Dua hari absen dari sekolah membuat Kanaya merasa takut untuk tidak masuk lagi. Bukannya apa, hanya saja dia tak mau ketinggalan pelajaran. Ia paling malas jika harus menyusul pelajaran yang tertinggal.
Sore kemarin, Radit mengantarkannya pulang. Sebenarnya itu keinginan Kanaya sendiri. Ia tak mau merepotkan Radit. Pada awalnya Radit menolak mengingat kondisi Kanaya masih belum sembuh total. Dan di tambah lagi Kanaya di rumah sendiri. Membuat kekhawatiran Radit akan gadis itu memuncak. Namun Kanaya tetap kekeh ingin pulang, setelah terjadi perdebatan kecil akhirnya Radit mau mengantarnya pulang.
Kanaya melangkahkan kakinya menuju ruang tamu kala mendengar suara klakson motor milik Radit. Ia membukakan pintu lalu menyapa Radit dengan senyuman hangat. Ini adalah hari pertama ia sekolah setelah absen selama dua hari kemarin.
Kanaya pun naik ke motor Radit. Lalu lelaki itu memacu motornya dengan kecepatan rata-rata membelah jalanan kota Bandung.
Sesampainya di sekolah, Kanaya menghembuskan nafas pelan.
" masih sama " gumamnya kala melihat tatapan-tatapan sinis dari berbagai penjuru arah.
Radit yang menyadari itu pun menggandeng tangan Kanaya. Mencoba memberi ketenangan. Dengan santai, Radit melewati koridor yang di penuhi siswa yang menatapnya sinis ralat, lebih tepatnya menatap Kanaya.
" masih berani ya nunjukkin muka lo di sini "
Suara itu menginterupsi langkah Radit dan Kanaya. Sontak mereka menghentikan langkahnya. Dan menatap orang yang mengucapkan kalimat tadi.
" Dara? Yuna? " kata Kanaya
Dara tertawa sinis.
" ga usah sebut nama gue. Gue ga mau nama gue di sebut sama pelacur murahan kayak lo " kata Dara sarkastik.
Kanaya memejamkan matanya sebentar mencoba tenang setelah mendengar ucapan Dara yang menohok hatinya. Ia tak boleh lemah.
" terserah lo mau bilang gue apa, gue ga peduli " kata Kanaya tenang.
Dara berdecih lalu tatapannya mengarah ke tangan Radit yang menggenggam tangan Kanaya. Setelahnya ia kembali tertawa sinis.
" setelah Dava, sekarang Radit yang lo incar, besok siapa lagi? " tanya Dara lagi.
" udah deh Dar, ga guna lo ngomong sama orang kayak dia, mending kita ke kantin, pacar lo sama pacar gue pasti udah nungguin " kata Yuna dengan senyuman miring.
Ingin rasanya Kanaya merobek mulut wanita psikopat di depannya. Siapa lagi kalau bukan Yuna. Perusak hubungannya. Namun ia tahan karena ia tak ingin membuat masalah.
Kanaya dan Radit kembali melanjutkan langkahnya menuju kelas Kanaya. Setelah itu, Radit pamit untuk ke kelasnya.
Kanaya hanya duduk di kursinya sambil mendengarkan lagu melalui headseat. Di tangannya sudah ada novel terbitan terbaru yang ia beli beberapa waktu lalu. Saat ia tengah fokus, tiba-tiba fokusnya terpecah saat mendengar suara bangku bergerak di duduki di belakangnya. Ia tahu siapa pemilik bangku itu. Siapa lagi kalau bukan mantan kekasihnya. Kanaya menegang kala orang itu tidak juga pergi. Ngapain dia disini? Bukannya ia sedang ada di kantin bersama pacar barunya? Ah ralat. Cinta lamanya yang bersemi kembali, lebih tepat.
Tak mau memikirkan lebih jauh, Kanaya mencoba tenang lalu kembali melanjutkan aktivitas membacanya.
Dava menatap punggung gadis di depannya dengan sendu. Entah lah. Ia sangat merindukan Kanaya. Namun di sisi lain ia membenci Kanaya. Andai saja Kanaya tak mengkhianati cintanya mungkin cerita ini akan berbeda.
Dava sengaja tak pergi ke kantin untuk bersama Yuna dan juga yang lainnya. Ia ingin di sini. Mengurangi rasa rindu pada gadis itu. Setidaknya untuk sementara.
Jika di tanya apa yang Dava rindukan dari Kanaya? Jawabannya banyak. Dava rindu tawa Kanaya. Rindu candaan Kanaya. Rindu memeluk Kanaya. Rindu memarahi Kanaya. Rindu menggenggam tangan Kanaya.
