Waktu terasa berjalan begitu cepat. melewati hari yang melelahkan dan otak di kuras habis karena harus berfikir dalam mengerjakan ujian akhirnya para siswa di hantarkan pada liburan semester. Jika sudah di hadapkan pada liburan semester seperti ini,kebanyakan para pelajar akan menggunakan waktu itu untuk liburan. Sama seperti lima manusia yang tengah berkumpul di sebuah caffe outdoor yang memiliki nuansa tradisional. Karena kebanyak dekorasi nya berasal dari bambu-bambu yang di susun dan di jadikan sekat-sekat. Juga interior nya terlihat sederhana namun terkesan elegan.
Lima manusia itu terlihat sedang berdiskusi untuk merencanakan liburan. Terkadang mereka ribut karena beradu pendapat. Terkadang juga diam karena sibuk dengan pikiran masing-masing.
" gimana nih? " tanya salah satu perempuan di sana yang tak lain adalah Dara
" ya gimana? " Radit malah tanya balik.
" ish elah di tanyain malah tanya balik " sungut Dara yang di sahuti dengan kekehan dari Radit
" gimana kalo ke Jakarta? Kita ke ancol gitu " Nathan bersuara mengeluarkan pendapatnya.
" ah ngga deh. Bosen kali liburan ke kota mulu " Radit menolak lagi.
Ya. Memang sedari tadi usul dari temannya tidak di terima Radit. Yang alasannya jauh lah,kedekatan lah,ga bagus lah,nah sekarang? Bosen lah. Duhh Radit ini memang susah sekali di ajak kompromi.
" ya elah lo dari tadi nolak mulu emang lo punya ide kita mau liburan kemana? " kali Dava mengangkat suaranya karena geram akan sikap Radit.
Radit pun menggaruk tengkuknya yang tak gatal lalu menggelengkan kepalanya sambil nyengir
" engga "
" nah yaudah gausah protes aja lo " ujar Dara
" gimana kalo camping? " kata Kanaya tiba-tiba mengeluarkan ide yang ada di fikirannya sejak tadi.
" camping? " tanya Dara memastikan
" iya camping " jawab Kanaya meyakinkan.
" iya tapi dimana? " tanya Radit
" dimana ya " gumam Kanaya
" di puncak " cetus Dava
" nah! Itu tuh. Cocok banget. Gue setuju " seru Radit kegirangan
" oke. Jadi fix nih? " tanya Dara lagi
Semua pun mengangguk setuju.
* * *
Dava tampak sibuk mengemasi barang untuk ia bawa ke puncak besok. Dia tidak terlalu suka membawa banyak barang. Dia lebih suka praktis. Sampai ada seseorang yang berdiri di ambang pintu. Dava melirik sebentar lalu melanjutkan aktivitasnya lagi.
" daripada lo bengong di pintu gitu mending lo bantuin gue deh " kata Dava tanpa melihat orang yang ada di ambang pintu.
Orang itu pun menghampiri Dava. Bukannya mengikuti perintah Dava untuk membantu nya,orang itu malah duduk di kasur sambil memperhatikan apa yang Dava lakukan.
" Mau kemana lo? " tanya orang itu.
" kepo lo " jawab Dava
" ish bang Dava nih " gerutu orang itu.
Dava hanya menggendikkan bahu nya tak peduli. Orang memang selalu mengganggunya dan selalu ingin tahu apa yang Dava lakukan.
" bang ih mau kemana? " tanya orang itu lagi dengan geram.
" apaan sih Van. Berisik banget lo " kata Dava kesal.
Orang itu adalah Vani. Adik Dava satu-satu nya yang setiap harinya selalu merecoki Dava. Dia duduk di bangku SMA. Dan sekarang sudah kelas 11. Tapi dia sekolah di SMA yang berbeda dengan Dava. Kenapa begitu? Karena dengan alasan Vani tidak ingin di anggap cenayang oleh Dava yang kemana pun selalu mengikutinya.
" ya gue tanya ih. Jawab kenapa " tak ada kata menyerah bagi seorang Vani untuk mendapatkan sesuatu.
Termasuk jawaban dari Dava yang ia tunggu sejak tadi.
" gue mau camping ke puncak. Puas? " jawab Dava akhirnya.
Daripada Vani terus bertanya membuat pusing kepalanya.
" seru dong. Siapa aja? " tanya Vani antusias
" banyak. Bantuin gue elah " kata Dava lagi
" ogah " tolak Vani
" Ya udah sana-sana pergi. Bukannya bantuin malah ngerusak pemandangan tau ngga " usir Dava sambil mengibaskan tangannya mengusir Vani
" yaelah nih orang jahat amat sama adek nya. Kena karma baru tau rasa lo. Bila perlu nanti di buatin film nya dengan judul ' seorang kakak yang jahat kepada adik nya jenazah nya tidak di terima bumi ' " Vani mengeluar ocehannya dengan menyebut salah satu tayangan azab yang sedang boomong saat ini.
Dan dengan judul yang tentunya ia karya sendiri. Membuat Dava memutar bola matanya kesal. Lalu membiarkan Vani tetap berada di kamarnya. Mau di usir dengan cara apapun dia tidak akan pergi. Tapi jika sudah bosan ia akan keluar sendiri.
" dasar korban sinetron " cibir Dava
" ya bodo " kata Vani tak mempedulikan cibiran abang nya itu.
Beberapa saat terjadi keheningan di antara mereka. Dava yang sibuk dengan barangnya dan Vani yang sibuk memperhatikan Dava.
" bang " panggil Vani lagi
" apa " jawab Dava malas
" gimana hubungan lo sama kak Naya? " tanya Vani
" ya ga gimana-gimana. Ya baik-baik aja sih. Emang kenapa? "
" ya ga papa. Semoga lo sama dia baik-baik aja ya. Gue liat dia juga sayang banget sama lo "
" dari dulu orang yang jadi pacar gue itu ya pasti sayang lah sama gue. Kalo ngga ga mungkin kan pacaran. "
" yakin? "
" iya lah "
" kalo sayang sama lo terus gimana sama kak Yuna yang tiba-tiba pergi ninggalin lo tanpa alasan yang jelas? Yakin itu bisa di bilang sayang? " kata Vani menyinggung tentang Yuna.
Sontak Dava langsung menghentikan gerakannya lalu menatap Vani. Vani yang di tatap Dava hanya menaikkan alisnya sebelah menunggu jawaban dari Dava. Terdengar Dava menghela nafas.
" dia pasti punya alasan Van kenapa dia ninggalin gue waktu itu " ujar Dava pelan meskipun ia tak tahu apa alasan Yuna meninggalkannya dulu
" tapi ngga gitu juga kan bang cara nya. Sumpah waktu itu gue ngga terima dia ninggalin lo gitu aja. " ucap Vani dengan menggebu-gebu
" yaudah lah Van. Udah lalu juga " ucap Dava akhirnya
Vani pun hanya mengangguk. Lalu menghela nafas berat.
" gue ke kamar dulu ya. Ngantuk. Night bang " ucap Vani lalu melenggang pergi dari kamar Dava.
" Night "
Meninggalkan Dava dengan fikiran yang melayang pada kejadian dua tahun lalu. Tepat ketika ia masih kelas satu SMA. Kembali bernostalgia dengan kenangan ntah itu kenangan indah atau pun pahit Dava juga tak mengerti.
Flashback on
Dua tahun yang lalu.
Terlihat sepasang kekasih yang tengah duduk di taman. Tak ada pembicaraan di antara mereka. Yang ada hanya bunyi kicauan burung dan deru angin yang menyibakkan rambut sang perempuan. Sedang kan yang laki-laki hanya sibuk menekuri rumput yang ada di bawahnya. Seperti nya itu lebih menarik daripada perempuan yang ada di sampingnya.
" Dav " panggil perempuan itu.
Yang di panggil hanya diam saja seolah tuli.
" Dava aku punya alasan kenapa aku harus pergi " perempuan itu berujar lagi.
Lelaki bernama Dava itu menoleh. Tersenyum miris melihat orang yang telah mengisi hari-hari nya pada enam bulan terakhir ini.
" kalo kamu punya alasan seharusnya kamu kasih tau aku apa alasan kamu pergi Yun " kata Dava pada perempuan yang di panggil ' Yun ' itu.
" aku ga bisa kasih tau kamu Dav. Maaf " ucap perempuan itu yang bernama Yuna.
Tampak sebulir air mata jatuh di pipi nya yang mulus itu.
" kenapa? Kamu anggap aku apa Yun? Sampai-sampai kamu ga bisa ngasih tau alasan kenapa kamu pergi " kali ini Dava menaikka oktaf suaranya
Geram melihat kekasihnya yang diam tak memberi tahu alasa kenapa dia pergi meninggalkan Dava.
" Dav aku mohon kamu ngertiin aku Dav "
" kalo kamu mau aku ngertiin kamu. Kamu juga harus ngertiin aku Yuna "
" tapi untuk kali ini aku ga bisa Dav. Please " ucap Yuna menangis tersedu-sedu
" terserah kamu Yun. " Dava pun bangkit dari duduk nya berjalan meninggalkan Yuna
Hatinya sakit. Bahkan sakit yang teramat dalam. Di tinggalkan tanpa alasan yang jelas?. Hei. Ini hati. Bukan baja. Siapa yang tidak rapuh jika di seperti ini kan?
" Dav. Aku janji kalo aku kembali nanti kamu orang pertama yang aku cari Dav. Aku cinta kamu " teriak Yuna masih di tempat yang sama.
Dava dapat mendengar itu namun tak di hiraukan. Dia sudah terlanjur kecewa dengan Yuna. Dan ucapan yang ia dengar tadi mungkin hanya bualannya saja. Cinta? Dava tersenyum miris. Kalo cinta ga mungkin kayak gini.
Sampai pada esok hari nya Dava mendapat pesan dari Yuna yang berisi kalo dia akan berangkat ke Australia sekarang. Ternyata benar. Perempuan itu pergi meninggalkan. Dava tak membalas pesan itu dan memilih mengubur dalam perasaanya pada Yuna. Daripada hanya sakit yang ia dapat.
---------------------
Salam Author Manis:*
Share this novel