Bab 13. Murid Baru

Other Completed 12761

Hari yang di tunggu tiba. Apa lagi kalau bukan hari sekolah. Dengan penuh semangat Kanaya menata perlengkapan yang akan ia bawa ke sekolah. Seperti pena,pensil,buku,dan kawan-kawan nya yang lain. Setelah itu Kanaya melangkah kan kaki nya menuju kamar mandi. Tak butuh waktu lama bagi Kanaya untuk membersihkan diri. Lalu ia memakai seragam yang sudah dua minggu ini di simpan rapi dalam lemari. Kanaya mulai menyisir rambut nya. Menaburkan bedak tipis lalu mengoleskam lipgloss ke bibir tipisnya. Ia mematut diri nya di depan cermin. Sudah siap. Sekarang tinggal menunggu Dava untuk menjemput nya.

Tintin!!

Terdengar bunyi klakson mobil. Itu pasti Dava. Dengan berlari kecil,Kanaya meraih tas nya lalu berlari kecil lagi membuka kan pintu. Satu senyuman dari Dava menyambut hari pertama Kanaya sekolah. Dava menghampiri Kanaya yang masih berdiri di depan pintu. Seulas senyum terbit di bibir Kanaya.

" udah siap? " tanya Dava

Satu anggukan pasti Kanaya berikan pada Dava. Dengan senang hati Dava mengulurkan tangan nya menunggu sambutan dari Kanaya. Tak butuh waktu lama untuk Kanaya menyambut uluran tangan Dava. Lalu mereka berjalan bergandengan menuju mobil. Dava membukakan pintu untuk Kanaya. Setelah nya ia masuk ke mobil dan melaju kan mobil nya membelah jalan di senin pagi ini yang pasti nya akan sangat ramai.

15 menit. Mobil Dava sudah terparkir manis di parkiran sekolah. Kanaya mengedarkan pandangannya menyusuri setiap inchi bagian depan sekolah nya itu. Tidak ada yang berubah kecuali warna cat dinding yang mula nya kuning kini berubah menjadi biru muda. Dava dan Kanaya berjalan beriringan menuju tempat utama yang selalu mereka datangi di pagi hari. Apalagi kalau bukan kantin. Dava mengarakan pandangannya ke jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Pukul 07.00 wib. Ah bisa di pastikan dua sahabat nya sudah menikmati segelas capuccino buatan bucan di kantin.

Benar dugaan Dava. Dua sahabat nya ah ralat. Tiga sahabatnya karena ada Dara di sana tengah ngobrol dan yeah! tiga gelas capuccino sudah nangkring di meja mereka. Dava dan Kanaya menghampiri mereka.

" lah bocah. Baru nyampe? " tanya Radit sambil menyesap capuccino nya.

Dava dan Kanaya duduk di kursi.

" iya. Kenapa emang? " tanya Dava.

" ya kaga. Biasanya pagi lo dateng " jawab Radit.

Dava hanya menggendikkan bahu nya acuh.

" sekali-kali ngaret " jawab nya.

Radit hanya mencebikkan bibir nya lalu kembali menyesap minumannya.
Di saat mereka tengah diam,terdengar perbincangan dua siswa di belakang mereka.

" yaelah bro sumpah. Tuh cewe cantik bener. Semoga aja masuk kelas gue " kata salah satu siswa dengan nada penuh pengharapan.

" dih kalo gitu gue gebet aja deh. Kali aja ngangkut sama gue tuh murid baru " kata yang satu nya lagi dengan penuh percaya diri.

Kanaya mengernyitkan dahi nya. Lalu menoleh ke arah teman-temannya. Temannya pun sama. Mereka saling menatap.

" murid baru? " kata Kanaya lebih ke pertanyaan.

" siapa? Kok gue baru denger " Dara mengangkat suara nya.

" iya. Padahal gue dateng nya paling pagi loh. Kok ga liat sih. " gumam Radit.

" gue juga tadi lewat kantor. Harusnya kan ada di sana tuh murid baru " Nathan menimpali.

" ya udah lah. Ngapain di pikirin. Emang penting tuh murid baru? Ngga kan? Kalo cewek kan gue udah punya Kanaya. Nathan juga punya Dara. Nah buat lo aja tuh Dit. Lo kan satu-satu nya most wanted yang masih lajang " papar Dava di akhiri cengiran garing.

Radit mendengus kesal mendengar ucapan Dava. Lalu satu senyuman smirk muncul di bibir nya.

" kalo gue gebet Kanaya gimana? " kata Radit dengan senyum miring.

Dava mendelik mendengarnya.

" kalo lo mau hidup lo berakhir saat ini juga silahkan " kata Dava terdengar serius.

" sorry man. Gue masih banyak dosa " Radit menunjukkan cengirannya.

Ucapan Radit sukses membuat yang lainnya ketawa. Ada saja jawabannya.

" gue bukan pelawak. Ngapain pada ketawa sih " dengus Radit.

Bukannya berhenti,yang lainnya malah semakin menjadi membuat Radit geram sendiri.

" ah tau deh ya. Gue ngambek " kata Radit dengan raut muka kesal.

" aelah anak bayi ngambek " Dara mulai meledek Radit.

Radit tak menanggapi ledekan dari Dara. Dia bangkit dari duduk nya dan mulai berjalan pergi meninggalkan temannya.

" eh Dit! Ngambek beneran lo? " teriak Nathan.

Radit membalikkan badannya ke arah temannya.

" gue mau ke toilet elah. Takut amat kalo gue ngambek " kata Radit sukses membuat yang lainnya mendengus kesal.

Radit segera kembali melangkahkan kaki nya menuju toilet. Dalam hati nya mengucapkan kata ' rasakan. Salah siapa bikin kesel gue '.

Tak lama setelah Radit pergi,bel berbunyi. Pertanda masuk kelas dan memulai pelajaran pertama.

*             *                *

Di kelas biologi. Yang merupakan kelas Kanaya, Dava, dan juga Dara. Suasana nya sangat sunyi. Bukannya tidak ada murid nya. Melainkan karena pelajaran pertama di isi oleh pak Indra. Killer theacher. Begitu lah julukan yang di semat kan oleh para siswa untuk guru satu ini. Maka dari itu di saat pak Indra mengajar tidak ada yang berani berisik. Jika terdengar suara berisik, pak Indra tak segan-segan melayangkan spidol nya ke sumber suara. 

Kanaya duduk dengan gelisah. Sedari bel masuk tadi ia ingin sekali buang air kecil. Namun niatnya tertunda tatkala melihat pak Indra jalan menuju kelasnya. Sekarang begini lah kondisi nya. Duduk tak tenang. Kaki nya tak bisa diam. Ia gerak-gerakan untuk menahan hasrat ingin buang air kecil nya.

Pak Indra yang melihat muridnya seperti itu memicingkan mata nya lalu bertanya pada Kanaya.

" Kanaya? Kenapa kamu? " tanya pak Indra.

Kanaya tersenyum kaku.

" anu pak " jawab nya ambigu.

" anu apa? " tanya pak Indra lagi.

Kali ini ia mengernyitkan dahi nya bingung.

" mau ke toilet pak " jawab Kanaya akhirnya.

" yaudah sana. Ngapain masih di sini. Saya ga mau kamu ngompol di kelas " jelas pak Indra yang membuat Kanaya malu.

Kanaya melangkahkan kaki nya keluar kelas. Dalam hati ia merutuki ucapan pak Indra tadi. Apa-apaan itu. Ucapan pak Indra benar-benar memalukan. Mana mungkin ia ngompol di kelas. Yang benar saja.

Setelah selesai urusannya di kamar mandi. Kanaya merapikan seragamnya yang berantakan lalu berjalan menuju kelasnya. Untuk sampai di kelasnya, Kanaya harus nelewati koridor kelas XII Bahasa I. Ketika ia mengedarkan pandangannya ke arah taman, matanya menangkap sesosok yang pernah ia temui sebelumnya. Otak nya berfikir keras tentang gadis yang tengah duduk tenang di bawah pohon besar dekat taman itu. Seperti nya ia mendapat titik terang. Ia mengingat siapa gadis itu. Dengan lengkah cepat, Kanaya menghampiri gadis itu.

" hai " sapa Kanaya.

Gadis itu menoleh. Kening nya berkerut seperti mengingat sesuatu. Selepas itu seulas senyum terbit di bibirnya.

" lo? " tanya gadis itu dengan nada memastikan.

Kanaya duduk di samping gadis itu.

" iya. Ini gue. Yang waktu itu minumannya lo bayarin di dekat taman " kata Kanaya seolah mengerti apa yang akan di ucapkan gadis itu.

" iya gue inget. " kata nya.

" lo sekolah di sini? Kok gue ga pernah lihat ya " tanya Kanaya bingung.

Gadis itu terkekeh pelan.

" gue murid baru di sini. Ya wajar kalo lo ga tau gue " katanya.

" oh jadi lo murid baru yang di gosipin anak-anak tadi pagi " kata Kanaya.

" haha... iya " gadis itu tertawa.

Kanaya menilai gadis itu. Benar yang di ucapkan dua siswa di kantin tadi pagi. Gadis itu memang cantik. Wajar jika menjadi rebutan. Bisa saja gadis itu menjadi gadis idola di Jaya Bakti ini.

" lo ga belajar di kelas? " tanya Kanaya.

" ngga. Lagi jam kosong. Daripada gue nganggur. Mending gue kesini " jawab gadis itu.

" ohh... " Kanaya hanya ber-oh ria.

" nama lo siapa? " tanya gadis itu.

Kanaya mengulurkan tangannya. Di sambut oleh gadis itu.

" gue Kanaya. Anak kelas XII Biologi " kata Kanaya memperkenalkan diri.

" gue.. "

Belum sempat gadis itu memperkenalkan diri, ponsel Kanaya berdering. Kanaya melepaskan jabatan tangannya lalu merogoh kantong baju nya.

Whatsapp!

Dava Sanjaya

Nay dimana? Di tanyain sama pak Indra. Buruan masuk.

Ah iya. Dia lupa. Dia kan tadi izin buat ke toilet. Kanaya tersenyum tak enak.

" ntar aja deh ya kenalannya lagi. Gue harus masuk ke kelas. Sampai ketemu nanti ya " kata Kanaya.

Kanaya bergegas berjalan menuju kelasnya. Dalam perjalanannya, ia tak berhenti mengucapkan permohonan agar pak Indra tak memarahi nya. Pasalnya ia telat masuk kelas 20 menit lamanya. Semoga jangan marah. Semoga. Batin Kanaya.

-------------------------

Salam Author Manis:*

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience