Bab 30. Akhir Kita Bahagia

Romance Completed 12761

" jebak? " tanya Dava heran.

Yuna menegang kala ia menyadari kalau ia sudah keceplosan mengatakan rahasianya. Rahasia yang di simpannya rapat-rapat.

" bu...bukan gitu Dav ma..maksud aku..." Yuna gelapagan saat ia mau menjawab pertanyaan Dava.

" stop! " pekik Dava membuat Yuna terkejut.

" jebak? Jadi kamu yang jebak Kanaya? Jadi kamu yang bikin Kanaya di benci semua orang? Iya?! " pekik Dava di depan wajah Yuna.

Gadis itu memejamkan matanya takut dengan kemarahan Dava.

" jawab! " teriak Dava sambil mengguncangkan bahu Yuna.

" iya " lirih Yuna.

Dava terkejut. Tentu saja. Bagaimana mungkin orang yang pernah dengan amat sangat di cintainya adalah gadis yang licik? Menfitnah Kanaya dengan tuduhan menjijikkan seperti itu? Dava benar-benar tersulut emosi. Ia mendekat ke arah Yuna. Otomatis Yuna bergerak mundur. Hingga tubuhnya menabrak dinding kamar  Dava. Dava segera mengunci tubuh Yuna dengan kedua tangannya. Hal itu sontak membuat Yuna takut. Melihat Dava menatapnya dengan kilatan penuh amarah.

" kenapa? " bisik Dava

Yuna tak menjawab.

" kenapa?! " pekik Dava.

Air mata sudah membanjiri pipi Yuna.

" ga usah sok nangis! " bentak Dava.

" gue tanya kenapa Yuna?! " teriak Dava lagi.

" karena aku ga mau kamu bahagia sama Kanaya sedangkan aku? Aku harus tersakiti di sini! Aku ga rela Dav! Aku ga mau! Aku cuma mau kamu ada di samping aku. Aku cuma mau cinta kamu cuma buat aku Dav! " pekik Yuna.

Ia meluapkan semua emosinya. Ia menumpahkan semua perasaan yang terpendam di dalam dadanya.

" dengan cara lo memfitnah Kanaya yang ga tau apa-apa? Lo gila hah?! Lo sinting tau ga! Karena lo Kanaya menderita Yun! Sumpah gue ga nyangka sama kelakukan busuk lo ini " bentak Dava.

" andai aja kamu ga sama Kanaya. Kanaya bakal baik-baik aja Dav. Tapi sayangnya kamu cinta banget sama dia. Itu yang membuat aku benci dan berusaha menghilangkan dia hari dunia ini " kata Yuna diiringi tawa sumbang.

Dava langsung menatapnya tajam.

" jangan pernah lo ganggu Kanaya lagi " desis Dava.

" kamu terlambat sayang, Kanaya mungkin sekarang udah ada di alam bawah tanah " ucap Yuna sinis.

" apa maksud lo hah?! "

" kamu tau? Waktu kita perpisahan, aku pulang sendiri kan? Itu karena aku mau menghilangkan dia dari kehidupan kamu. Dan kayaknya keberuntungan itu berpihak ke aku. Kamu tau? Kanaya aku tabrak pake mobil. Dan wush.......... badan guling-guling di aspal dan bersimbah darah. Uhh.... kasian dan aku yakin kalo dia ga selamat " kata Yuna dengan nada mendramatisir.

Dava yang mendengarnya langsung memanas. Emosi nya kembali memuncak mendengar ucapan Yuna. Matanya memerah menandakan kemarahannya benar-benar di ubun-ubun.

" mau lo apa sih hah?! Kenapa lo nyelakain Kanaya? Kenapa bukan gue aja?! " pekik Dava

" aku mau nya kamu Dava!! Kamu! Berapa kali sih aku bilang? Aku cuma mau kamu! " teriak Yuna.

" Psikopat!!!! " teriak Dava kemudian berjalan cepat keluar.

*                *                     *

Di sebuah meja, tampak Radit dan Nathan tengah duduk berdua. Sedangkan Dara? Ia sedang bergabung dengan teman perempuannya.

Radit dan Nathan sedang menikmati makanan yang di hidangkan.

" menurut lo Dava yakin ga sih tunangan sama Yuna? " tanya Radit.

" kalo menurut gue antara iya dan tidak " jawab Nathan yang menurut Radit sangat tidak berfaedah.