Rasanya tak ada kata yang bisa mendespkripsikan rasa rindu itu.
Tanpa sengaja, saat Kanaya mengalihkan pandangannya, tatapannya bersirobok dengan manik mata Dava yang juga sedang menatapnya. Kanaya dapat melihat tatapan rindu? Mungkin. Bukan Kanaya terlalu percaya diri, namun ia bisa melihat perasaan rindu di balik tatapan datar Dava. Kanaya menatap Dava dengan tatapan dingin. Lalu ia mengalihkan pandangannya kembali ke novel.
Hati Dava nyeri melihat tatapan dingin yang di layangkan Kanaya padanya. Padahal selama ini Kanaya selalu menatapnya lembut dengan penuh cinta. Batin Dava tertawa mengejek. Setelah apa yang ia lakukan pada gadis itu, ia masih berharap bahwa gadis itu tetap bersikap manis kepadanya? In your dream Dava.
*Â Â Â Â Â Â *Â Â Â Â Â Â Â *
Seperti air yang mengalir, akhirnya kelas XII di hadapkan oleh UNBK atau Ujian Nasional Berbasis Komputer. Semua murid mempersiapkan diri untuk melaksanakan ujian yang akan menentukkan lulus atau tidaknya mereka di kelas XII ini.
Kanaya dan Radit pun sering belajar bersama. Bahkan sekarang Kanaya lebih dekat dengan Radit tanpa mengubah status sahabat mereka.
Bagaimana dengan rumor itu? Entah lah apa yang ada di fikiran manusia-manusia penghuni Jaya Bakti ini sehingga rumor tentang Kanaya masih saja bertahan. Kanaya juga masih sering mendapatkan cacian dari murid Jaya Bakti. Namun ia tak menghiraukannya lagi. Ia sudah tak peduli dengan rumor itu. Yang ia tahu, ia tak perlu menakuti apa yang tidak sama sekali itu perbuat. Saat ini Kanaya hanya memfokuskan pada sekolahnya yang sebentar lagi akan sampai pada titik terakhir itu.
Hubungan Dava dan Yuna? Kanaya tak bisa menanggapi lebih. Yang ia tahu, hubungan pasangan sejoli itu baik-baik saja dan selalu menebar keromantisan di depan Kanaya. Cemburu? Tentu saja. Kanaya masih cemburu ketika melihat Dava bersama pelakor bermuka dua itu. Bagaimana pun juga ia masih sangat mencintai Dava. Tapi Kanaya mencoba menguatkan diri. Ia memegang teguh prinsipnya. Jika memang jodoh, sejauh apapun ia melangkah, maka ia akan kembali padaku.
Setelah UNBK selesai, maka acara selanjutnya adalah perpisahan. Dan itu akan di laksanakan sekarang. Saat ini Kanaya tengah mematut dirinya di depan cermin. Ia mengenakan dress berwarna merah maroon di bawah lutut. Sepatu hills setinggi 5 cm berwarna hitam. Rambutnya ia tata dengan simple. Rambutnya ia gelung lalu di hiasi dengan mahkota kecil di atasnya. Membuat Kanaya seperti seorang putri kerajaan.
Bunyi klakson menandakan orang yang menjemputnya sudah datang. Baru saja ia akan melangkah, ponselnya berbunyi. Terpampang nama ' Kak Satria '
Kanaya langsung menggeser icom hijau lalu menempelkan benda pipih itu ke telinganya.
" iya kak? " kata Kanaya
" sayang, maaf ya, kakak ga bisa nemenin kamu di acara perpisahan, soalnya hari ini kakak sidang skripsi, maaf banget ya " kata Satria di seberang sana dengan nada menyesal.
" iya kak ga papa kok. Kakak semangat ya buat sidangnya. Semoga di terima skripsi nya ya " kata Kanaya
" iya sayang terimakasih. Kamu kan bisa di temenin sama Dava. Yaudah ya kakak lagi sibuk. See you sweetheart "
" iya kak "
Satria menutup telfonnya. Wajah Kanaya berubah sendu. Iya. Selama ini Kanaya memang tidak pernah memberitahu Satria tentang hubungannya dengan Dava yang sudah kandas dan rumor yang beredar di sekolahnya. Ia tak mau Satria selalu memikirkannya. Ia hanya ingin satria fokus pada kuliah nya agar cepat selesai dan kembali pada Kanaya.
Terperangah, Kanaya langsung berjalan keluar. Ia sudah membuat orang menunggunya lama.
*Â Â Â Â Â Â *Â Â Â Â Â Â Â Â *
Kanaya dan Radit turun dari mobil. Kanaya menatap jauh setiap sudut Jaya Bakti. Terlalu banyak kenangan yang ia lewatkan di sini. Entah itu kenangan buruk maupun indah. Namun ia yakin, setiap kenangan pasti memberikan hikmahnya tersendiri.
Kanaya dan Radit berjalan ke gedung perpisahan. Mereka duduk berdampingan. Radit tampak tampan dengan balutan kemeja putih yang di lapisi tuxedo hitam itu.
Dari arah samping tampak Dava dan Yuna. Mereka memang terlihat serasi. Kanaya dapat melihat betapa mesra nya Dava menggandeng tangan Yuna. Lalu di belakangnya ada Dara dan juga Nathan. Kanaya sangat merindukan sahabatnya yang bar-bar dan dingin itu. Kanaya hanya bisa menatapnya dari jauh karena akhirnya mereka memilih duduk di ujung. Kanaya mengalihkan pandangannya menuju panggung besar yang ada di depannya.
Acara pun di mulai dan di pandu oleh adik kelas. Banyak pertunjukkan yang mengisi acara tersebut. Berawal dari sambutan-sambutan, bermacam tarian dan dance, ada juga teater yang di perankan oleh adik kelasnya.
Sampai akhirnya, pembawa acara mengatakan
" baiklah para hadirin, semua acara sudah di lewati, dan sekarang ada salah satu kakak kelas yang ingin menyumbangkan suara emasnya di atas panggung ini, langsung saja kita sambut Kanaya Evrilya Putri " seru MC
Kanaya terkejut. Perasaan ia tak pernah mendaftarkan diri untuk tampil. Lantas siapa yang mendaftarkanya? Ia melirik Radit yang tengah menahan tawa. Bisa di pastikan lelaki itu yang mendaftarkannya. Dengan langkah pelan, Kanaya naik ke atas panggung.
Sempat ada yang menyorakinya untuk turun, namun Kanaya tak menghiraukan itu. Ia duduk di kursi yang tersedia dengan tangan memegang gitar.
Dava dan yang lainnya menatap heran Kanaya yang memegang gitar.
" emang dia bisa? " tanya Yuna.
" setau gue sih engga Yun " jawab Nathan.
" alah palingan juga jelek. Lihat aja " ejek Dara.
Sejak kapan Kanaya bisa bermain gitar? Pikir Dava. Seketika mereka diam kala mendengar petikan gitar dari jemari Kanaya. Nada yang indah, batin Dava.
Kanaya menarik nafasnya sebelum mengeluarkan suaranya.
Ku berjalan tapaki semua tentang kamu
Ku tak tau dan tak mampu tuk melupakanmu
Hingga saat ini ku slalu cintai mu
Dava menegang di tempatnya. Ini kali pertama ia mendengar Kanaya bernyanyi setelah sekian lama mereka bersama. Dan suaranya benar-benar lembut di bandingkan Yuna. Sama dengan Dara, Yuna, dan Nathan. Mereka tak menyangka kalau Kanaya memiliki suara sebagus itu.
Hati ini tertusuk semua cara kamu
Sakiti ku, lemahkan ku, dengan sentuhanmu
Coba lah pahami perasaanku ini
Coba lah mengerti aku yang tersakiti
Hati Dava nyeri setiap mendengar lirik lagu yang keluar dari bibir Kanaya. Ia merasa ini adalah curahan Kanaya tentang dirinya.
Indah masa-masa itu sayang
Kau yang selalu ucapkan kata cintaiku
Yang selalu memangku
Dan selalu dekapiku
Kini cerita cinta ku hilang
Sudah berakhir dan tlah sakiti perasaan
Kau pergi tinggalkan ku
Seakan tak peduliku
Kanaya memejamkan matanya kala menyelesaikan nyanyian yang sesuai dengan kisah cintanya. Satu tetes bening jatuh dari kelopak mata. Dengan cepat ia menghapusnya lalu turun dari panggung dan bergegas duduk di samping Radit.
" suara lo bagus " puji Radit.
" emang " kata Kanaya menunjukkan senyum jahilnya.
" sejak kapan lo jadi narsis gini? " tanya Radit.
Kanaya hanya menggendikkan bahunya acuh tanpa sadar jika ada tatapan yang tak suka melihat kedekatan mereka.
Setelah selesai, Kanaya dan Radit memutuskan pulang. Mereka tidak berfoto-foto seperti yang lainnya. Percuma saja. Persahabatannya saat ini sedang renggang. Sebelumnya, Kanaya sempat menatap sekolahnya itu. Good bye Jaya Bakti, see you latter, batinnya.
-------------------------
Salam Author Manis:*
Iya tau kok kalo gaje:(
Share this novel