Tidak ada yang lebih menyenangkan dari apa yang kita ekspetasikan sesuai dengan realita.
Sebulan berlalu. Tidak ada hal buruk terjadi setelah dimana Yuna kembali masuk dalam lingkup Dava sebagai sahabatnya. Dia bahkan lupa bahwa dulu persahabatan itu terjadi karena sebuah perjanjian. Begitu juga dengan Radit, Nathan, dan juga Dara. Seperti nya mereka juga melupakan tentang perjanjian yang di buat satu bulan lalu.
Apalagi Yuna tak pernah mengatakan apapun kepada Kanaya. Hal itu mampu membuat Dava dan yang lainnya berasumsi kalau Yuna memang benar-benar tulus untuk bersahabat dengan mereka.
Sudah dari satu minggu yang lalu, para siswa kelas tiga di sibukkan dengan persiapan ujian yang akan di laksanakan minggu depan. Tidak ada kata berleha-leha bagi kelas tiga. Mereka selalu memanfaatkan waktu luang untuk belajar.
Seperti yang di lakukan oleh Dava, Kanaya, Dara, Yuna, Nathan, dan juga Radit. Kebetulan hari ini di adakan rapat guru yang membahas tentang ujian nasional. Waktu luang itu mereka manfaatkan untuk belajar.
Kali ini tempat yang di pilih mereka ada di salah satu kafetaria di dekat sekolah. Selain tempat nya outdoor, harga menu yang di sajikan pun tidak terlalu menguras kantong pelajar.
Mereka tampak sibuk berkutat dengan buku-buku tebal yang penuh di meja. Terkadang mereka saling bertanya, berdebat karena berbeda pendapat, diam karena sedang berfikir.
Dara tiba-tiba menutup buku yang sedang ia baca. Suara yang di timbulkan membuat yang lainnya menatap Dara heran.
" kenapa? " tanya Nathan.
" sumpah mual gue liat tulisan-tulisan di buku ini. Kalo bukan karena ujian ogah gue nge-date sama buku-buku itu " kata Dara dengan nada geram.
Hal itu sukses membuat yang lainnya tertawa. Nathan pun tertawa melihat muka kesal pacarnya itu. Tangannya tergerak mengusap sayang pucuk kepala Dara. Mendapat gerakan tiba-tiba dari Nathan, sontak membuat pipi Dara bersemu malu.
" ceileh si ratu bar-bar, geli gue liat muka merah lo " goda Radit diiringi tawa jahat.
Warna merah karena malu di pipi nya akibat sikap Nathan pun berubah menjadi merah padam karena marah mendengar godaan Radit tadi.
" apa sih lo! Sewot banget jadi cowok. Dasar nyinyir " tukas Dara.
" udah deh ya. Kalian ini kalo ketemu pasti berantem " kata Kanaya melerai.
" iya nih. Ga capek apa? Yang denger nya aja capek loh " timpal Yuna.
" eh besok sekalian aja di adu di ring MMA " tambah Dava menambah kesan panas bagi Dara.
Ucapan Dava sukses membuat yang lainnya tertawa terbahak-bahak. Dara menatap Nathan dengan tatapan puppy eyes nya berharap lelaki itu bisa melindunginya dari bully-an teman-temannya. Namun hasil nya nihil. Lelaki itu malah ikut tertawa tanpa mempedulikan tatapan dari Dara.
Dara memajukkan bibirnya beberapa senti. Tangannya bersedekap di depan dada. Duduk nya ka geser menjauh dari Nathan menandakan bahwa ia kesal dengan lelaki itu. Wajahnya di tekuk. Jika sudah seperti ini, fiks! Dara sudah ngambek.
" yah ngambek nih " ucap Radit dengan nada dibuat-buat.
" wah jahat lo pada, ngambek nih cewek gue, udah ah jangan di bully lagi " kata Nathan membela Dara.
Dara memutar bola mata nya jengah. Telat! Batinnya. Ia membutuhkan Nathan untuk membela tadi, bukan sekarang. Kalau sekarang sama saja. Ia sudah terlanjur badmood.
" aelah ngambekan amat Dar, " kata Dava.
" ih Dava nih. Udah deh minta maaf sama Dara, jahat banget jadi orang " kata Yuna
Dava hanya terkekeh kecil.
" ga ah. Ogah gue " tolaknya sambil tertawa
" Dav, minta maaf " kali ini Kanaya yang meminta.
" masa cuma aku doang, kan Radit juga terlibat " kata Dava membawa nama Radit.
" itu artinya kalian berdua harus minta maaf sama Dara, udah buruan " kata Yuna lagi.
Dengan malas mereka berdua meminta maaf pada Dara. Awalnya gadia itu tidak mau memaafkan
Namun karena bujukan dari Yuna dan juga Kanaya, hatinya luluh juga. Apalagi setelah Yuna dan Kanaya memarahi Radit dan Dava seperti anak kecil membuat Dara tertawa senang. Lidah nya ia julurkan tanda ia mengejek Radit dan Dava yang takut pada omelan dua temannya itu.
*Â Â Â Â Â Â Â Â *Â Â Â Â Â Â Â Â Â *
Ponsel Kanaya berdering sejak ia tinggalkan dari kamar mandi. Setelah pulang belajar tadi, ia langsung membasuh tubuhnya. Setelah berganti pakaian, ia mengambil ponsel yang ia letakkan di atas nakas. Ternyata grup chat yang di buat Dara satu bulan yang lalu yang di beri nama ' Suka-Suka Admin '. Anggota nya hanya ia, Dara, Yuna, Dava, Radit, dan juga Nathan. Kanaya membuka room chat untuk membaca apa yang di bicarakan teman-temannya.
Dara Maulina :
guys! Besok kan kita libur, gimana kalo kita jogging bareng?
Raditya Anggara :
Males ah. Udah kurus gue. Masa mau diet lagi:D
Dara Maulina :
Apaan sih Dit. Kalo lo ga mau ya udah. Gue ga maksa.
Nathan Frandika Pratama :
Buset nih bocah berdua berisik amat-,
Raditya Anggara :
Cewek lo rese' Nath.
Dara Maulina :
Ish! Apaan sih Dit. Orang lo duluan kok.
Akaila Elyuna :
-Dara- oke. Gue setuju. Gue juga bosen di rumah mulu.
Dara Maulina :
Sekarang gini aja deh. Siapa aja yang mau ikut? Biar nanti kita ketemuan di lokasinya.
Akaila Elyuna :
Gue ikut:)
Nathan Frandika Pratama :
Gue ikut bei:*
Raditya Anggara :
-Nathan- ish norak alay lebay
Nathan Frandika Pratama :
-Raditya- sirik bocah. Nyinyir aja lo
Dava Sanjaya :
Gue ikut Dar.
Kanaya Evrilya Putri :
Gue juga.
Dara Maulina :
oke besok gue share location nya.
Chat dari Dara adalah pengakhir dari percakapan dalam grup. Kanaya meletakkan kembali ponselnya lalu ia berjalan menuju ruang tv. Di sore hari seperti ini biasanya akan ada disney kesayangannya. Dan benar, disney peri kecil Tinkerbell sedang tayang. Untuk kali ini ia mensyukuri karena tidak ada Satria di rumah. Karena jika lelaki itu di rumah sudah pasti ia akan mengacaukan kesenangan Kanaya.
*Â Â Â Â Â Â Â *Â Â Â Â Â Â Â *
Pagi yang cerah sangat cocok untuk jogging. Sesuai yang di rencakan kemarin, Dava, Kanaya, Yuna, Radit, Nathan, dan juga Dara sudah dua kali mengeliling taman yang ada di dekat perumahan Dara.
Taman ini tidak terlalu luas. Namun jika untuk dua kali putaran mampu menguras keringat. Saat ini mereka tengah duduk di bangku yang terbuat dari semen berukuran panjang.
" gue jamin setelah ini berat badan gue turun " ucap Dara sambil mengatur nafasnya.
" bener Dar, kayaknya gue juga. Capek banget lagi " tambah Kanaya.
" yaudah gue beli minum dulu ya " kata Yuna sambil berjalan mencari kedai yang menual minuman.
" gue cari toilet dulu deh. " kata Dava lalu pergi.
Saat selesai dari toilet, matanya melihat Yuna tengah kesusahan membawa enam botol air mineral dan beberapa makanan ringan. Inisiatif, Dava menghampiri Yuna.
" kalo susah itu bilang Yun. Biar di bantuin " kata Dava sambil mengambil alih enam botol air mineral itu ke tangannya.
Yuna tersenyum manis. Sangat manis sampai membuat Dava kembali terpesona? Mungkin. Namun saat Yuna kembali berjalan, kaki nya tersandung sehingga membuat badannya terhuyung ke depan. Dengan gerakan spontan, Dava menjatuhkan botol yang ada di tangannya lalu menangkap tubuh Yuna. Bukannya terselamatkan, Dava malah kehilangan keseimbangan tubuhnya membuat keduanya terhuyung ke belakang. Hal itu membuat Dava terjatuh dengan tangan menarik tubuh Yuna sehingga Yuna jatuh tepat di atas tubuh Dava.
Kedua nya sama-sama terpaku. Matanya saling bersitatap. Tatapan yang dalam membuat Yuna kembali terlempar ke masa lalu indah bersama Dava. Ia ingin seperti ini lagi. Ia ingin tatapan Dava hanya untuk nya. Ia ingin senyuman Dava hanya untuk nya. Dan ia ingin hati Dava hanya untuknya. Ia ingin Dava lagi. Mencintai. Ia masih sangat mencintai lelaki itu. Ia masih-
" Dava? Yuna? "
Suara itu sukses membuat Dava dan Yuna kembali ke alam sadar nya. Mereka berdiri canggung.
" Nay? Kamu kok di sini? " tanya Dava.
" ya karena Yuna ga balik-balik tadi. Makanya aku susulin ke sini " jawab Kanaya
" mm.... soal tadi lo jangan salah paham ya. Gue tadi kesandung terus Dava coba buat nangkap gue tapi dia nya malah oleng ya udah kita jatuh tadi " jelas Yuna.
Kanaya tersenyum.
" iya. Gapapa "
" beneran sayang? " tanya Dava memastikan
" iya " jawab Kanaya meyakinkan.
Lalu mereka berjalan kembali ke tempat Dara dan yang lainnya.
Tepat jam 10 pagi, mereka menyudahi lari paginya. Mereka pun pulang. Dava mengantar Kanaya terlebih dahulu. Dalam perjalanan pulang, Dava berkali-kali melirik Kanaya. Apa mungkin ini waktu yang tepat untuk memberitahu Kanaya tentang Yuna?.
Kanaya yang menyadari Dava sering meliriknya pun balik menatap Dava.
" kenapa sih Dav? " tanya nya.
" ada yang mau aku omongin " kata Dava.
Iya. Mungkin ini waktu yang tepat. Daripada nantinya Kanaya tahu dari orang lain dan membuat ia salah paham kepada Dava, lebih baik Dava yang memberitahunya sekarang.
" ngomong apa? "
" soal Yuna "
" Yuna? "
Kanaya mengernyit heran. Ada apa dengan Yuna? Apa karena kejadian tadi? Tapi buat apa? Kanaya bahkan tidak marah sama sekali.
" sebenernya dia itu... " Dava menggantungkan kalimatnya.
Lalu kemudian melanjutkan lagi.
" mantan aku ".
Setelah mengucapkan kata itu, Dava melirik Kanaya. Ekspresi gadis terlihat kaget namun berusaha menutupi dengan ketenangan yang berusaha ia hadirnya.
" kenapa kamu ga cerita? " tanya Kanaya.
" aku takut kamu marah Nay, " jawab Dava pelan.
" ya ngga la Dav, ngapain aku marah? Ya cuma aku kecewa aja kenapa kamu baru cerita sekarang "
" ini yang aku takutin Nay, aku ga mau buat kamu kecewa "
" sejak kapan kamu pacaran sama dia? "
" dua tahun yang lalu Nay "
" perasaan kamu sama dia gimana sekarang? "
" aku udah ga ada perasaan sama sekali Nay. Bener deh. Cuma kamu yang ada di hati aku "
" yaudah. Kalau gitu ga ada perlu kamu takutin " kata Kanaya sambil tersenyum.
" kamu percayakan sama aku kalau aku cuma cinta sama kamu? "
" iya Dav. Aku percaya. Percaya banget malah. Aku yakin kamu ga akan khianati aku apalagi sampe ninggalin aku. Karena dalam hubungan, kalau kita tidak di landasi kepercayaan, hubungan itu tidak akan langgeng Dav. Lagian setiap orang mempunyai masa lalu Dav. Begitu pun aku. Sejak awal aku memilih kamu, sejak itu juga aku harus bisa menerima segala apa yang ada pada diri kamu termasuk masa lalu kamu. Dan tentang Yuna, aku malah seneng kamu bisa berhubungan baik sama dia. Karena mantan tidak harus menjadi musuh. Aku makih kagum sama kamu " papar Kanaya membuat Dava bernafas lega.
Ia kira setelah ia menjelaskan tentang Yuna, Kanaya akan marah. Namun tanggapan Kanaya sangat jauh dari ekspetasinya. Kanaya benar-benar dewasa dalam menanggapi segala hal.
Memang benar. Tidak ada gadis yang sedewasa ini selain Kanaya nya. Tidak ada gadis yang selalu memberi kepercayaan besar selain Kanaya nya. Tidak ada gadis yang selalu mendampinginya dalam keadaan apapun selain Kanaya nya. Tidak ada gadis yang menjadi pendengar yang baik selain Kanaya nya. Bahkan semua itu tidak di miliki Yuna dulu.
Dan hal yang paling penting adalah ia sangat mencintai Kanaya. Ia mencintai gadisnya itu lebih dari apapun.
-----------------
Salam Author Manis:*
Share this novel