Bab 15. Perjanjian

Other Completed 12761

Butuh waktu lama untuk mendapatkan buku yang di inginkan Dara. Bahkan sudah lima buku berhalaman tebal di tangan Dara. Ini seperti bukan Dara yang Kanaya kenal. Pasalnya sejak kapan Dara menjadi gemar membaca?.

" banyak banget Dar, yakin ga tuh lo baca semua? " tanya Kanaya.

Ia heran melihat Dara yang membawa lima buku di tangannya. Sedangkan ia saja hanya meminjam satu buku. Namun isi nya mumpuni untuk ia belajar mengenai ujian yang akan di laksanakan dua bulan lagi.

" iya lah Nay. Gue mau serius belajar. Gue mau lulus dengan nilai yang tinggi. " jawab Dara sambil berjalan ke arah penjaga perpus.

" bagus deh kalo gitu ".

Kanaya senang melihat perubahan Dara ke arah yang lebih baik. Langkahnya mengikuti Dara ke arah penjaga perpus. Setiap siswa Jaya Bakti di wajibkan memiliki kartu perpustakaan. Kartu itu akan di gunakan untuk keperluan perpustakaan termasuk dalam urusan meminjam buku.

Setelah selesai, Kanaya dan Dara berjalan keluar dari perpustakaan. Saat mereka sampai di ambang pintu, ada seseorang yang menabrak Dara membuat buku yang ada di tangan Dara jatuh berserakan di lantai.

" aduh! " pekik Dara.

Tanpa melihat orang yang menabrak, Dara langsung membungkuk memunguti buku nya yang jatuh.

" eh sorry " kata orang itu.

Kanaya menatap orang itu.

" eh lo? " kata Kanaya.

" eh Kanaya. Oh iya lo belum tau nama gue ya? Gue Yuna "

Mendengar itu, gerakan tangan Dara yang tengah menata buku nya terhenti. Nama itu?. Dengan cepat Dara menegakkan badannya. Matanya bersitatap dengan mata Yuna. Dia kaget. Jelas saja kaget. Kenapa cewek ini ada di sini?.

" Dar, ini Yuna, anak baru yang di ceritain anak-anak tadi loh " kata Kanaya.

Kanaya memang tidak pernah tahu tentang Yuna. Dava, Radit, Nathan, dan juga Dara sengaja menutupi hal itu.

Dengan berpura-pura tak mengenal, Dara mengulurkan tangannya ke arah Yuna dan memaksakan seulas senyuman hadir. Seperti mengerti drama yang di mainkan Dara, Yuna menyambut uluran tangan Dara.

" Dara " kata Dara.

" Yuna ".

" nah gue harap setelah ini kita semua bisa menjadi teman baik " ucap Kanaya dengan penuh pengharapan.

Diam-diam Dara tak menyetujui keinginan Kanaya. Sedangkan Yuna senang sekali mendengar itu. Dengan begitu bisa di pastikan ia bisa lebih dekat dengan Dava lagi.

" mm.. Yuna kita duluan ya " kata Dara buru-buru menarik Kanaya menjauh dari Yuna.

Yuna hanya tersenyum kecil melihat tingkah Dara yang tak suka dengan kehadirannya. Seperti nya kepergiannya dua tahun yang lalu mampu membuat sahabat-sahabat lamanya membenci nya bahkan tak menginginkan kehadirannya.

*            *              *

Kanaya bingung dengan perubahan wajah Dara setelah mereka bertemu dengan Yuna. Rahangnya terlihat mengeras tanda ia sedang marah. Tatapan nya tajam. Terlihat sekali ia seperti membenci pertemuan tadi.

Kanaya tiba-tiba menghentikan langkahnya. Membuat Dara juga ikut berhenti.

" kenapa? " tanya Dara.

Kanaya mendengus kesal.

" lo yang kenapa? " tanya balik Kanaya.

" gue ga papa " jawab Dara singkat.

" bohong " Kanaya tak bisa mempercayai ucapan Dara.

" gue serius "

Menyerah, Kanaya kembali melanjutkan jalannya. Ia tau, memaksa Dara untuk jujur bukan lah hal yang tepat.

Mereka kembali ke kelas untuk melanjutkan pelajaran kedua. Di kelas, sepanjang pelajaran Dava tak bisa tenang setelah pertemuannya dengan Yuna tadi. Ia selalu memikirkan Yuna. Memikirkan dalam artian apa yang akan gadis itu lakukan ketika melihat ia lebih memilih Kanaya. Ia takut kalau Yuna nekat untuk memberi tahu tentang masa lalu nya dengan Yuna.

Dava melirik Dara yang ada di samping nya. Gadis itu menatap ke arah Dava.

" lo udah tau soal ini? " tanya Dava pelan.

Takut kalau guru yang tengah mengajarnya mendengar kalau ia sedang mengobrol dengan Dara. Dara mengerti kemana arah pembicaraan Dava. Gadis itu menganggukkan kepalanya tanda ia sudah tau.

" iya. Gue tau " jawab Dara dengan suara tak kalah pelan dari Dava.

Dava mendesah frustasi. Ia harus bagaimana?. Diam saja?. Itu tak mungkin.

" gue harus gimana? " tanya nya pada Dara dengan wajah cemas.

" nanti kita bicarain ini sepulang sekolah " kata Dara.

Lalu gadis itu kembali memfokuskan pada pelajaran yang tengah di terangkan.

Kanaya yang duduk tepat di depan Dava dapat mendengar apa yang tengah Dava dan Dara bicarakan. Tahu soal apa?. Apa yang tengah mereka sembunyikan darinya?. Apa sepenting itukah sampai Kanaya tidak di beri tahu?.

Ia harus menanyakan ini pada Dava. Bagaimana pun ia harus tahu. Dia ini kan pacar nya Dava. Jadi berhak tahu.

Bel yang di tunggu pun akhirnya berbunyi juga. Semua siswa berhamburan keluar. Dara menghampiri Dava yang tengah membereskan buku nya.

" lo anterin Kanaya aja dulu. Nanti gue cegah Yuna biar dia ga pulang duluan. Gue juga bakal hubungi Nathan sama Radit buat omongin masalah ini. Kanaya jangan sampai tau dulu soal Yuna " bisik Dara.

" aman " kata Dava.

Kanaya semakin kesal dengan dua manusia di belakangnya yang tengah berbisik-bisik itu. Sampai tiba-tiba Kanaya merasakan kehadiran Dava di samping nya.

" pulang yuk " ajak Dava.

Kanaya tak menjawab namun langkahnya mengikuti Dava. Sementara Dara mencari Yuna. Dia mengelilingi penjuru sekolah. Dari informasi yang dia dapat, Yuna masuk kelas Bahasa. Ia berjalan menuju kelas Bahasa. Namun ia tak menemukan Yuna. Ia kembali bertanya dengan siswa yang masih ada disana. Beruntungnya ada yang melihat Yuna pergi ke arah perpustakaan. Sesegera mungkin Dara pergi ke perpustakaan. Semoga saja Yuna masih ada di sana. Kali ini Dara bersyukur karena ia melihat Yuna tengah membaca buku di sana. Dara menghampiri Yuna. Yuna yang menyadari keberadaan Dara pun bertanya.

" Dara? Ada apa? "

" kita perlu bicara. " jawab Dara datar.

Tanpa basa-basi Dara segera menarik lengan Yuna. Yuna sempat memprotes tindakan Dara. Namun Dara tak menghiraukannya. Ia terus membawa Yuna ke suatu tempat.

*           *            *

Di perjalanan pulang, Dava di bingungkan dengan sikap Kanaya yang tiba-tiba berubah menjadi pendiam seperti ini. Bahkan raut wajah gadis itu terlihat kesal.

" Nay? " panggil Dava.

Kanaya tak mengindahkan panggilan dari Dava. Dia malah melengos. Menatap ke arah luar jendela di sampingnya.

" yang? Kenapa sih? " tanya Dava lagi.

" harusnya aku yang tanya kamu kenapa " kata Kanaya ketus.

" emang aku kenapa? "

" apa yang kamu sembunyiin dari aku? " tanya Kanaya menatap Dava.

Dava menelan ludahnya kelat. Apa yang harus ia jawab?.

" ngga ada yang " berbohong adalah jalan yang tepat untuk saat ini.

" bohong  "

" beneran deh. Tadi itu Dara minta aku buat bilangin ke Nathan suruh nemuin Dara "

" alah ga percaya "

" beneran deh Nay. "

Kanaya masih saja diam. Ia tau Dava pasti berbohong. Dasar lelaki menyebalkan, batinnya.

Mobil Dava sampai di pekarangan rumah Kanaya. Gadis itu keluar duluan tanpa repot-repot mau menunggu Dava membukakan pintu untuk nya seperti biasa. Bahkan saat Dava pamit pulang pun hanya ucapan ' hati-hati ' tanpa senyuman yang di dapat. Dava memaklumi sikap Kanaya. Karena bagaimana pun juga ia belum siap untuk memberitahu tentang Yuna.

Dava memacu mobilnya kembali ke sekolah. Teman-temannya sudah menunggu di sana. Tak butuh waktu lama, Dava sampai di parkiran sekolah. Dengan langkah cepat ia berjalan menuju tempat dimana teman-temannya berada.

Dari kejauhan ia dapat melihat Yuna tengah di kelilingi oleh Dara, Nathan, dan juga Radit.

" sorry gue lama " sesal Dava.

" iya gapapa " kata Dara.

" jadi apa yang mau kalian omongin sama gue? " tanya Yuna.

" kita mau lo jangan deketin Dava " ucap Radit sinis.

" deketin? Gue bahkan belum ada kata putus sama Dava " ucap Yuna dengan senyuman yang ntah lah.

Yang jelas bukan senyuman tulus.

" tapi aku ga mau hubungan aku hancur karena kamu " Dava bersuara.

" aku ga akan ngehancurin hubungan kamu sama Kanaya asalkan... " Yuna sengaja menggantungkan kalimatnya.

" asalkan apa? " tanya Dara.

" kalian mau nerima gue jadi sahabat kalian lagi. "

" hah? Sahabat? " tanya Nathan tak yakin.

Dava memejamkan matanya sebentar.

" oke. Kalo itu mau kamu. " ucap Dava akhirnya.

" Dav? " Dara tak percaya dengan ucapan Dava beberapa detik yang lalu.

" demi hubungan gue Dar " kata Dava memelas.

Akhirnya Dara dan yang lainnya pun mengiyakan permintaan Yuna.

" tapi lo harus janji " kata Nathan.

" janji apa? "

" Kanaya ga boleh tau soal masa lalu lo sama Dava. Apalagi tentang hubungan kalian yang belum ada kata putus " jelas Nathan.

" oke. Itu doang kan? Gue ga bakal kasih tau Kanaya "

" ya udah. Kita jaga rahasia ini. Jangan sampai ada yang tau " kata Radit.

Semua nya pun mengangguk setuju dengan ucapan Radit.

---------------------

Salam Author Manis:*

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience