Bab 21. Penjelasan

Others Completed 12761

Suasana kantin saat itu terlihat lenggang. Terlihat Dava, Kanaya, Yuna, Radit, dan juga Nathan tengah duduk melingkar. Mereka seperti mendiskusikan sesuatu.

" iya intinya gue minta bantuan kalian lah " kata Nathan membuat yang lainnya mengangguk pelan.

" emang kenapa sih lo mau ngelakuin ini? " tanya Radit.

" ya gimana ya " Nathan tampak berfikir.

" ya gue sadar sih selama tiga tahun ini gue... ya bisa di bilang gue bukan orang yang romantis. Bahkan panggilan Lo-Gue ga pernah berubah jadi Aku-Kamu kayak Dava sama Kanaya. Makanya gue pengen di aniversarry gue yang ketiga ini jadi moment yang spesial gitu buat dia. Pokoknya bisa jadi kenangan manis gitu lah " papar Nathan bingung sendiri membuat yang lainnya terkekeh.

" emang ya, kalo cowok dingin yang tiba-tiba berubah jadi romantis agak lucu aja gitu " kata Dava membuat Nathan salah tingkah.

" iya udah. Kita bantuin biar lo bisa mewujudkan keinginan lo itu " kata Yuna.

" iya Nath, gue yakin banget Dara pasti makin cinta sama lo " tambah Kanaya membuat Nathan tersenyum lebar.

Rencana itu bermula dari Nathan yang sengaja menghindari Dara. Bahkan lelaki itu tak mengucapkan good morning pada Dara. Tepat saat selesai upacara, Nathan mendengar Dara memanggil namanya.

" Nathan!! "

Nathan berpura-pura tak mendengar. Lalu ia merasakan lengannya di tarik refleks membuatnya berhenti. Dara menatapnya.

" lo kemana aja sih? Gue cariin juga " kata Dara dengan nada kesal.

" ga kemana-mana " jawab Nathan singkat.

" kenapa sih? " tanya Dara

" ga papa " jawab Nathan singkat.

Nathan dapat melihat perubahan air muka Dara menjadi sendu

" ish! Gue serius. Gue salah apa sih? Kok lo tiba-tiba berubah gini? " tanya Dara

" ga papa. Ada yang mau di omongin lagi ga? Kalo ga gue pergi " kata Nathan lagi.

Lagi-lagi Nathan melihat wajah sendu Dara. Namun sejurus kemudian gadis itu tersenyum kecut dan menggelengkan kepalanya.

" ngga ada " katanya.

" yaudah "

Nathan berjalan meninggalkan Dara.
Saat ia hilang di balik tembok, ia tak benar-benar pergi. Tapi mencoba mengintip apa yang Dara lakukan di tempatnya. Hati Nathan mencelos kala melihat satu tetes air bening dari mata Dara luruh. Ia tahu ini menyakitkan bagi Dara dan baginya. Namun demi keberhasilan misinya, Nathan harus bisa melewati ini. Ini baru permulaan. Masih ada yang lebih lagi nantinya.

*               *                 *

Saat di kelas, Kanaya dan Dava melihat Dara berjalan gontai. Dalam fikiran mereka, Nathan pasti berhasil membuat Dara kesal. Kanaya pun berinisiatif untuk bertanya pada Dara. Gadis itu pun menceritakan apa yang terjadi.

" entah lah. Gue bahkan ga tau di mana letak kesalahan gue. Tiba-tiba dia bersikap cuek, dingin, datar, dan ah bingung gue sama anak itu " kata Dara mendesah frustasi.

Kepala Dara di jatuhkan di atas meja.

" udah bosen kali sama lo " kata Dava spontan membuat Dara kembali menegakkan kepalanya.

Matanya menatap horor Dava. Dava pun menaikkan alisnya sebelah seolah tak mengerti mengapa Dara menatapnya seperti itu. Kanaya ikut menatap Dava geram.

" lo kalo ngomong hati-hati dong Dav. Ga mungkin lah dia kayak gitu ke gue " sangkal Dara.

Kanaya mencubit kecil lengan Dava. Perkataan itu pasti menyakitkan Dara. Namun lelaki itu tampak sempurna menutupi rasa sakit yang di hasilkan Kanaya.

" ya bisa aja kan Dar? Lo ga sadar selama ini sikap lo gimana? Sikap lo itu jauh dari perempuan normal. Lo itu bar-bar, bikin ilfil, ngeselin, mulut terompet. Ya wajar aja kalo Nathan bosen sama lo " kata Dava lagi membuat Dara berdiri dari duduknya.

Dava semakin menyulut api emosi dalam diri Dara agar semakin menyempurnakan aktingnya. Namun perkataan itu membuat Kanaya semakin geram dengan Dava. Ini kelewatan.

" gue ingetin sekali lagi ya sama lo. Nathan ga akan pernah ninggalin gue. Dia nerima gue itu apa adanya. Jadi jangan asal bicara tentang pacar gue " pekik Dara lalu berjalan meninggalkan Kanaya dan Dava.

Namun baru tiga langkah ia berjalan, ia berhenti.

" Nay, kasih tau pacar tercinta lo itu. Kalo mau ngomong di pikir dulu. Ucapannya bisa nyakitin orang lain atau ngga " kata Dara tanpa menatap Kanaya lalu kembali melanjutkan langkahnya keluar kelas.

Kanaya mendengus kesal pada Dava. Ia benar-benar kesal dengan Dava karena tidak bisa mengontrol ucapannya. Ia tahu ini cuma akting, tapi baginya ini tetap kelewatan.

*             *              *

Radit tengah berjalan ke arah toilet, namun langkahnya terhenti kala mendengar seseorang memanggil namanya.

" Radit!!! "

Radit melihat Dara tengah duduk di tangga. Radit mengernyit heran, ah mungkin ini saatnya ia menunjukkan aktingnya. Radit menghampiri Dara.

" lo ngapain disini? " tanya Radit.

Radit dapat melihat wajah kesal, sedih, dan marah bercampur jadi satu. Ia tahu kalau Nathan sudah menjalankan misinya tadi pagi. Atau mungkin Dava dan Kanaya juga sudah? Ah semoga saja.

" pengen sendiri " jawab Dara

" terus kalau pengen sendiri ngapain manggil gue? Ga jelas banget " kata Radit dengan nada di buat seketus mungkin.

Lalu Radit berjalan meninggalkan Dara. Dara memanggilnya. Namun Radit tak menghiraukan. Ia sempat terkikik melihat muka kesal Dara. Namun ada setitik rasa kasihan melihat gadis itu di kucilkan seperti.

*            *            *

Yuna sedang berjalan bersama temannya. Beruntung saat ini kelasnya sedang jam kosong. Namun tiba-tiba ia merasa ingin buang air kecil.

" bentar ya Dil, gue mau ke toilet dulu " kata Yuna.

" iya Yun " kata Dila.

Yuna segera ke toilet. Setelah selesai, ia mencuci tangannya di wastafel. Sampai ada seseorang yang membuka salah satu bilik kamar mandi. Ternyata orang itu adalah Dara. Dara tersenyum lebar.

" eh Yun, ga belajar? " tanya Dara.

" engga, ya udah gue duluan ya "

Buru-buru Yuna pergi meninggalkan Dara di kamar mandi.

Dua hari sudah berlalu. Dan dua hari juga Nathan, Kanaya, Dava, Radit, dan juga Yuna bersikap seolah menjauhi Dara.

Dara juga sempat meminta maaf kepada Dava dan Dava sempat goyah namun ego nya untuk membantu Nathan kembali menguasainya dan ia pun mengabaikan Perminta maafan dari Dara.

