Hari-hari yang di jalani Kanaya menjadi berwarna semenjak berteman dengan Dara,Dava,Nathan,dan juga Radit. Mereka bahkan akrab sekali seperti sahabat lama yang baru bertemu setelah berpisah bertahun lamanya. Banyak mata yang memandang iri pada Kanaya karena bisa akrab dengan para most wanted Jaya Bakti.
Mereka sering menghabiskan waktu bersama entah di sekolah atau pun di luar. Apalagi jika hari libur. Mereka biasa nya akan menghabiskan waktu dengan nonton atau berbelanja. Kalo itu sih kebiasaan nya Dara. Kanaya sendiri ia tak terlalu suka menghabiskan uang untuk hal yang tidak penting. Ayah dan bunda nya selalu menanamkan untuk hidup hemat. Kanaya lebih suka menghabiskan waktu nya dengan membaca buku. Biasa nya Dara juga akan menemaninya. Tapi jangan sangka kalau Dara juga akan membaca buku. Karena itu tidak ada di dalam kamus seorang Nadara Anastasia. Iya. Dara memang sangat malas jika harus membaca buku. Ia lebih suka membaca lewat ponsel nya. Padahal kan intinya sama saja. Yaitu membaca. Entah lah. Mungkin menurut Dara itu berbeda. Terkadang juga Kanaya dan Dara ikut menemani Radit,Nathan,dan juga Dava berlatih basket.
Seiring berjalannya waktu,karena keterbiasaan Kanaya bersama tiga lelaki itu. Kanaya menaruh perasaan simpati pada Dava. Sejak kapan? Entah lah. Yang jelas Kanaya sering memperhatikan Dava dan apa yang tengah di lakukan lelaki itu.
Begitu juga dengan Dava. Bukannya ia tidak tahu Kanaya sering memperhatikannya. Bahkan ia kadang tersenyum sendiri karena di perhatikan seperti itu. Seperti saat ini ketika dirinya tengah duduk di bawah pohon beringin besar di depan kelas X IPA II. Di bawah pohon itu di buat tempat duduk dari semen. Suasana di sini sangat cocok untuk bersantai. Di tambah lagi dengan sepoi angin menambah kesan sejuk di tempat ini. Dava dapat melihat Kanaya tengah mencuri pandang ke arah nya. Tanpa pikir panjang,Dava bergerak menghampiri Kanaya yang membuat Kanaya gugup segera mengalihkan pandangannya. Dava duduk di samping Kanaya yang saat itu ada di bangku taman tak jauh dari tempat Dava tadi.
" kalo ngeliatin gausah ngintip-ngintip gitu. " ucap Dava menyindir Kanaya
" ih siapa juga yang ngeliatin " Kanaya pun mengelak. Masa iya mau mengakui? Malu dong.
" gue punya dua mata yang masih berfungsi dengan sangat-sangat baik. Jadi ga mungkin kan gue salah lihat? " ucap Dava lagi memojokkan Kanaya
Kanaya mengalihkan pandangannya ke arah depan sambil mendumel. Sedangkan Dava hanya terkekeh.
" iya tau deh yang habis patah hati " senyum kemenangan muncul pada bibir tipis Kanaya kala melihat ekspresi kesal Dava.
" gausah bawa-bawa tentang patah hati ya. " rutuk Dava.
" kenapa? Gabisa move on ya? " ledek Kanaya lagi.
Dava memutar bola mata nya jengah. Kalau seperti ini mah namanya senjata makan tuan.
" kok diem? Bener dong gue? " Kanaya bersuara lagi.
" serah lo deh serah " lebih baik Dava menyerah dari pada harus meladeni gadis di sampingnya.
Gadis itu tertawa karena kemenangannya dalam berdebat. Seperti nya ini karena kebiasaannya berdebat dengan Satria.
Dava menatap Kanaya itu sampai Kanaya menatap balik mata Dava. Ingin berpaling tapi rasa nya tatapan itu mengunci mata Kanaya untuk tetap seperti ini. Sampai akhirnya Dava yang memutuskan kontak tatapan itu.
" Nay " panggil Dava.
" hm "Â Kanaya menyahuti nya dengan deheman.
" kalo gue suka lo gimana? " ucap Dava tiba-tiba.
Kanaya dengan cepat menolehkan pandangannya menatap tak percaya.
*Â Â Â Â Â *Â Â Â Â Â *
Radit dan Nathan tengah berjalan di koridor kelas Bahasa. Banyak siswi yang sengaja memasang wajahnya untuk menarik perhatian Radit. Biasanya jika sudah seperti ini Radit akan menggoda salah satu dari mereka. Tapi tidak untuk kali ini. Radit bahkan tak menghiraukan tatapan itu. Dia berjalan melewati siswi itu. Tentu saja hal itu membuat Nathan yang berada di sampingnya itu mengernyit heran. Ada apa dengan lelaki ini? Tidak seperti biasanya.
Kali ini tujuan mereka adalah ruang band yang saat ini di kelola oleh Dava. Setidaknya pada jam istirahat seperti ini mereka ingin sedikit duduk di ruangan ini. Ruangan ini ber-Ac makanya mereka mau kesini. Dasar. Maunya gratisan. Hehe.
" dit " panggil Nathan berniat menanyakan sikapnya tadi.
" apaan " jawab Radit sambik memainkan gitar dengan cara petik.
" gue liat lo beda deh hari ini " tanya Nathan.
" beda gimana? " Radit masih tetap berkutat dengan gitarnya
" lo kok tumben sih nyuekin cewek-cewek di koridor tadi. Biasanya main sosor aja lo " kata Nathan
" oh itu. Kenapa emangnya? " jawab Radit dengan santainya.
" ya kenapa gitu? Ada hal apa yang bikin lo kayak gini? " tanya Nathan lagi.
" gue mau berhenti Nath "
" berhenti apa? "
" ya berhenti. Berhenti mainin hati cewek. "
Jika saja rahang nya tak kuat. Mungkin sudah jatuh ke lantai mendengar ucapan Radit tadi. Berubah? Yakinkah itu?
" lo yakin? Emang bisa? " tanya Natha mencibir.
" kenapa ngga? Lagian gue juga udah suka sama cewek. Suka dalam artian suka beneran. Dari hati gitu. Makanya gue sekarang bersikap biasa aja kalo sama cewek lain " papar Radit
" cewek? Siapa? " tanya Nathan penasaran siapa cewek yang berhasil merebut hati seorang playboy cap kampak seperti Radit ini.
" Dara " ucap Radit dengan senyum miring.
Sontak Nathan membulatkan matanya
" lo?! " baru saja Nathan akan melayangkan tinju nya tapi Radit malah tertawa keras.
Membuat Nathan menghentikan tangannya.
" ya bukan lah. Yakali gue nikung lo " ucap Radit setelah menyelesaikan tawanya
" ish! Gue kira beneran " umpat Nathan merasa di bodohi oleh Radit
" Kanaya Nath " ucap Radit
" hah? " Nathan kaget
" iya Kanaya. Gue suka sama dia. Dan gue ga akan main-main sama dia " ucap Radit dengan Nada serius.
" ya gue sih ga ngelarang lo mau deketin Kanaya. Asalkan lo ga main-main sama dia. Dia gadis yang baik Dit. " Kata Nathan menasehati.
Radit pun tersenyum menganggukkan kepalanya sampai ada seorang yang membuka pintu. Ternyata Dava. tampaknya lelaki ini sedang bahagia.
" kenapa lo? " tanya Nathan
" gue punya kabar gembira " ucap Dava girang
" apaan? Lo dapet lotre? " tanya Radit asal.
" ya bukan lah. Gue.... " sengaja menggantungkan kalimatnya.
" gue apa? " tanya Radit tak sabar.
" gue jadian sama Kanaya " ucap Dava girang.
Jleb!
Rasanya Radit seperti di jatuhkan dari langit begitu mendengar ucap Dava. Jadian? Mereka jadian? Lalu bagaimana dengan perasaannya pada Kanaya? Baru saja ia merasakan benar-benar apa itu cinta tapi kenapa harus seperti ini?
Tapi jika melihat ekspresi bahagia Dava. Radit tidak bisa jika harus mengatakan apa yang dia rasakan. Mungkin Kanaya adalah obat patah hati Dava karena di tinggalkan Yuna ke Australia.
Dan juga perubahan ini. Perubahan ini ia lakukan untuk menarik perhatian Kanaya. Tapi tidak. Ia berubah karena memang ingin berubah ya walaupun Kanaya adalah motivasinya untuk berubah menjadi lelaki yang lebih baik. Lelaki yang lebih bisa menghargai perasaan wanita. Dia bukan lagi Radit yang dulu. Dia bukan Radit yang akan selalu menggoda para wanita. Bukan. Dia hanya pernah seperti itu. Tapi untuk sekarang dan seterusnya. Radit bisa pastikan itu.
Biar lah. Biar lah Radit mengalah untuk Dava. Bukankah seseorang yang mencintai dengan tulus harus merelakan orang yang di cintai bahagia? Mungkin dengan ini caranya.
Nathan melihat cemas ke arah Radit. Namun lelaki itu tersenyum seolah mengatakan ' im Ok '.
---------------
Salam author manis:*
Share this novel