini.

----------------------

Salam Author Manis:*

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience