Jika ada hal yang tak ingin Kanaya dengar di dunia ini maka hal itu adalah ucapan dari Radit tentang isi hati nya. Ia bahkan tidak pernah menyangka kalau Radit menyimpan perasaan lebih untuk nya. Bahkan itu sudah tahun berlalu. Dan Radit menyimpannya dengan rapi.
" kenapa Dit? " tanya Kanaya.
" kalo gue tanya kenapa lo bisa cinta sama Dava jawaban lo apa? " tanya Radit balik
" gue cinta sama dia tanpa alasan Dit " jawab Kanaya
" itu juga jawaban gue dari pertanyaan lo tadi
"
" tapi lo kan tau gue pacarnya sahabat lo Dit "
" gue disini cuma ngungkapin apa yang gue rasain ke lo Nay. Gue juga ga ada pikiran buat ngehancurin hubungan lo sama Dava. Gue ngga semainstream itu lah Nay " kata Radit diiringi kekehan.
Kanaya menghela nafas lega. Setidaknya Radit tidak akan menjadi orang ketiga dalam hubungannya dengan Dava. Setidaknya hubungannya akan baik-baik saja setelah ini.
" yaudah lo tidur gih. Ga baik udah malem gini " pinta Radit
Kanaya pun mengangguk lalu masuk ke tenda. Radit mendesah lega. Setidaknya bebannya sudah berkurang. Dia hanya sekedar mengungkapkan bukan akan merebut.
" gue denger Dit "
Radit langsung menoleh ke arah sumber suara. Dava?. Dava lalu duduk di samping Radit.
" gue denger semua apa yang lo omongin sama Kanaya " ujar Dava.
Radit hanya tersenyum miris
" sorry " ucapnya.
" buat apa? " tanya Dava
" kalo perkataan gue tadi ada yang nyakitin lo " jawab Radit.
" nyakitin? Ya engga lah. Justru gue salut sama lo. Lo bahkan ga mau jadi parasit dalam hubungan gue. "
" lo gila apa. Gue ngga sejahat itu kali Dav. Gue yakin kok. Lo bisa menjadi penjaga Kanaya yang hebat. "
" gue bakal tetep jagain dia Dit. Apapun yang terjadi "
" gue pegang omongan lo. Kalo sampe lo nyakitin dia. Siap-siap aja. Gue bakal ngambil dia dari lo " kata Radit dengan nada becanda namun tetap serius.
" haha.. gue ga bakal nyakitin dia dan lo ga bakal bisa ngambil dia dari gue " ucap Dava dengan percaya diri
" gue akui lo emang orang punya tingkat kepercayaan diri yang tinggi " ucap Radit mencibir.
Lihat lah. Bahkan dalam situasi seperti ini pun mereka berdua masih memprioritaskan persahabatannya. Karena sudah tidak zamannya lagi persahabatan hancur karena seorang wanita. Malam itu mereka habiskan dengan bercerita tentang banyak hal sampai melupakan jadwal tidurnya.
Kicauan burung di pagi hari membangunkan mereka yang tengah tertidur pulas. Salah satu dari mereka keluar dari tenda dan duduk di depan tenda. Menghirup kuat-kuat udara yang masih terjaga ini.
" eh bro. Cepet amat lo bangun " ucap Nathan sambil menguap
" lo aja kali yang ngebo " kata Radit
" masa sih? " gumam Nathan sambil melirik jam tangannya.
Masih jam tujuh pagi. Radit dan Dava hanya tersenyum melihat Nathan yang kebingungan. Jelas saja mereka sudah ada di depan tenda. Mereka saja semalaman tidak tidur.
Tampak Kanaya dan Dara keluar dari tenda. Kanaya bahkan bersikap biasa saja. Menganggap seolah tadi malam tidak terjadi apa-apa antara dia dan Radit.
" Planning kita apa nih " tanya Dara.
" di tenda aja kali ya " kata Nathan.
" ya ga bisa gitu lah. Kita udah jauh kesini masa cuma di tenda doang. Monoton amat " kata Dara tak setuju usul Nathan.
" gimana kalo kita jalan aja. Keliling-keliling masuk hutan. Siapa tau ada destinasi nya di dalem " usul Dava
" nanti kalo kesasar gimana Dav " ujar Kanaya sedikit ragu akan usul Dava
" ya kita ga usah jauh-jauh masuk nya " kata Dava lagi.
" yaudah. Boleh tuh. Gue setuju. Daripada kita cuma luntang-lantung di sini. Lagian kan nanti kita udah pulang juga " kata Radit.
Semua nya pun menyetujui usul Dava dan bergegas mempersiapkan diri. Kanaya tampak membawa sebotol air mineral. Siapa tau nanti haus di jalan.
Mereka mulai memasuki hutan. Nathan sebagai orang yang pernah ikut pramuka di tunjuk untuk mengingat jalan agar nantinya mereka tidak tersesat. Hutan yang mereka masuki masih sangat asri. Banyak pohon besar yang seperti nya belum terjamah orang. Udara juga masih sangat sejuk karena belum terkontaminasi dengan gas-gas berbahaya.
Tak jarang mereka bertemu dengan hewan-hewan hutan seperti monyet. Hal itu pun sukses membuat Dara menangis karena dia sangat phobia dengan hewan seperti manusia itu. Alasannya klise sih. Hanya karena ia pernah di gigit oleh hewan itu.
Kadang mereka juga menemukan buah-buahan. Seperti saat ini. Mereka menemukan pohon jambu air yang beruntungnya sedang berbuah masak.
" Dit manjat dong. Lo kan pinter manjat " kata Dara menyuruh Radit.
" ngga ah. Lo kira gue monyet " Radit pun menolak
" Nath manjat gih gue pengen banget " kali ini Nathan yang di suruh oleh Dara
" ogah ah. Gue kan ga bisa manjat. Lagian lo kayak orang ngidam aja " lagi-lagi Dara mendapat penolakan yang membuatnya langsung merengut kesal.
" yaelah jahat banget lo pada. Biar gue aja yang ngambil " Dava pun mulai memanjat.
" hati-hati Dav " seru Kanaya.
Mata Dara tampak berbinar ketika Dava menjatuhkan segerombol buah jambu yang merah merona. Dava pun turun dari pohon lalu ikut bergabung duduk dengan yang lainnya sambil memakan jambu.
" gila manis banget nih kayak gue " kata Radit
" jhaha narsis lo Dit " Kanaya tertawa mendengar ucapan Radit
" eh Dit lo pernah makan asem ngga? " tanya Dara
" ya pernah lah "
" rasanya gimana? " kali ini Nathan yang bertanya
" ya asem lah " jawab Radit dengan kesal.
Masa rasa asam saja tidak tahu.
" nah iya. Kayak muka lo. Asem ! " kata Dava menimpali.
Membuat semua tertawa puas melihat ekspresi kesal Radit.
" guys denger ngga? " kata Radit tiba-tiba.
Membuat semua yang ada di sana menghentikan aktivitas makan jambunya. Menatap Radit. Masa iya siang-siang gini udah nongol penghuni hutannya.
" apaan? " tanya Nathan
" itu suara kayak deburan air gitu loh " kata Radit lagi meyakinkan pendengarannya
" apaan sih? Coba deh lo cek sana " kata Dava
" ish gue lagi gue lagi " sungut Radit tapi tak ayal ia berangkat juga.
Bermodal pendengarannya,Radit menyusuri jalan setapak yang ada di sana. Menyibakkan semak-semak tinggi yang menghalanginya. Hingga sampai pada di suatu tempat yang mampu membuat Radit menatap tak percaya. Sebuah air terjun yang tinggi mengalir deras dengan air yang sangat jernih. Radit melihat ada jalan setapak menuju dasar air tejun. Jalannya tidak terjal jadi sepertinya bisa untuk di lewati.
" guys buruan sini!! " teriak Radit keras.
