Bab 11. Kotak Musik

Other Completed 12761

Jika banyak orang yang bilang hal yang paling menyakitkan adalah patah hati. Maka Kanaya menyangkal anggapan itu. Karena bagi nya hal yang paling menyakitkan adalah kehilangan orang yang paling berharga dalam hidup nya. Orang yang menjadi utama dari yang utama dalam hati nya. Orang yang menjadi panutan nya dari ia kecil. Dan sekarang? Orang-orang itu pergi meninggalkan nya. Pergi untuk tidak kembali lagi.

Jika saja Kanaya bisa melihat masa depan. Ia pasti akan melarang orang tua nya pergi. Ia pasti akan menahan orang tua nya tetap di samping nya. Bercerita banyak hal yang membuat suasana menghangat. Tapi itu semua hanya jika saja. Dan kenyataan nya Kanaya tidak bisa melakukan itu.

Sejak jenazah orang tua nya sampai di rumah. Kanaya tak berhenti menangis. Melihat orang yang paling di sayangi nya terbujur kaku di atas pembaringan. Bahkan Dava dan yang lain nya sudah berusaha menenangkan Kanaya. Namun gadis itu tetap menangis. Tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekitar nya. Pandangannya pun tak pernah beralih bak seinchi pun dari jenazah kedua orang tua nya. Sampai suatu sentuhan lembut ia rasakan di pundak nya. Mata nya melirik sebentar lalu kembali menatap orang tua nya.

" Nay,aku tau kamu orang yang kuat " kata Dava sambil mengusap lembut pundak kekasih nya itu.

Hati nya tak sanggup melihat orang yang di cintai nya seperti robot. Tak bergerak sedikit pun. Terdengar helaan nafas berat dari Kanaya.

" orang yang kuat pun pasti akan menjadi sangat lemah jika harus di hadapkan dengan kenyataan yang menyakitkan " ujar Kanaya pelan.

" tapi kamu harus ikhlas Nay. Kamu pasti bisa mengikhlaskan ini semua " ucap Dava lagi.

Bukan nya menjawab lagi. Kanaya malah kembali terisak. Hanya isakan tangis tanpa ada air mata. Mungkin sudah terlalu kering karena sedari tadi ia menangis. Dava menarik bahu Kanaya untuk bersandar di dada nya. Seolah mengizinkan gadis itu menumpahkan segala kesedihan nya hari ini.

" menangis lah jika itu bisa membuat kamu tenang. Tapi tolong janji sama aku. Kamu boleh nangis hari ini tapi tidak dengan besok " ucap Dava sambil mengelus pucuk kepala Kanaya.

Tak lama kemudian jenazah kedua orang tua Kanaya pun di makam kan. Lagi-lagi tangis Kanaya pecah melihat orang tua nya di kebumi kan. Kali ini bukan hanya Dava tapi Satria juga berada di samping adik nya untuk menguatkan hati agar bisa ikhlas menerima kenyataan ini.

Pemakaman pun selesai. Bahkan orang-orang sudah berpamitan untuk pulang. Tapi tidak dengan Kanaya. Gadis itu masih setia di antara dua nisan orang tua nya. Di temani oleh Dava. Sedangkan Satria,dia pulang duluan untuk membereskan rumah. Dia menitipkan Kanaya pada Dava. Teman nya yang lain pun undur diri. Begitu juga Radit,Dara,dan Nathan. Mereka juga tak bisa menemani Kanaya.

" kenapa? Kenapa ayah sama bunda ninggalin Kanaya? Kalian harus nya masih di sini. Di samping aku. Bukan kayak gini. Aku ga mau kayak gini " racau Kanaya sambil menangis lagi.

" Nay,kamu jangan kayak gini. Nanti ayah sama bunda sedih liat kamu kacau seperti ini " kata Dava menasehati Kanaya.

" kamu ga tau rasa nya jadi aku Dav! Kamu ga tau rasa nya di tinggal orang tua untuk selamanya!. Kamu ga tau karena kamu ga pernah ngerasain ini! " teriak Kanaya membentak Dava.

" tapi kamu ga boleh larut dalam kesedihan ini sayang " ucap Dava lembut.

Ia tau saat ini emosi Kanaya sedang tidak stabil. Jika ia ikut terpancing emosi yang ada malah tambah rumit nanti nya. Kanaya tersenyum pahit sambil menatap Dava dalam.

" kamu? " kata nya sambil menunjuk Dava. " kamu ga tau gimana sakit nya jadi aku! Hidup tanpa kedua orang tua. Rasa nya hampa Dav! Hampa! " lanjut Kanaya masih dengan nada tinggi.

Dava menghela nafas pelan lalu memeluk Kanaya. Kanaya hanya diam. Membalas pelukan Dava tidak,meronta juga tidak.

" mendingan sekarang kita pulang dari pada kamu meracau ngga jelas disini. Kamu harus istirahat " ucap Dava sambil menarik lembut tangan Kanaya.

Namun Kanaya menepis kasar tangan Dava.

" engga! Aku ga mau pulang " sergah nya.

" kita harus pulang Nay. Nanti kak Satria nyariin kamu "

" aku masih mau disini. Aku masih mau nemenin ayah sama bunda. Kalo kamu pulang ya udah. Pulang aja " kata Kanaya.

Kali ini tidak ada nada tinggi dari perkataan yang keluar dari mulut Kanaya.

" tapi Nay.... "

Belum selesai Dava berkata,Kanaya sudah ambruk pingsan. Untung saja Dava sigap menangkap Kanaya. Jika tidak bisa di pasti kan gadis itu jatuh ke tanah.

" Nay? Nay bangun Nay " kata Dava sambil menepuk lembut pipi Kanaya.

" Kanaya? " panggil nya lagi.

Dava menghela nafas pelan lalu menggendong Kanaya masuk ke dalam mobil. Di baringkan nya gadis itu di samping kemudi. Lalu Dava memasangkan seatbelt pada Kanaya. Lelaki itu mengusap lembut kepala kekasih nya.

" ini akibat nya karena kamu terlalu keras kepala " ucap nya pelan lalu melajukan mobil nya ke rumah Kanaya dengan kecepatan sedang.

Tak butuh waktu lama untuk sampai di rumah Kanaya. Dava segera keluar dari mobil nya. Memutari mobil lalu membuka pintu untuk Kanaya. Ia segera menggendong Kanaya. Seperti suatu kebetulan,Saat itu Satria tengah membuka pintu. Mata nya membelalak kaget melihat adik nya jatuh pingsan.

" Dav kenapa adek gue nih? " tanya Satria mengikuti Dava yang mengantarkan Kanaya ke dalam Kamarnya.

" biasa lah kak. Tadi dia histeris di sana. Terus pingsan. Mungkin terlalu capek kak " jawab Dava

Lalu membaringkan Kanaya di atas kasur. Menyelimuti tubuh nya. Dava dan Satria menatap Kanaya bersamaan. Yang satu dengan tatapan sakit untuk kekasih dan yang satu dengan tatapan sakit untuk adik. Keadaan Kanaya benar-benar kacau untuk hari ini.

Mata yang biasa nya berbinar kini redup di hiasi air mata yang mengering. Bibir yang biasa nya tersenyum kini terkatup rapat.

" lo ga pulang? " tanya Satria saat mereka tengah duduk di ruang tv

" gue mau ikut jagain Kanaya. Boleh kan kak?  " tanya Dava

Satria mengangguk setuju dengan ucapan Dava. Lalu mereka kembali terdiam.

" menurut lo Kanaya itu seperti apa? " tanya Satria tiba-tiba membuat Dava kaget.

Tapi ia tetap menjawab.

" Kanaya itu gadis yang lembut " ucap nya sambil tersenyum.

" gadis yang bisa ngebuat gue jatuh cinta teramat dalam untuk kedua kali nya. Gadis yang udah ngebuat hidup gue jadi berwarna lagi setelah kejadian itu. Gadis yang... ah entah lah kak. Rasa nya ga ada kata yang cocok untuk mendeskripsikan sosok Kanaya di mata gue. Inti nya gue jatuh cinta sama dia dari dulu,saat ini,bahkan untuk besok dan seterus nya " papar Dava sambil tersenyum ke arah Satria.

Satria mengangguk kan kepala nya pelan. Lalu tangannya tergerak untuk menepuk bahu Dava lembut. Hati nya merasa lega mendengar penuturan Dava. Beruntung adik nya bisa memiliki Dava. Lelaki yang sangat mencintai nya.

" setelah ini gue bakal balik lagi ke Jogja. Gue sebener nya ga tega ninggalin Kanaya sendiri. Tapi ya gimana lagi? Ini tentang masa depan gue. Gue minta sama lo jagain dia ya. Cuma lo dan sahabat-sahabat Kanaya yang bisa gue percaya untuk menjaga dia. " jelas Satria dengan raut wajah murung.

Sungguh ia tidak ingin meninggalkan Kanaya seorang diri di rumah ini. Tapi jika ia tetap tinggal bagaimana dengan kuliah nya?. Dan andai saja Satria meminta Kanaya untuk ikut pindah ke Jogja bisa di pastikan gadis itu tidak akan mau. Lagi pula nanggung juga. Kanaya sudah kelas tiga. Jadi tidak apa untuk sementara ini ia meninggalkan Kanaya. Toh ada juga yang akan menjaga adik nya.

" lo tenang aja kak. Tanpa lo minta pun gue pasti bakal jagain dia. " kata Dava menenangkan Satria.

*            *            *

Mata nya mengerjap pelan menyesuaikan dengan cahaya yang menerobos masuk ke dalam retina nya. Pandangannya menelisik dimana ia sekarang. Setelah menyadari jika ia berada di kamar nya. Gadis itu menghela nafas panjang. Pasti pingsan batin nya.

Tubuh nya bangkit menjadi posisi duduk. Punggung nya ia senderkan di kepala ranjang nya. Tak lupa ia alasi dengan bantal. Tangan nya tergerak mengambil air minum di atas nakas. Seharian menangis tanpa henti membuat tenggorokan nya kering. Ia menandaskan air di dalam gelas itu lalu meletakkan kembali di atas nakas.

Saat meletakkan gelas,mata nya menangkap sebuah kotak kado di atas nakas. Gadis itu meraih kotak kado tersebut. Dengan perlahan,jemari nya membuka kotak itu.

Sebuah kotak musik?. Kotak musik yang bagus pikir nya. Berwarna ping soft. Dengan miniatur seorang putri dan pangeran di dalam sebuah bola kristal. Di lihat nya lagi kotak tersebut. Selembar kertas. Seperti nya sebuah surat. Gadis itu mengambil surat yang ada di kotak lalu membaca nya.

Dear my beloved

      Kalo kamu lagi ada masalah dengerin aja alunan yang ada di kotak musik itu. Nanti kamu bakal ngerasain kalo aku ada di samping kamu.

Gadis itu menarik kedua sudut bibir nya membentuk senyuman simpul. Setelah ia berlaku kasar dengan kekasih nya tadi tapi tidak ada rasa marah sedikit pun dalam benak kekasih nya itu. Yang ada malah memberikan sesuatu yang menurut nya romantis? Mungkin.

Ia pun meletakkan kembali kotak musik itu di atas nakas. Tubuh nya kembali ia baringkan. Menghadap ke arah dimana kotak musik itu bertengger. Lagi-lagi satu senyuman terukir di bibir manis nya. Hingga mata nya kembali terpejam. Larut dalam buaian mimpi yang semoga saja indah di malam ini.

-----------------------

Salam Author Manis:*

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience