Bab 26. (Tak) Peduli

Other Completed 12761

Dava mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di meja kantin. Pikirannya selalu berpusat ke Kanaya. Ini hari kedua gadis itu tidak masuk sekolah. Sebenarnya apa yang terjadi?

" kenapa lo? " tanya Nathan.

" Radit ga masuk? " tanya Dava basa-basi

" ngga. Kenapa? " Nathan bertanya balik lalu memasukkan batagor ke mulutnya.

" kok ga masuk? " tanya Dava lagi.

Ia sengaja bertanya tentang Radit. Karena yang ia tahu, Radit saat ini bersama Kanaya. Bisa ia pastikan itu. Baiklah. Dava tidak bisa membohongi perasaannya kalau ia masih memikirnya kanaya yang notabene sudah menjadi mantannya.

" di sini ga ada Yuna atau pun Dara. Udah deh Dav, gue tau. Lo mau tau kabar tentang Kanaya kan? " tanya Nathan tepat sasaran.

Dava sempat menegang. Terlihat jelas ekspresi kaget dari Dava karena niatnya ketahuan. Tapi dengan cepat, ia menormalkan ekspresinya menjadi datar.

" gue? Nanyain kabar tentang cewek rendahan itu? Ngaco lo " sangkal Dava diiringi kekehan namun terkesan datar.

Munafik, ejek dewa batin Dava.

" gue kenal lo udah bertahun-tahun. Mau sampe kapan lo make topeng sok tidak peduli lo itu di depan semua orang? " tanya Nathan mulai jengah dengan sikap kekanakan Dava.

" gue ingetin sekali lagi. Gue ga pernah mikirin cewek itu " desis Dava tajam dengan penekanan di setiap suku katanya.

" bisa kasih bukti ke gue? " tantang Nathan.

Dava menghela nafas pelan. Kebetulan saat itu Yuna dan Dara sedang berjalan ke arah mereka.

" Yuna! " panggil Dava.

" berhenti di situ " pinta Dava lagi membuat Yuna berhenti dan menatap nya bingung.

" Yuna! Dengerin setiap perkataan yang keluar dari mulut aku " pinta Dava.

Ia mengambil nafas sebentar.

" Yuna, will you be mine again? " ucap Dava setengah berteriak karena jarak yang terpaut di antara keduanya.

Yuna memekik tertahan. Akhirnya, batinnya. Dengan berlari, Yuna menghambur ke pelukan Dava. Ia bahagia. Sangat bahagia. Semua yang ia rindukkan telah kembali.

" of chours " kata Yuna.

Banyak yang menggoda Dava dan Yuna. Ada pula yang langsung minta pj. Berhubungan mereka saat ini ada di kantin.

Nathan yang melihat itu hanya tersenyum samar. Jadi ini buktinya?
Dasar manusia gengsi nya doang di gedein, batin Nathan.

Lalu Nathan mendengar suara dering dari ponselnya. Ia segera mengecek melihat siapa gerangan yang mengirimnya chat. Ia langsung membuka chat yang ternyata dari Radit.

Raditya :
Sorry gue ga masuk. Kanaya sakit

Nathan menghela nafas pelan. Ia tahu, jika ia memberi kabar tentang Kanaya, bisa di pastikan Dava tidak akan bisa tenang.

*                *                 *

Radit mengecek suhu badan Kanaya. Panasnya sudah turun. Ia segera membereskan mangkuk bubur bekas Kanaya.

" Dit " panggil Kanaya membuat langkah Radit untuk ke dapur tertahan.

" lo mau apa? " tanya Radit.

Kanaya menggeleng pelan.

" makasih ya buat semua nya dan maaf udah ngerepotin lo " ujar Kanaya.

" udah berapa kali lo bilang makasih dan minta maaf? Setelah ini gue ga mau denger lo ngucapin dua kata itu " kata Radit mengultimatum.

Kanaya menganggukkan kepalanya. Radit meletakkan mangkuk itu di dapur lalu kembali ke kamar.

" Nay, gue izin pergi ya " kata Radit.

" mau kemana? " tanya Kanaya.

" keluar bentar, ada urusan. Nanti gue balik lagi kok tenang aja "

" yaudah. Hati-hati Dit "

Radit pun segera memacu motornya menuju ke rumah salah satu sahabatnya. Sesampainya disana, Radit mengetuk pintu lalu mengucapkan salam. Pintu terbuka, menampilkan sosok gadis di rumah itu.

" eh kak Radit, cari bang Dava ya? " tanya Vanny.

" iya, ada orangnya? " kata Radit.

" iya ada kok, masuk dulu kak, ntar gue panggilin orangnya "

Radit pun duduk di ruang tamu. Terakhir ia kesini dua bulan yang lalu. Tak lama, Dava muncul lalu duduk di depan Radit.

" ada apa? " tanya Dava dingin.

" Kanaya sakit " jawab Radit tak kalah dingin.

Situasi seperti ini benar-benar mencekam. Dua orang bersahabatan biasanya akan bersenda gurau, namun lain halnya dengan ini. Mereka yang ada malah berlomba-lomba melontarkan kalimat-kalimat bernada dingin.

Dava tampak kaget mendengar berita yang di bawa Radit. Terjawab sudah pertanyaannya mengenai ketidak masukkan gadis itu. Ternyata dia sakit. Dava mengkhawatirkan keadaan gadis itu. Namun ia dengan pandai menyembunyikannya lewat wajahnya yang datar.

" apa hubungannya sama gue? " tanya Dava santai.

Radit menatapnya tajam.

" lo yang udah buat dia kayak gini. Dia butuh lo Dav. Dia cinta sama lo. Dia udah berusaha jelasin semuanya ke lo. Tapi kenapa sih lo itu keras kepala? " ujar Radit dengan nada frustasi.

Dava tertawa miris.

" cinta? Kalo cinta ga mungkin berkhianat " desis Dava.

" dia udah jelasin semuanya dan lo ga percaya itu? Lo itu udah lama kenal Kanaya. Masa dengan masalah kayak gini lo ga bisa selesain? Katanya pinter. Gunain otak pinter lo itu. Jangan cuma jadiin pajangan " kata Radit menggebu-gebu.

Ia benar-benar tak mengerti jalan pikiran Dava.

" ga penting lagi buat gue njing! Gue ga peduli lagi tentang dia. Gue sekarang  lebih milih Yuna. Dan gue bahagia sama dia " jelas Dava

Pembohong!, teriak dewa batin Dava tak menyetujui ucapan itu.
Tawa Radit membahana memenuhi seluruh ruangan ini.

" lo bilang Kanaya berkhianat atas cinta lo? Lalu apa kabar sama lo yang dengan cepat menggantikkan posisi Kanaya yang selalu ada buat lo dengan Yuna yang dulu pernah ninggalin lo? Gue ga nyangka lo sebrengsek itu Dav " papar Radit dengan senyum mengejek.

Dava baru saja ingin melayangkan tinjuannya namun segera di tahan oleh Radit.

" gue ke sini bukan cari ribut dan yah... seperti nya gue salah udah ngasih tau lo tentang keadaan Kanaya yang nyata nya lo udah ga peduli lagi sama dia. Tapi ga tau deh sama isi hati lo gimana "

Setelah mengucapkan kalimat itu, Radit berlalu dari hadapan Dava. Dava menyenderkan kepalanya pada sofa. Ia memejamkan matanya sebentar sebelum sebuah suara menginterupsinya.

" gue ga tau kalo abang gue sebanci ini "

Dava menatap tajam ke arah Vanny yang sudah bersedekap dada di depannya.

" maksud lo apa? " tanya Dava tajam.

" lo ga bisa nangkep ucapan gue? "

" ga guna " desis Dava.

" gue ga nyangka lo bisa bersikap sebajingan itu sama cewek sebaik kak Naya "

" lo ga tau apa-apa bocah " kata Dava menekankan kata bocah.

" gue emang bocah. Tapi pikiran gue ga sebocah lo " hardik Vanny.

" dia itu pelacur! Ngerti lo "

" hanya karena sebuah foto murahan itu lo terpengaruh? Ya ampun abang gue ternyata ga sepinter yang gue bayangin " kata Vanny tajam.

" tau darimana lo? " tanya Dava.

" ga perlu tau gue tau darimana. Yang jelas gue ga habis pikir sama otak jenius lo itu. Lo dengan mudahnya percaya sama foto itu? Dan lo bilang tadi, lo balikan sama Yuna? Sumpah lo orang terbodoh yang pernah gue temuin. Lo udah membuang berlian demi seonggok sampah? " ujar Vanny membuat Dava naik pitam.

Ia menatap Vanny tajam.

" jangan pernah lo ucapain kata-kata busuk lo tentang Yuna. Ngerti? "

" yayayaya... tapi ga papalah. Justru gue tenang. Sekarang Kak Naya sama Kak Radit. Setidaknya dia bakalan di jaga setulus hati sama Kak Radit. Dan gue bisa pastiin lo bakalan nangis darah ngeliat mereka berdua bahagia. Dan lo tau? Gue bakal jadi orang pertama yang ketawa ngeliat ekspresi lo saat itu "

" karena Radit cinta sama Kanaya! " teriak Dava di depan Vanny.

Hal itu tak membuat Vanny gentar.

" terus lo? Lo ga cinta sama dia? Makanya lo bersikap acuh? Kalo emang lo cinta, lo harus bisa tunjukkin kalo Kak Naya itu cuma butuh lo di sampingnya. Bukan orang lain "

Setelah itu, Vanny berlalu dari hadapan Dava yang masih di lingkupi  amarah. Hatinya berkata ia peduli namun logikanya berkata jangan peduli.

*              *                *

Kanaya duduk di tepi kolam berenang milik Radit. Tatapan kosong. Ia melamunkan seseorang yang saat ini sudah tak mempedulikannya lagi. Bahkan dulu, lelaki itu adalah lelaki yang sangat menyayanginya, mencintainya, mengasihinya, menjaganya dengan setulus hati. Memprioritaskan dari segala apapun. Ia sangat merindukan saat-saat itu.

Seharus nya hubungannya tidak hancur andai saja Yuna tidak hadir di antara keduanya. Ia menyesal karena telah mempercayai Yuna untuk kembali hadir di kehidupan Dava. Nyatanya gadis itu merebut Dava kembali.

Kanaya menatap jauh ke atas langit. Mengingat bagaimana dulu lucunya Dava menginginkan Kanaya menjadi kekasihnya.

Flashback on

Dava menatap Kanaya itu sampai Kanaya menatap balik mata Dava. Ingin berpaling tapi rasa nya tatapan itu mengunci mata Kanaya untuk tetap seperti ini. Sampai akhirnya Dava yang memutuskan kontak tatapan itu.

" Nay " panggil Dava.

" hm "  Kanaya menyahuti nya dengan deheman.

" kalo gue suka lo gimana? " ucap Dava tiba-tiba.

Kanaya dengan cepat menolehkan pandangannya menatap tak percaya.

" maksudnya? " tanya Kanaya

" ya gue suka sama lo " jawab Dava sambil menggaruk tengkuknya, gugup? Tentu saja.

" terus? " tanya Kanaya lagi sambil menahan tawanya melihat ekspresi gugup Dava yang menurutnya lucu.

" gue mau kita jadian. Gue ga mau lo nolak. " kata Dava mengultimatum.

" maksa dong? "

" emang. Tapi lo seneng kan? " goda Dava sambil menaik turunkan kedua alisnya.

" ish! Sok tau deh " Kanaya mencebik.

" bodo. Akhirnya Nay, jadian juga gue sama lo, hehe " kata Dava terkekeh.

Kanaya hanya menatap Dava. Ntah kenapa dengan sikap Dava saat ini membuatnya nyaman dan ia tak menyangka kalau Dava akan mengkalimnya sebagai kekasihnya secara sepihak

Flasback off.

" ya wajar aja kalo sekarang dia mutusin secara sepihak " gumam Kanaya pelan.

---------------------

Salam Author Manis:*

Dava gengsinya turunin napa:(

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience