Bab 16. Berjalan Seperti Seharusnya

Other Completed 12761

Suasana rumah Dava sore ini terdengar bising. Bukan karena ada acara, melainkan karena Vani kelabakan mencari buku cetak pelajaran yang baru di pinjamnya tadi di sekolah. Seluruh penjuru rumah pun sudah di periksa olehnya. Namun hasilnya nihil.

Mama dan papa nya sampai bingung melihat wajah panik anak bungsu nya itu. Saat ini Vani tengah berjalan mondar-mandir di ruang tv. Tangannya berkacak pinggang. Raut wajah nya bingung. Ia berfikir keras dimana ia terakhir meletakkan buku nya itu. Karena jika hilang, bisa di pastikan penjaga perpus akan mendenda nya.

" coba kamu tanya abang kamu Van, kali aja dia tau " saran mama nya yang tengah menonton tv bersama papa.

" iya Van, daripada kamu mondar-mandir ga jelas gitu " papa nya menimpali.

Tanpa basa-basi lagi, Vani berlari menuju kamar Dava. Tangannya mengetuk pintu coklat yang ada di depan nya.

" masuk " pinta Dava dari dalam.

Vani segera membuka kenop pintu. Kepala nya menyembul menatap Dava.
Dava yang melihat itu pun bertanya.

" kenapa Van? "

Vani berjalan gontai duduk di sofa yang ada di kamar Dava.

" lo tau buku cetak gue sampul nya warna biru ga? " tanya Vani.

Dava tampak berfikir sebentar. Sejurus kemudian kepalanya menggeleng.

" ngga liat gue. Kenapa emang?  " tanya Dava.

" buku nya ilang " lirih Vani.

" ilang dimana? "

" kalo gue tau ga mungkin gue kelabakan kayak gini bang. Ish! Ga bermutu banget pertanyaannya " sungut Vani.

Ia bingung. Ia tak tau harus mencari dimana lagi buku itu. Ia mendesah pasrah.

" ya coba lo inget-inget lagi. Terakhir lo pegang buku itu dimana " kata Dava.

Vani pun mulai mengingat-ingat. Tadi sepulang sekolah ia letakkan buku itu di kamar. Lalu ia baca sebentar kemudian ia pergi ke dapur. Tapi saat ia akan kembali ke kamar, ada yang mengetuk pintu rumah nya. Ia membukakan pintu. Ternyata tamu nya adalah Dina, teman sebangkunya. Lalu Dina mem-

" oh iya!! Gue inget! " seru Vani. " buku nya di pinjem sama Dina tadi. Aih kenapa jadi pelupa gini sih gue " lanjutnya merutuki kebodohannya tadi.

Dava memutar matanya jengah.

" dasar pikun " kata Dava membuat Vani membulatkan matanya.

" gue bahkan lebih muda dari lo. Jadi stop ngomongin gue pikun oke? " ucap Vani dengan tangan bersedekap di depan dada.

Dava hanya mencebikkan bibirnya. Vani pun keluar dari Dava. Tak lama kemudian, ia mendengar Vani berkata pada mama kalau ia akan pergi ke rumah Dina untuk mengambil bukunya. Hal itu sontak membuat mama dan papa nya tertawa lebar karena sifat pelupa dari Vani.

*          *           *

Vani berjalan santai saat akan pulang menuju rumah nya. Ia sengaja tidak memakai kendaraan. Karena rumah Dina tidak jauh dari rumahnya. Sore-sore begini enaknya jalan-jalan di taman kompleks. Biasanya taman akan ramai jika menjelang maghrib.

Langkah Vani pun memutuskan untuk singgah sebentar di taman. Ia duduk di salah satu bangku yang ada di sana sambil menikmati segelas es yang ia beli tadi.

Tampak dari kejauhan ia melihat seseorang yang ia kenal. Ia memicingkan mata nya mengingat orang itu. Lalu kemudian mulut nya menganga begitu mengingat orang yang sedang mengantri di kedai es krim di seberang jalan.

" gue ga salah liat nih? " tanya Vani pada dirinya sendiri.

Bahkan berkali-kali ia mengucek matanya. Siapa tau ini hanya halusinasinya saja. Namun bayangan orang itu tidak juga hilang. Yang mana artinya apa yang ia lihat saat ini adalah nyata.

Tanpa  babibu lagi, Vani segera memacu langkahnya menuju rumahnya. Dava harus tahu ini. Dava harus tahu siapa yang baru saja di lihatnya.

Sesampainya di rumah, Vani berlari kamar Dava. Tanpa mengetuk pintu, Vani langsung membuka pintu kamar Dava. Membuat Dava yang tengah bermain game di ponselnya berjengit kaget. Ia menatap kesal ke arah Vani.

" bisa ga sih ketuk pintu dulu sebelum masuk " sungut Dava.

" ini genting bang. Lo harus tau ini. Ini menyangkut masa depan lo sama kak Naya " ucap Vani menggebu-gebu.

Dava meletakkan ponselnya lalu menatap Vani dengan tatapan ' emang nya apaan? '.

" gue tadi ketemu sama kak Yuna! Dia ada di sini bang. Dia udah balik ke Indonesia. " seru Vani.

Jauh dari ekspetasi Vani, ekspresi Dava sangatlah biasa. Ini berita besar bagi Vani. Seharusnya Dava kaget setengah mati bukan?. Tapi kenapa dia biasa saja?. Seolah kembali nya Yuna tak menjadi masalah bagi nya.

" iya. Gue udah tau. Dia bahkan jadi murid baru di sekolah gue. Dan lebih ekstrimnya lagi, dia jadi sahabat gue " ucap Dava santai.

Biasa bagi Dava namun luar biasa bagi Vani. What the hell?. Sahabat?. Apa Vani tidak salah dengar?. Apa pendengaran Vani sedang rusak?. Bagaimana bisa lelaki itu dengan mudah nya menerima Yuna di dalam hidupnya setelah apa yang perempuan itu lakukan pada Dava dua tahun lalu.
Lelucon macam apa ini?.

" lo becanda kan? " tanya Vani berharap mendapat jawaban ' iya ' dari Dava.

Sungguh ia tak terima jika Yuna menjadi sahabat Dava. Bukannya apa, ia tak mau dengan kehadiran Yuna membuat hubungan Dava dan Kanaya hancur.

" apa muka gue keliatan becanda? Seribu persen gue serius "

Jawaban Dava membuat Vani terpaku.

" tapi bang.. "

" gue tau apa yang lo khawatirkan. Tapi lo tenang aja. Yuna ga akan ngehancurin hubungan gue sama Kanaya. Percaya sama gue. " ucap Dava menenangkan kekhawatiran adiknya itu.

Sementara Vani hanya mendesah pasrah. Selain mengiyakan ucapan Dava, ia bisa apa?.

*          *           *

Seperti perjanjian kemarin siang, Yuna menjadi bagian dari persahabatan Dava lagi. Melihat Dava dan yang lainnya mau menerima Yuna menjadi bagian mereka, Kanaya terlihat senang.

Senang karena Kanaya bisa memiliki teman dekat perempuan lagi selain Dara. Tentang perjanjian itu, Kanaya masih belum tahu dan semoga tak akan pernah tahu untuk ke depannya.

Saat ini mereka tengah berada di ruang musik sekolah. Ini adalah jam istirahat kedua. Istirahat kedua durasi lebih lama dari istirahat pertama. Karena di selingi dengan isoma. Mereka tengah asyik mengobrol. Bahkan Yuna terlihat nyaman berada diantara persahabatan yang dulu pernah menjadi miliknya. Sementara Dava, Radit, Nathan, dan juga Dara bisa menerima Yuna dengan baik. Mungkin niat Yuna memang baik. Ia hanya ingin kembali ke persahabatannya dulu.

" eh mainin dong Dav gitar nya. " kata Radit.

" ga ah. Males gue. Lagi sakit jari nya " kata Dava menolak.

" yah..... " desah Kanaya dengan nada sedih.

" yaudah gue aja yang main " kata Yuna.

" emang bisa? " tanya Kanaya.

" kecil ini mah " kata Yuna sambil menjentikkan jarinya.

Dava melirik Yuna. Iya. Gadis itu memang pandai bermain gitar. Mengingat dulu ia yang mengajari Yuna sampai gadis itu benar-benar bisa bermain gitar.

" lagu semua tentang kita ya " kata Yuna menyebutkan lagu yang di populerkan oleh grup band Peterpan.

Dava sempat tertegun mendengar judul lagu yang di sebutkan Yuna. Lagu itu adalah lagu yang pertama kali Dava ajarkan pada Yuna. Kenapa harus lagu itu? Apa Yuna sengaja membuat Dava kembali mengingat masa lalu nya bersama gadis itu?. Dava menggelengkan pikirannya itu menepis jauh anggapannya tadi. Mungkin memang Yuna menyukai lagu itu. Berfikirlah positif Dav, batinnya.

Jemari lentik Yuna mulai memetikkan senar gitarnya. Kemudian ia mulai bernyanyi.

Waktu terasa semakin berlalu
Tinggalkan cerita tentang kita
Akan tiada lagi kini tawamu
Tuk hapuskan semua sepi di hati

Ada cerita tentang aku dan dia
Dan kita bersama saat dulu kala
Ada cerita tentang masa yang indah
Saat kita berduka saat kita tertawa

Teringat di saat kita tertawa bersama
ceritakan semua tentang kita

Ada cerita tentang aku dan dia
Dan kita bersama saat dulu kala
Ada cerita tentang masa yang indah
Saat kita berduka saat kita tertawa

Yuna menghentikkan permainan gitarnya. Tepuk tangan yang meriah Kanaya berikan untuk Yuna. Diam-diam Dava mengagumi permainan gitat Yuna. Tidak ada yang berubah dari gadis itu. Semua nya masih sama. Seulas senyum terbit di bibir Dava namun kemudian ia menggelengkan kepalanya lagi. Apa-apaan dia ini. Jangan pernah memikirkan Yuna lagi. Saat ini dia hanyalah seorang sahabat. Tidak lebih.

Tapi Dava senang, setidaknya semua ini sesusai dengan perjanjian kemarin. Ya memang harus seperti ini. Semua nya harus berjalan seperti seharusnya.

-------------------

Salam Author Manis:*

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience