Sudah dua hari berlalu, dan dua hari juga Dara seperti di kucilkan oleh sahabatnya. Dara tidak tahu kesalahan apa yang telah di perbuatnya sehingga membuat sahabatnya tak peduli padanya. Setiap kali Dara mengajak mereka berbicara, mereka selalu menghindar.
Seperti tadi saat ia bertemu dengan Kanaya, biasanya gadis itu tidak pernah bersikap cuek, namun tadi jangankan berbicara, menatap Dara pun gadis itu enggan. Dara berfikir mungkin Kanaya marah padanya karena masalah Dava kemarin. Tapi itu kan salah Dava. Dia berbicara tanpa mau menyaring perkataannya yang membuat Dara sakit hati. Lalu saat ia bertemu Yuna di taman, gadis itu tengah membaca buku. Dara banyak berbicara. Membicarakan tentang sikap Kanaya, namun alhasil dia malah di usir oleh Yuna karena berisik. Dara menghela nafas pasrah. Sudah dua sahabatnya bersikap seperti ini. Lalu setelah ini apa Dava, Radit, dan juga.... Nathan?
Dara akhirnya memilih duduk di kelas. Toh percuma juga kalau ia ke kantin. Kehadirannya di sana seperti di anggap makhluk tak kasat mata oleh sahabatnya. Lalu tampak Dava datang dengan tas masih tersampir di pundaknya. Mungkin lelaki itu baru berangkat. Tepat saat Dava duduk, Dara memutar posisinya menjadi menghadap Dava.
" Dav? " panggil nya.
Lelaki itu tak menyahut. Ia sibuk dengan ponselnya. Tapi Dara yakin, Dava mendengar panggilannya.
" Dav, gue minta maaf kalo misalkan gue udah berlaku kasar sama lo kemarin. Tapi lo juga seharusnya kalo mau ngomong di saring dulu, itu nyakitin orang atau ngga " kata Dara.
Meskipun ia tahu Dava tak menanggapinya, namun setidaknya ia sudah meminta maaf. Dava menoleh ke arah Dara.
" lo mau minta maaf atau mau nyalahin gue? " tanya Dava datar.
" ya gue minta maaf Dav " jawab Dara.
" basi "
Lalu kemudian Dava berlalu pergi meninggalkannya. Lagi-lagi, batin Dara. Dara menjatuhkan kepalanya di atas meja.
Ia yakin, Radit dan Nathan juga akan berlaku sama seperti sahabatnya yang lain. Ah ini sangat menyebalkan.
Bel pertanda masuk pun berbunyi. Semua murid masuk ke kelas. Dara menegakkan kepala nya kala ia melihat Kanaya dan Dava masuk ke kelas. Dara mencoba bersikap biasa saja kala Kanaya menatapnya.
Pelajaran pertama di mulai dengan pelajaran Bahasa. Bu Inggrit pun masuk ke kelas.
" baik anak-anak, hari ini kita akan belajar menulis surat. Kita sudah membahasnya sebagian di minggu lalu. Jadi sekarang ibu ingin kalian membuat sebuah surat. Tapi ini surat rahasia. Kalian tidak perlu memberi nama kalian. Dengan tema bebas bahasanya pun bebas yang penting jangan bahasa daerah ya. Dan nanti akan di kumpul. Lalu ibu bagikan lagi tapi bukan kepada pemiliknya. Lalu kalian akan membacakan surat yang kalian dapat. Mengerti? " jelas bu Inggrit.
" mengerti bu! " seru para siswa.
Dara berfikir sebentar. Akan di tujukan pada siapa suratnya ini?. Lalu kemudian dia seperti mendapat pencerahan. Tangannya tergerak menggoreskan pena pada kertas yang masih kosong.
Ia menuliskan apa yang ia rasakan. Apa yang ada di hati nya ia curahkan pada kertas kosong itu. Sampai akhirnya bu Inggrit memberi intruksi bahwa waktu menulis habis. Semua murid mengumpulkan kertasnya. Lalu bu Inggrit membagikannya kembali.
Kanaya menatap dalam kertas yang ada di tangannya. Ia sangat mengenali tulisan ini. Ini tulisan Dara. Dan yang tertulis di sini, sungguh Kanaya tak sanggup membacakannya nanti. Mungkin terlalu lama melamun, Kanaya tak sadar jika namanya di panggil oleh bu Inggrit. Sampai ada tangan yang mengguncang bahunya.
" Nay? " panggil Dava.
Kanaya mengerjap lalu menoleh ke arah Dava.
" kenapa? "
" itu di panggil sama bu Inggrit " kata Dava.
Kanaya langsung berdiri ke depan.
" Kanaya, bacakan surat yang ada di tangan kamu " pinta bu Inggrit.
Kanaya mengangguk lalu menatap surat yang ada di tangannya. Ia mengambil nafas panjang lalu mulai membacakan suratnya.
Dear sahabat-sahabat gue
Gue ga tau apa yang udah gue lakuin ke kalian sampai kalian acuh sama gue. Tapi gue harap, kalau gue ada salah, plis kasih tau gue. Biar gue bisa memperbaiki nya. Jangan diemin gue kayak gini. Gue ga bisa jauh dari kalian. Gue harap kalian paham ya:)
Kanaya menyelesaikan membacanya lalu ia kembali duduk. Selama Kanaya membaca, Dara menggigit bibirnya was-was. Kenapa bisa suratnya ada Kanaya?. Tapi ia lega. Setidaknya Kanaya tahu kalau Dara sangat membutuhkan mereka.
Dara menatap Kanaya yang saat itu menoleh ke arahnya. Namun kemudian gadis itu memutuskan kontak mata dengan Dara.
*Â Â Â Â Â Â Â *Â Â Â Â Â Â Â *
Bel istirahat berbunyi. Semua murid berhamburan keluar kelas. Jika biasanya Dara akan langsung bergegas keluar bersama Dava dan Kanaya. Tapi tidak untuk hari ini dan dua hari yang lalu. Dara lebih memilih berdiam diri di kelas. Menghabiskan waktu istirahatnya untuk membaca novel atau mendengarkan lagu.
Namun ia merasa sakit perut. Ah dia ingat jika pagi tadi ia tidak setor. Dengan terburu-buru Dara berlari menuju toilet.
Tak berapa lama ia keluar dari toilet. Sebelumnya ia mencuci tangannya di wastafel. Ia menatap wajahnya di pantulan cermin.
" tenang Dara, lo bisa melewati ini semua. Lo cewek yang kuat "
Ucapnya pada diri sendiri. Menguatkan dirinya menghadap sikap aneh sahabatnya. Ia pun melangkahkan kakinya keluar. Saat ia melewati tangga menuju kantor guru, ia melihat dua manusia yang sangat-sangat ia kenal. Jika mereka berdua hanya ngobrol biasa tidak masalah. Tapi ia melihat mereka terlihat mesra. Tampak dari tangan lelaki itu melingkar manis di pinggang gadis yang ada di sebelahnya. Mereka bertatap dengan tatapan penuh cinta.
Emosi, Dara berjalan ke arah dua manusia itu. Dara menarik tangan lelaki itu dengan kasar sampai terlepas dari pinggang gadis yang ada di sampingnya. Dara menatap sengit kedua manusia itu.
" apa-apaan ini? Apa-apaan kalian hah? " tanya Dara dengan nada tinggi.
" seperti yang lo lihat " jawab Yuna enteng.
Ya. Dua manusia itu ada Nathan dan Yuna.
" lo nikung gue?! " pekik Dara.
" gue sama Nathan saling mencintai " jawab Yuna lagi.
Dara membulatka matanya. Apa-apaan ini? Apa katanya? Saling mencintai? Sejak kapan mereka saling mencintai? Apa sejak Yuna kembali?
" saling mencintai?! Sejak kapan kalian saling mencintai? Sejak lo balik ke sini? Jadi tujuan lo kesini bukan untuk menghancurkan hubungan Dava dan Kanaya tapi lo menghancurkan hubungan gue sama Nathan?! Oh atau jangan-jangan kalian diem-diem pacaran di belakang gue?! " pekik Dara dengan nafas memburu.
Ini benar-benar kejutan untuknya. Bisa-bisanya Nathan dan Yuna berbuat seperti ini. Ia tak habia fikir dimana akal sehat mereka.
" Dara udah ya! Gue sayang sama Yuna, jadi gue harap lo bisa ngertiin ini " Nathan bersuara.
Dara menatap dalam Nathan. Air matanya luruh. Lelaki ini. Lelaki yang berhasil menakhlukan hatinya. Lelaki yang bisa menerima kekurangannya. Lelaki yang setia menemaninya selama tiga tahun belakangan ini. Lalu kenapa dengan hadirnya Yuna semua menjadi hancur? Tidak seharusnya Yuna mengambil Nathan darinya. Padahal ia sudah berbaik hati mau menerima Yuna kembali menjadi sahabatnya. Tapi kenapa Yuna menusuk nya dari belakang?
" ngertiin? " Dara tersenyum getir.
" di bagian mananya gue harus ngertiin Nath? Di bagian saat dia bilang lo sama dia saling mencintai? Di bagian saat lo bilang lo sayang sama dia? Atau di bagian mana? Harusnya lo yang ngertiin gue! Gue ini pacar lo. Iya gue tau. Gue bukan cewek yang sempurna. Iya gue tau. Sikap gue kadang bikin lo ilfil. Tapi apa tiga tahun selama kita bersama ngga cukup buat membuktikan kalo gue itu cinta sama lo? Gue ga mau kehilangan lo Nath! "
Dara menangis sejadi-jadinya. Ia tidak bisa menerima semua ini. Ini terlalu menyakitkan baginya.
" sorry, tapi gue bener-bener sayang sama Yuna. Dan perasaan gue ke dia itu lebih besar daripada ke lo " kata Nathan lagi.
" lo adalah manusia paling jahat yang pernah gue temui Nath, dan lo Yuna, ini untuk pertama kalinya gue nyesel kenal sama lo! Gue nyesel pernah jadi sahabat lo, lo emang musuh dalam selimut " kata Dara menatap Yuna sengit.
Apalagi saat ia melihat Nathan menggandeng mesra tangan Yuna membuat Dara di lingkupi amarah. Tangannya mengepal. Menahan emosi.
" gue cinta sama Yuna, Dar "
Plak!
Satu tamparan dari Dara mendarat mulus di pipi Nathan. Dara tahu itu sakit. Tapi itu tidak sebanding dengan rasa sakit yang ia rasakan saat ini.
" rasa sakit apa ini? Kemarin lo bilang cuma ada gue di hati lo tapi nyatanya itu semua hanya omong kosong yang ga peru gue percaya! " pekik Dara
Nathan tak menanggapi perkataan Dara. Nathan dan Yuna pun berlalu dari hadapan Dara. Saat mereka benar-benar hilang dari pandangan Dara, gadis itu luruh. Tubuhnya bersimpuh di lantai. Ia menangis sejadi-jadinya. Ia terlalu rapuh saat ini. Ini begitu menyakitkan. Ia benar-benar hancur.
Sahabatnya tidak peduli lagi dengannya. Yuna yang menusuknya dari belakang. Dan Nathan yang meninggalkannya demi Yuna.
------------------
Salam Author Manis:*
Share this novel