" mending ga usah jawab deh " jengah Radit.

" maksud gue, antara dia memang mau tunangan sama Yuna dan tidak karena di hatinya masih ada Kanaya " jelas Nathan.

" kalo menurut gue mah tidak " kata Radit

" kita sama " balas Nathan.

Lalu tampak Dava dengan penampilan berantakan berjalan tergesa-gesa menuju meja Radit dan Nathan. Tatapannya menyorotkan amarah.

" Dit, gue mohon sama lo kasih tau di mana Kanaya berada Dit. Lo pasti tau kan? " kata Dava memohon.

Radit dan Nathan mengernyit heran.

" lah? Bukannya lo mau tunangan? Ini acaranya udah mau mulai loh " kata Radit.

Dara yang melihat itu pun segera menghampiri.

" ada apa sih? " tanya Dara.

" gue ga sudi tunangan sama cewek psikopat itu " kata Dava dingin.

" maksud lo? " tanya Dara.

" Yuna yang udah menjebak Kanaya dengan foto itu dan juga dia yang nabrak Kanaya " jelas Dava.

Radit yang mendengar itu segera naik pitam. Jadi gadis itu yang sudah membuat Kanaya sempat meregang nyawa?

Dara membekap mulutnya sendiri tak percaya. Selama ini, ia selalu menyudutkan sahabatnya yang hanya korban dari obsesi Yuna terhadap Dava. Ia benar-benar merasa bersalah.

" dasar cewek ga tau diri " desis Radit.

Ia baru saja menghampiri Yuna kalau Dava tidak menahannya.

" anterin gue ketemu Kanaya. Please " Dava memohon.

Radit menghela nafas panjang.

" oke "

Lalu mereka semua bergegas menuju rumah Radit.

*              *                *

Dava mengenyit heran. Kenapa Radit membawanya ke sebuah rumah? Bukankah kata Yuna Kanaya sudah tidak ada. Bukannya ia mendoakan seperti itu, hanya saja cerita Yuna tadi benar-benar seperti nyata.

" Kanaya masih hidup? " tanya Dava.

" lo berharap Kanaya ga ada? " kata Radit tajam.

Dava pun memilih diam. Yang ia rasakan hanyalah perasaan menyesal, malu, takut, rindu, semuanya beradu satu. Ia tak tau harus memulainya dari mana nanti. Ia takut kalau Kanaya tidak mau memaafkannya.

Mereka pun turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah Radit. Pukul menunjukkan 21.00 WIB. Mungkin Kanaya sudah tidur.

Radit pun menyuruh Dava menemui Kanaya di kamarnya. Sedangkan yang lainnya menunggu di bawah. Mereka memberikan waktu berdua untuk Dava dan Kanaya.

Dava berjalan menaiki tangga. Kemudian membuka knop pintu yang ia yakini adalah kamar Kanaya. Dan ternyata benar. Di dalamnya tengah terbaring seseorang yang selama ini ia rindukan. Wajahnya teduh ketika tidur seperti ini. Dava mendekat dan duduk di bibir ranjang. Ia meraih tangan yang sudah lama tak ia genggam. Rasanya masih sama seperti dulu.

" mungkin kata maaf belum tentu bisa membuat kamu memaafkan semua yang telah aku lakuin ke kamu Nay. Aku ga tau harus memulainya dari mana, yang jelas aku bener-benee nyesel udah nyakitin kamu " kata Dava pelan.

Kanaya yang merasa ada seseorang di kamarnya pun terbangun. Betapa terkejutnya ia saat melihat Dava ada di depannya dan tengah menggenggam tangannya.

" Dava? "

Dava hanya tersenyum. Kanaya bangkit dari tidurnya. Setelah itu Dava langsung merengkuh tubuh Kanaya. Ia sangat merindukkan saat-saat seperti ini. Ia menenggelamkan wajahnya di rambut Kanaya. Ia menghirup dalam aroma sampo yang menguar.

Kanaya tentu saja tekejut mendapat perlakukan seperti itu. Namun tak urung juga ia membalas pelukan Dava. Jika boleh jujur, Kanaya juga sangat merindukkan lelaki ini.

" kamu ngapain disini? Bukannya kamu mau tunangan sama Yuna? " tanya Kanaya setelah pelukan mereka terlepas.

" aku ga mungkin tunangan sama perempuan lain kalo hati aku aja ada di kamu " kata Dava.

Kanaya tersenyum mendengar ucapan Dava.

" Yuna? " tanya Kanaya

" aku udah tau semua nya Nay. Maaf kalo waktu itu aku ga mau denger penjelasan dari kamu. Maaf kalo waktu itu aku langsung percaya sama foto yang ternyata cuma jebakan dari Yuna. Maaf kalo aku terlalu menyakiti kamu " kata Dava.

Kanaya menangkup pipi Dava dengan kedua tangannya kemudian tersenyum.

" tanpa kamu meminta maaf pun, aku udah maafin kamu Dav. Karena ga ada alasan buat kamu marah terlalu lama sama kamu "

Mendengar itu, Dava kembali memeluk Kanaya. Rasa bersalahnya semakin memuncak. Ia tidak pernah menyesal mencintai gadis ini. Gadis yang tidak pernah memiliki rasa dendam padanya meskipun ia susah menyakiti terlalu dalam.

Tiba-tiba ada yang membuka pintu kamar Kanaya. Ternyata Dara, Nathan, dan Radit. Kanaya dapat melihat mata Dara sembab. Sepertinya gadis itu menangis.

" Nay " panggil Dara parau.

Gadis itu langsung memeluk erat sahabatnya. Air mata nya kembali tumpah. Gadis itu terus terisak tanpa berbicara sedikit pun.

" kenapa Dar? " tanya Kanaya lembut sambil mengusap pelan punggung Dara.

" maaf Nay. Gue udah salah nilai lo. Padahal kita sahabatan udah lama banget. Tapi gue masih belum bisa jadi sahabat yang baik. Gue nyesel Nay. Gue nyesel udah nyakitin lo dan lebih percaya sama Yuna. Maafin gue Nay " ujar Dara sambil terus terisak.

Kanaya melepas pelukannya kemudian menatap lembut Dara. Di hapusnya air mata yang membanjiri pipi sahabatnya itu.

" ngeliat lo ada di depan gue aja gue udah seneng banget Dar " kata Kanaya sambil tersenyum.

" lo maafin gue? " tanya Dara lagi.

" tanpa gue kasih tau pun lo pasti tau apa jawaban gue Dar "

" aaaa..... Kanaya! Makasih " Dara kembali memeluk Kanaya.

Bedanya kali ini Dara memeluk dengan senyuman yang terbit di bibirnya.

" gue rindu tingkat bar-bar lo " kata Kanaya.

" mulai LGBT " sarkas Radit.

" kacang-kacang! " sahut Nathan.

" ga papa Nath, nanti kacangnya lo kumpulin terus lo jual. Lumayan dapet duit " timpal Dava.

Dara menatap kesal Radit.

" dasar pengganggu! " omel Dara

" fiks, gue juga rindu omelan lo " kata Kanaya lagi.

Semua pun tertawa. Kanaya merasa bahagia kali ini. Rasanya kebahagian ini tidak ingin berhenti. Ia benar-benar rindu suasana dimana semuanya seperti dulu. Dava yang kembali ke sisinya. Sahabat-sahabatnya yang kembali berkumpul dengannya. Dan Radit, sosok yang selalu ada untuknya.

Mendapatkan restu dari Satria sebagai wali Kanaya lagi bukanlah hal mudah bagi Dava. Satria tetap bersikeras untuk tidak mengizinkan Kanaya kembali ke pelukan Dava. Apalagi mengingat lelaki itu telah menyakiti adiknya dengan sangat dalam. Hal itu tentu saja membuat Dava frustasi. Bagaimana pun ia sangat mencintai Kanaya. Ia bahkan rela melakukan apapun demi mendapatkan restu dari Satria. Namun Satria tetap lah Satria. Lelaki yang teguh dengan pendiriannya. Sekali tidak tetap saja tidak.

Tapi Dava juga tetaplah Dava. Lelaki yang akan terus berjuang demi mendapatkan apa yang diinginkannya. Yaitu restu Satria. Dan sepertinya keberuntungan memihaknya kali ini, Satria akhirnya luluh. Hal itu karena Kanaya yang terus memohon. Dan Satria tidak tega jika harus melihat adiknya murung.

Dan untuk lebih meyakinkan Satria bahwa Dava sangat mencintai Kanaya, Dava dan Kanaya pun akhirnya bertunangan. Ini merupakan pertunangannya yang kedua bagi Dava. Karena yang pertama gagal karena kelicikan Yuna.

Itu semua membuat Satria tersenyum lega. Semoga saja Dava memang benar-benar menjaga Kanaya. Adik nya. Keluarga yang ia punya sekarang.

*             *              *

Setelah lulus dari Jaya Bakti, tidak ada yang lebih menyenangkan dari liburan. Dan itu menjadi pilihan Dava dan sahabat-sahabatnya. Tentu dengan Kanaya juga. Mereka memilih berlibur ke pantai dan menyewa penginapan.

Hamparan laut yang luas terpampang indah di depan mata Dava dan Kanaya yang kini tengah duduk berdua di bibir pantai. Tidak ada suara di antara mereka kecuali deburan ombak yang terdengar merdu kali ini. Menikmati matahari tenggelam bersama orang yang di cintai memang lah sangat menyenangkan.

Kanaya menyandarkan kepalanya di pundak Dava. Jari mereka saling bertautan menandakan dua insan yang saling mencintai.

" apa yang kamu tau tentang definisi bahagia? " tanya Kanaya sambil mendongakkan kepalanya menatap Dava yang tengah menatap lurus ke depan.

Dava menundukkan kepalanya kemudian menatap lembut Kanaya. Tangannya membelai pipi Kanaya.

" bahagia bagi aku itu sederhana " jawab Dava.

Kanaya merengut kesal. Jawaban macam apa ini? Maksud Kanaya, ia ingin jawaban yang lebih rinci gitu. Ia pun memilih diam. Mood nya sudah hancur.

" kamu tau sesederhana apa? Cukup ada kamu, aku bahagia. " kata Dava.

Hal itu sontak membuat pipi Kanaya memanas. Dava selalu bisa membuat membaik.

" kamu tau? Kamu adalah orang yang pernah menjadi patah hati terhebat ku " kata Kanaya lagi.

Sekarang ia mengubah posisi duduk nya menjadi miring menghadap Dava. Wajah Dava terlihat keemasan karene efek cahaya matahari yang hampir tenggelam. Dava pun ikut mengubah posisi duduknya. Mereka duduk berhadapan saat ini. Dava menangkup pipi Kanaya dengan kedua tangannya.

" apa kamu juga tau? Aku merasa orang paling bodoh karena udah nyakitin berlian seperti kamu " kata Dava lembut.

Kemudian ia mendekatkan wajahnya ke Kanaya. Kemudian menyatukan kening nya dengan kening Kanaya. Mereka memejamkan matanya. Menikmati saat-saat paling membahagiakan ini. Tanpa mereka sadari, ada tatapan mata yang memandang mereka dari kejauhan. Tatapan yang sulit di artikan namun kemudian sebuah senyuman terbit di bibirnya.

" tidak ada yang lebih menyakitkan dari mencintai dalam diam dan merelakan demi sebuah kebahagian. Tapi bukankah ini arti dari sebuah mencintai dengan tulus? " gumamnya kemudian pergi meninggalkan dua insan yang tengah menikmati suasana romantis itu.

Aku ingin bercerita tentang seseorang yang kini bersamaku. Yang memberiku sebuah rasa. Yang mungkin semua orang ingin memilikinya. Awalnya semuanya berawal dari biasa saja. Itu lah dia. Mampu merubah jadi luar biasa.
Dear kamu:)
Kamu tahu? Tuhan punya banyak rencana untuk mengubah jalan cerita seseorang. Janga sampai Tuhan menghapusmu dalam cerita hidupku
- Kanaya Evrilya Putri.

Bagiku cinta itu sederhana. Hanya soal mencintai dan di cintai. Bukan hanya tentang kebersamaan dan memberikan bunga. Cinta lebih kepada kesungguhan untuk menyatukan dua hati yang berbeda dalam suatu komitmen yang sama
- Dava Sanjaya.

END

-----------------------

Huaaaaa:( akhinya selesai juga novel ini. Iya tau kok gaje. Ya wajar masih pemula ini hooh:v

Buat yang udah baca thanks banget. Jangan lupa komen dan vote ya.

Satu vote dari kamu berharga banget:*

Sampai jumpa di novel aku selanjutnya. Bye:* ( kiss jauh:v )

Salam Author Manis:*

Share this novel

Bergita Herin
2019-12-26 12:59:16 

bagus banget novel nya


NovelPlus Premium

The best ads free experience