Bibir nya tak berhenti menggerutu sejak keluar dari pekarangan rumah tadi. Mengingat kekalahan beberapa waktu lalu yang mengakhirkan ia harus membeli makanan di luar. Kenapa juga adiknya meminta nasi goreng mang Adi. Letak nya jauh dari kompleks rumah nya. Andai saja ia tidak menawari adik nya mau apa,mungkin ia akan membeli bakso di depan minimarket di dekat rumah nya. Tapi perlu di tekan kan sekali lagi. Lelaki ini menyayangi adik nya lebih dari apapun. Dan saat ini ia masih bisa mengabulkan permintaan adik. Jadi ya.. mau gimana lagi?
Radit,lelaki itu memandang seisi jalanan yang ia lewati. Terlihat lenggang. Tidak terlalu ramai seperti biasa nya. Udara malam sangat terasa menusuk. Radit mengeratkan jaket yang di pakainya. Radit tak memikirkannya lebih. Ia kembali dengan cepat melajukan motor nya untuk segera sampai di tempat mang Adi. Agar ia cepat pulang,makan,lalu tidur. Begitulah pikir nya.
Tak butuh waktu lama lagi untuk sampai di kios mang Adi. Kios yang menampangkan spanduk besar bertuliskan ' Nasgor Maknyus Mang Adi '. Radit menstandarkan motor nya lalu berjalan masuk. Sbelumnya ia merapikan rambut nya yang sedikit berantakan. Baru saja ia ingin memesan,mata menangkap sosok perempuan yang ia kenal dengan amat sangat sedang memainkan ponsel nya. Tanpa ragu,Radit menyapa nya
" Kanaya? " panggil Radit.
Gadis itu menengadah kan kepalanya. Lalu menyimpan ponsel nya
" eh Radit? Di sini juga? " ucap Kanaya bertanya.
Radit mengangguk sambil terkekeh
" iya Nay " kata Radit. " mang,nasi goreng tiga ya " lanjutnya.
Mang Adi mengacungkan jari jempolnya.
" siap mas " katanya lalu melanjutkan membuat nasi goreng pesanan Kanaya.
Radit memutuskan untuk duduk di samping Kanaya. Ada perasaan tersendiri yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Getaran yang sama persis ia rasakan pada satu tahun yang lalu.
" gimana Dit? " tanya Kanaya ambigu
" hah? Gimana apa nya? " tanya Radit mengerjap sambil menetralkan perasaannya.
" pertandingannya tadi. Pasti menang kan? " tanya Kanaya diiringi dengan kekehan.
" iya dong " jawab Radit antusias
" hahaha gue udah tau sebenernya " ucap Kanaya sambil tertawa.
Jleb.
Sekejap ekspresi antusias Radit lenyap. Radit mengernyitkan dahinya merasa di bodohi. Kanaya ini. Kalau sudah tau kenapa ia harus bertanya lagi?. Tak perlu di tanya Kanaya tau darimana. Sudah pasti dari Dava,kekasihnya. Radit tersenyum pahit mengingat status Kanaya saat ini.
" ini neng pesenannya " ucap mang Adi membuat Kanaya tersenyum sambil berdiri dan menerima uluran plastik yang berisi satu kotak nasi goreng.
Kanaya memberikan dua lembar uang sepuluh ribu dan lima ribuan.
" Dit gue duluan ya " pamit nya pada Radit.
Radit menganggukan kepalanya
" hati-hati Nay " ucap nya
Lalu setelah nya tubuh Kanaya menghilang di balik tikungan. Tak lama kemudian pesananya sudah siap dan Radit langsung memacu motor nya untuk sampai ke rumahnya.
* * *
Saat kaki nya melangkah masuk pemandangan yang ia lihat adalah dua manusia yang satu laki-laki dan satu lagi perempuan. Yang laki-laki tampak terlentang di lantai berkarpet di depan tv dengan mata terpejam dan dengkuran halus pun terdengar. Dan yang perempuan tengah duduk dengan posisi tangan di atas meja dan di atasnya di tumpui kepalanya dan lagi mata nya pun terpejam. Bahkan laptop nya masih menyala menayangkan drama korea. Radit melirik jam dinding waktu menunjukkan pukul sembilan.
Radit mendengus pelan. Selama itu kah dirinya sampai-sampai dua manusia itu tertidur?. Radit duduk di sofa lalu meletakkan bungkusan plastik berisi kotak nasi goreng.
Sepertinya rasa lapar yang tadi melanda perutnya hilang karena insiden bertemunya ia dengan Kanaya. Radit menyandarkan punggungnya di sofa. Menatap jauh ke atas. Memandang langit-langit rumah nya. Terdengar helaan berat dari Radit.
Bahkan itu sudah satu tahun yang lalu. Tapi kenapa perasaannya tidak pernah hilang untuk gadis itu. Ayolah Radit. Berfikirlah. Kanaya tidak sendiri lagi. Batin Radit mengingatkan dirinya sendiri.
Kanaya. Satu nama yang mampu membuat kehidupan cinta Radit berubah 180 derajat. Gadis yang mampu mencabut kata ' playbody ' pada diri Radit.
Ya. Raditya Anggara. Lelaki yang di cap playboy oleh para siswi Jaya Bakti sejak pertama masuk ke SMA Itu. Bagaimana tidak? Radit akan selalu menggoda siapapun yang ia temui. Mendekati lalu memacarinya. Tapi hubungan itu tidak akan berjalan lama. Mungkin hanya sekitar dua minggu atau bahkan pernah hanya tiga hari. Apakah itu bisa di sebut pacaran?. Ah sebut saja itu teman yang khilaf. Hehe.
Radit menggeleng pelan kepalanya mengingat tingkah nya dulu. Tapi sekarang,jangan kan untuk berpacaran,mendekati atau bahkan sekedar menggoda wanita lain pun rasanya Radit tidak bisa. Otaknya selalu di penuhi dengan Kanaya. Ia tahu,tahu betul malah. Kanaya tidak lah sendiri. Melainkan ada sosok yang selalu menjaganya. Bahkan sosok itu sahabat karibnya sendiri.
Sebenarnya dia bisa saja memperjuangkan Kanaya. Tapi dia tidak ingin bertengkar dengan sahabatnya hanya karena seorang perempuan. Apalagi dengan sahabatnya sendiri. Ia tak ingin merusak persahabatan yang sudah terjalin sejak SMP itu. Lebih baik ia mengikhlaskan Kanaya untuk Dava. Ia tahu Dava orang baik dan ia yakin Dava bisa menjaga Kanaya. Setidaknya itu membuat Radit bahagia melihat Kanaya baik-baik saja selama ini bersama Dava.
Ya. Gimana lagi? Yaudah lah. Semoga ia menemukan lagi cewek selanjutnya yang bisa menggantikan posisi Kanaya di hatinya.
Lelah memikirkan perasaan yang tak kunjung padam. Radit merasa mata nya berat sekali. Rasa laparnya pun hilang. Tak lama Radit larut dalam tidurnya.
------------------
Salam Author Manis:*
Share this novel