" eh suara Radit tuh " kata Dava
" kenapa tuh anak. Yaudah susulin yuk " kata Nathan
Mereka pun bergegas menyusul Radit menyusuri jalan setapak itu. Takut nya kalau terjadi sesuatu pada bocah tengil itu. Sesampai nya mereka di tempat Radit berdiri,tidak ada sepatah kata pun yang terucap. Mata nya menatap takjub air terjun yang ada di depan matanya. Air terjun yang sepertinya belum terjamah oleh manusia. Kalau pun sudah ada yang mendatangi nya mungkin tidak banyak.
" bener kan kata gue. Kita bakal nemuin destinasi tersembunyi di sini " ucap Dava kegirangan.
" alah kalo bukan gue yang nyamperin ini tempat juga lo ga bakalan tau kalo ada air terjun di sini " cibir Radit yang jengah melihat tingkah Dava
" udah deh. Ini bukan waktu nya buat debat. Gimana kalo kita turun ke dasar. Kayak nya seru nih kalo mandi " usul Dara dengan mata berbinar.
Di pagi hari menjelang siang seperti ini memang cocok untuk mandi. Kalau kata orang jawa namanya ' Jeguran '. Apalagi air nya sangat jernih. Kelihatannya juga air nya dangkal. Tidak terlalu dalam.
" yaudah kita turun yuk " ajak Kanaya.
Semua nya pun setuju dan mulai menuruni jalan setapak. Jika saja tadi malam hujan bisa di pastikan jalan yang mereka lewati saat ini akan licin. Melihat tanah nya di lapisi lumut. Di antara mereka,Dara lah yang paling antusias. Dia bahkan berjalan paling depan. Bahkan Nathan sudah berkali-kali meneriaki nya untuk berhati-hati.
Sesampainya di dasar,Radit segera melepas sepatu dan juga kaos oblongnya. Dia langsung terjun dari atas batu yang tidak terlalu tinggi sambil meneriaki kata ' huu '. Hal itu juga di lakukan oleh Nathan. Sedangkan Dara langsung masuk ke sungai dan bermain air. Terkadang ia juga menyipratkan air ke arah Nathan dan juga Radit.
Berbeda dengan tiga manusia itu,Kanaya memilih duduk di atas batu yang ada di pinggiran sungai. Terkadang bibir nya tertawa kecil melihat tingkah kekanakan sahabat nya. Melihat kekasih nya duduk sendiri,Dava pun menghampiri nya.
" ga ikut main air? " tanya Dava lembut.
Kanaya menoleh sekilas lalu tersenyum tipis.
" ngga deh. Dingin " kata nya.
" lebay juga ya " kata Dava dengan nada menyindir.
Sontak membuat tangan Kanaya melayang memukul lengan Dava.
" ih apaan deh. Kan emang gitu " ucap Kanaya cemberut.
Dava tertawa kecil lalu menatap dalam perempuan di samping nya itu. Perempuan yang sudah mengisi hari nya selama satu tahun terakhir ini. Menggantikan posisi Yuna. Mengingat tentang fikirannya semalam yang berputar pada Yuna. Membuat Dava meraih jemari Kanaya lalu menautkan nya seolah ia tak akan membiarkan Kanaya pergi dari hidup nya. Mendapat gerakan tiba-tiba dari Dava membuat Kanaya menoleh.
" kenapa Dav? " tanya nya.
" jangan pergi ya. Tetap bersama ku " jawab Dava lembut
" kamu kenapa sih? Kok tumben ngomong kayak gitu " ujar Kanaya bingung.
Dava menggelengkan kepalanya pelan sambil tersenyum menenangkan.
" aku ga mau kamu pergi dari hidup aku. Tetap bersama ku. Dan percayalah bahwa aku akan terus menjaga kamu " ucap Dava lagi.
Kanaya tersenyum. Menatap Dava dengan tatapan teduh nya.
" iya Dav. Aku ga akan pergi " kata Kanaya.
" dan satu lagi yang harus kamu ingat " ucap Dava membuat Kanaya mengernyit heran.
" apa? "
" kalau aku adalah penjaga mu " ucap Dava lalu merengkuh tubuh Kanaya dalam dekapannya.
Tidak ada yang lebih bahagia dari rasa nya mencintai orang yang juga mencintai mu.
-----------------
Salam Author Manis:*
Share this novel