Bahkan sampai pelajaran Bahasa Indonesia tadi, kelas Kanaya di beri tugas membuat surat rahasia. Dan kebetulan Kanaya mendapat surat yang ia yakini punya Dara. Semua itu tampak di saat Kanaya membacakannya di depan kelas dan ekspresi Dara seperti cemas. Setelah membaca surat itu, Kanaya ingin berlari ke arah Dara lalu memeluknya dan meminta maaf kepada Dara atas sikapnya yang hanya akting itu. Namun jika ia melakukan itu maka misi Nathan akan hancur berantakan.

Lalu saat Yuna tengah duduk di taman sambil membaca novel, ia merasakan kehadiran seseorang di sampingnya. Ia melirik, ternyata Dara. Ia mendengar Dara curhat tentang Kanaya dan Dava.
Yuna tak ingin Dara mengeluh lebih banyak lagi. Namun dengan terpaksa ia nengusir Dara.

Lalu puncak dari misi Nathan adalah membuat Dara marah besar. Kali ini yang terlibat hanya ia dan Yuna. Yuna mengatakan kalau ia tadi melihat Dara ke toilet. Lalu Nathan dan Yuna sengaja berdiri di dekat tangga menuju kantor guru.

Tepat saat Dara keluar, Nathan dengan sengaja melingkarkan tangannya di pinggang Yuna dan mereka saling bertatapan. Ia yakin Dara pasti melihat adegan ini. Bahkan ia dapat mendengar derap langkah cepat mendekat ke arahnya. Dan ia merasa tangan nya di tepis kasar dan terlepas dari pinggang Yuna.

" apa-apaan ini? Apa-apaan kalian hah? " pekik Dara dengan nafas memburu tanda ia sedang marah

Nathan dapat melihat kilatan amarah di mata Dara. Kata umpatan, makian, semuanya terlontar dari mulut Dara. Ia dapat melihat jelas kalau Dara benar-benar marah besar.

" lo adalah manusia paling jahat yang pernah gue temui Nath, dan lo Yuna, ini untuk pertama kalinya gue nyesel kenal sama lo! Gue nyesel pernah jadi sahabat lo, lo emang musuh dalam selimut " kata Dara menatap Yuna sengit.

Hati Nathan seperti teriris mendengar ucapan Dara. Ia tahu ini semua Terlihat jahat di mata Dara. Ia ingin merengkuh tubuh Dara. Apalagi saat gadis itu mulai meneteskan air matanya. Tapi jika itu di lakukan, semuanya akan berantakan. Persiapan yang ia lakukan di jauh-jauh hari akan sia-sia.

Nathan segera berjalan meninggalkan Dara sambil menggandeng tangan Yuna. Namun dua orang itu tidak pergi sungguhan. Melainkan bersembunyi di balik tembok. Nathan dapat melihat tangis Dara pecah di sana. Ia tak tega melihatnya.

" Yun, sumpah gue ga tega liat nya " kata Nathan.

Ia hampir berlari kalau saja Yuna tidak menahan tangannya.

" kalo lo samperin dia semua usaha lo bakal sia-sia " kata Yuna membuat Nathan diam di tempatnya menyaksikan orang terkasihnya hancur.

Lalu keesokan harinya, Nathan mendapat kabar kalau Dara sakit.

" gue rasa sampe disini aja. Ini udah cukup. Gue ga tega liat dia kayak kemarin " kata Nathan.

" yaudah. Kalo gitu nanti gue yang temui Dara di rumahnya " kata Kanaya.

Semua pun mengangguk setuju. Lalu sesudah magrib, Kanaya  ke rumah Dara. Dan syukurlah ternyata gadis itu tidak benar-benar sakit. Ia mengajak Dara ke taman dekat rumah Dara. Ia sengaja meninggalkan Dara dan ikut bergabung dengan temannya yang lain. Lalu Nathan berpura-pura menculik Dara.

Hal yang paling mengesankan adalah di saat Dara menatap Nathan dengan tatapan penuh cinta, kerinduan, sayang, rasa tak mau kehilangan di kala Nathan membuka kain hitam yang menutupi wajah Dara.

-------------------

Salam Author Manis:*

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience