Hampir 2 bulan selepas bulan madu mereka... Nadia seringkali kelihatan tidak sihat, manakala Chyril mengalami muntah-muntah. Walapun tidak teruk, tapi, keduanya memang memerlukan bantuan ibu, babah dan sikembar Arul dan Aril.
Ketika ini, Nadia dan Chyril sudahpun menetap di kondo yang dibeli Chyril berdekatan rumah orang tuanya dan berdekatan dengan pejabat mereka. Selama dua minggu ni, Arul dan Aril yang akan menghantar makanan dan dokumen yang memerlukan tandatangan Chyril dan Nadia.
"Sorry, Arul... Abang memang tak larat..."
"Takpe, bang... Nak buat macamana... Dah tak sihat... Err... Kakak macamana?"
"Ada je kat atas tu... Tengah berehat. Pergilah naik, tengok kakak..."
"Eh, tak payahlah... Ni, Arul hantar makanan... Ni ada ibu suruh bagi kat kakak..." Mangkuk tingkat dan beberapa kotak pregnancy test dihulurkan pada Chyril.
"Ok, bang... Arul nak sambung kerja..."
"Ok, Rul... Thanks a lot..."
"No prob, bang... Take care..."
"Ok..." Kerutan di dahi Chyril bertambah.
"Pregnancy test? Honey pregnant ke...?" Omel sendirian. Lantas kaki dibawa masuk ke bilik kelamin mereka.
"Baby... How are you...?"
"Getting better... "
"Come... Arul ada bawak makanan untuk kita..."
"Err, bestnya. Tapi, honey tak larat nak bangun... "
"Takpe, hubby suapkan ya...?"
"Tak susahkan hubby ke? Hubby pun tak sihatkan?"
"It's ok baby..."
"Takpelah hubby... Kejap lagi honey makan... Honey nak baring je..."
"Kalau macam tu... Jom ikut hubby..."
"Mana?"
"Kita masuk washroom... Come..."
"Nak buat apa...?"
"Honey... Kita buat pregnancy test... Jom..."
"Mana hubby dapat...? Honey tak beli pun..."
"Ibu yang kirimkan kat Arul..."
"Err... Betul ke?"
"Yes, baby... Come..." Nadia paksa dirinya untuk bangun dan mengikut Chyril ke dalam washroom... Hampir setengah jam mereka di dalam...
"Alhamdulillah... Thank you baby... Thank you so much... Hubby rasa bertuah sangat..." Kucupan dilauhkan ke dahi Nadia...
"Thanks to you too, hubby..."
"Ni mesti baby Langkawi ni..."
"Ish, hubby ni... Ada pulak cakap macam tu..."
"Yelah.... Kita honeymoon kat Langkawi sebelum pergi rumah ibu, kan...?"
"Ok, ok... Dah, dah! Hubby ni... Malulah..." Merona wajah Nadia. Chril memang selamba badak je...
"So, honey rasa dah berapa bulan...?"
"2 months..."
"Sure...?
"Not really... Tapi, berkemungkinan besar..."
"Takpe... Nanti kita scan, ya?"
"Tapi, honey rasa macam awal sangat... Kita tunggu next month... I mean, bulan ketiga... Mungkin kita akan nampak besar sedikit..."
"Ok... Hubby ikut je..."
"Thank you so much hubby... Emm... Boleh tak kita rahsiakan dulu berita berita baik ni dari semua... Honey, nak surprise bila dapat tahu jantina baby nanti..."
"Anything for you honey..."
"Err, hubby..."
"Yes, baby..."
"Honey nak..." Tak sempat habis butir bicara Nadia...
"Hubby?" Terus dicantas Chyril.
"Ish, hubby ni... Tak padan dengan tak sihat... Asyik nak je..."
"Eleh, cakap orang. Honey pun sama kan... Nak menempel kat hubby je... Nak tidur mesti nak tidur peluk hubby, kan... Kan? Kan?"
"Hubby pun sama, kan? Asyik tidur kat dada honey je..."
"Ok, ok... Hubby surrender... Hubby mengaku hubby tak boleh tidur, kalau honey takde... Memang hubby nak tidur kat dada honey sebab kat situ rasa emm... Lembut sangat..." Merona Nadia mendengar pengakuan jujur suaminya.
"See, hubby dah mengaku... Honey...?"
"Emm, honey memang suka tidur peluk hubby... Kalau boleh hari-hari honey nak peluk hubby..." Jujur Nadia sambil menundukkan wajahnya. Jari-jemarinya diramas sendiri.
"Hahaha... Finally, honey mengaku juga. But, it's ok. Yang penting sekarang ni, honey kena jaga kesihatan honey... Kena makan makanan yang sihat... Bukan untuk honey je... Tapi, untuk baby jugak, kan?" Nadia mengangguk seraya melebarkan senyumannya.
"Dah, jom kita makan. Kesian ibu. Penat-penat masak untuk kita. Kita makan, ya...?"
"Err, hubby takde rasa nak muntah lagi?"
"Emm, takde pulak... Ah, just forget it... Hubby dah lapar... Tunggu next month, nanti kita double check dan scan sekali..."
"Thank you hubby..."
"Don't mention. Hubby love you, so much..."
"Honey love hubby too..." Juadah yang dihantar Arul, dijamah dengan penuh selera.
**************************
Senyum lebar terukir di wajah keduanya sesudah membuat pemeriksaan kandungan Nadia. Rumah ibu dituju.
"Assalammualaikum... Ibu... Babah...?"
"Waalaikumussalam... Masuk kakak, Ril..." Nadia dan Chyril menyalami ibu sebelum melabuhkan punggung di sofa.
"Emm... Kakak dengan Ril dari mana ni? Asyik tersengeh-sengeh... Tahulah tengah bahagia sekarang ni..."
"Dari klinik, bu..."
"Siapa yang sakit...? Kakak ke Chyril..." Suara babah tiba-tiba kedengaran.
"Nadia, babah..."
"Hah? Kakak, kenapa? Kakak tak sihat kenapa? Cakap ngan ibu... Kakak sakit apa?" Ibu pulak...
"Ibu, babah... Kakak tak sakit apa-apa... Tapi... Kakak... Disahkan mengandung..."
"Alhamdulillah... Alhamdulillah... Tahniah sayang..." Ibu terus memeluk tubuh Nadia yang sedikit nampak berisi.
"Patutlah asyik tersengeh-sengeh je mummy daddy ni... Nak dapat orang baru, rupanya... Ibu bersyukur sangat..."
"Tapi, berita yang paling kakak teruja sangat ialah..."
"Ialah apa...? Cuba cakap betul-betul... Suka sangat nak buat ibu tertanya-tanya..."
"Hihihi... Sorry ibu... Kakak disahkan mengandung kembar..."
"Alhamdulillah... Tak sia-sia ibu suruh sikembar belikan pregnancy test untuk kakak... Allah... Alhamdulillah..."
"Alhamdulillah... Betulkan apa yang babah cakap dulu... Allah akan balas dua kali ganda kegembiraan buat kakak... Dan Alhamdulillah... Doa babah dah termakbul..."
"Terima kasih babah... Terima kasih ibu... Ril hargai segala jasa baik ibu dan babah..." Chyril sebak... Haishlah daddy ni...
"Hei... Kenapa emosi sangat ni, Ril... Ini semua rezeki dari Allah..."
"Ril memang macam ni babah... Sejak kakak mengandung ni... Dia selalu terlebih emosi... Kesian daddy ni..." Seraya itu lengan Chyril dirangkul...
"Biasalah tu... Kalau tak isteri yang dapat sicknessnya, si suami pulak..."
"Tapi, elok juga si suami rasa sickness ibu mengandung... Baru dia tahu macamana susahnya si isteri mengandungkan zuriat mereka..."
"Betul... Babah setuju... Itupun dikira rezeki juga tu Ril dapat rasa sickness orang mengandung ni."
"Betul, babah... Ril setuju sangat."
"Sudahlah tu... Mari makan. Ibu dah masakkan favourite Ril... Asam pedas ikan susu ngan ngan pari bakar..."
"Ya Allah, ibu.. Sedapnya... Kecur air liur kakak..."
"Ril pun... Terima kasih bu... Tak sabar nak makan... Jom, kita makan dulu... Ril terus rasa lapar dengar ibu cakap pasal asam pedas ngan ikan bakar... Ya, Allah... Meleleh air liur Ril rasa..."
Ibu dan babah tersenyum lebar melihat anak menantunya mampu mengecapi kebahagian sehingga kini. Yang paling penting, menantu mata biru ibu dah selalu berborak guna bahasa melayu... Kalau tak, ibu pun pening nak menjawab segala persoalan yang diajukan Chyril... Slang British kot... Berbelit lidah ibu nak menjawab...
Doa yang berterusan dipohon dari Yang Maha Esa agar anak-anak menantu mereka terus bahagia hingga ke jannah.
************************
Kandungan Nadia sudahpun menjangkau 8 bulan. Dan sepanjang waktu ini, Nadia diarahkan duduk di rumah ibu memandangkan ibu boleh memantau Nadia. Perut Nadia yang sememangnya besar, sedikit memenatkan dan menyukarkan pergerakkan Nadia.
"Kakak... Ok tak ni...?" Soal ibu. Nadia kelihatan struggle membawa perutnya...
"Entahlah bu... Rasa macam tak selesa sebenarnya..."
"Tak selesa macamana...? Ada rasa nak meneran ke...? Kakak ada lagi sebulan tau..."
"Sebulan tu betul bu... Tapi, doktor cakap kalau rasa tak selesa, sakit kat pangkal rahim ke, doktor suruh terus ke hospital..."
"Oh, ya ke? Habis ni... Kakak rasa sakit ke kat pangkal rahim tu...?"
"Sakit bu... Tu yang rasa tak selesa tu..."
"Allahuakhbar, budak ni... Sekejap, ibu telefon Chyril suruh balik..."
"Takyah bu... Kejap lagi Ril balik... Dia dah on the way tu..."
"Assalammualaikum..."
"Waalaikumussalam... Hah, panjang umur kamu, Ril..."
"Baby... Are you ok...?"
"Hubby... I'm not comfortable... Lagipun, kat pangkal rahim honey, sakit sangat..."
"Ok... Come... Kita terus pergi hospital... Hubby dah call Dr Faesah... She's waiting for you..."
"Ok... Err, hubby..."
"Don't worry... Barang-barang honey dan babies, hubby dah letak kat dalam kereta..."
"Thank you, hubby..."
"Don't mention... Jom... Careful, baby..." Chyril mengiringi Nadia masuk ke dalam kereta sementara ibu menemani mereka sehingga ke kereta.
"Ibu, minta ampun... Halalkan makan minum kakak selama ini..."
"Kakak, kakak takde dosa kat ibu... In shaa Allah, ibu doakan kakak dan babies selamat..."
"Terima kasih bu..."
"Kami pergi dulu, ya bu...?"
"Baiklah.. Hati-hati Chyril, kakak... Nanti ibu datang dengan babah..." Chyril mengangguk...
Setibanya di bahagian kecemasan, Chyril terus mencempung isterinya lalu Nadia diletakkan berhati-hati di atas strecher... Memang seperti yang dijanjikan, Dr Faesah sedia menanti bersama kakitangan haospital. Nadia ditolak ke labour room, sementara Chyril meletakkan kenderaannya di lot parking kereta.
Berlari Chyril mendapatkan Nadia yang sedang menahan kesakitan...
"Hubby... Ampunkan honey... Halalkan makan dan minum honey... Honey sayang hubby dunia akhirat..." Air mata Nadia mengalir... Antara kesakitan atau ketakutan yang menyelubungi dadanya saat ini.
Chyril mengusap air mata yang mengalir di pipi mulus Nadia... "Honey takde apa-apa dosa dengan hubby... Hubby sayangkan honey... I do love you dunia akhirat..." Dahi Nadia dikucup perlahan.
"Ok, Chyril, Nadia... The babies are coming. Count of 3, Nadia push ya..." Ujar Dr Faesah. Chyril dah berjanji akan menemani Nadia setiap kali Nadia melahirkan zuriat mereka. Genggaman tangan Nadia bagaikan mencengkam tangannya. Namun dibuang jauh perasaan sakit itu... Yang penting, Nadia dapat mengurangkan rasa sakit ketika kontraksi.
"Ok, Nadia... Take a deep breath... 1, 2, 3... Push... Push Nadia..."
"Errgghh.... Arrgghh....!" Dalam hati tak pernah berhenti berzikir dan mengucap...
"Uwerk... Uwerk..." Tangisan bayi pertama kedengaran... Bayi pertama disambut Doktor Faesah sebelum diserahkan pada jururawat yang bertugas.
"Second baby... Take a deep breath... 1, 2, 3... Nadia, push... Push Nadia...!"
"Ergh... Argh...!"
"Uwerk... Uwerk..." Tangisan bayi kedua bergema di dalam labour room. Nadia keletihan. Tenaganya benar-benar hilang... Berombak dada mencari nafas.
"Alhamdulillah... Congrats Nadia... Chyril... Nurse, babies please..." Jururawat bertugas membawa kedua-dua anak kembar Chyril dan Nadia ke pangkuan mereka. Bayi yang baru dilahirkan akan diletakkan di dada ibunya...
Bertalu-talu ciuman Nadia dan Chyril dipipi kemerahan sikembar. Dengan mengadap kiblat, Chyril mula mengazankan dan mengiqamatkan bayi kembar mereka. Air mata Chyril dan Nadia mengalir. Kebahagian hakiki yang mereka dambakan selama ini.
Bayi kembar mereka diserahkan semula pada jururawat yang bertugas untuk dibersihkan.
Air mata kegembiraan mengalir di pipi Nadia dan Chyril. Jelas kelihatan riak wajah Nadia yang amat letih selepas berhempas pulas melahirkan si kembar... Dahi Nadia dikucup lama.
"Alhamdulillah... Thank you so much baby... Thank you... I love you. Hubby love you so much..." Nadia mengusap air mata suaminya yang tanpa segan silu mengalir di hadapan Dr Faesah.
"Chyril... Sekejap lagi, kita tolak Nadia ke wad ya... Together dengan babies..."
"Thanks Doktor..."
"Hubby... Honey nak lelapkan mata sekejap boleh... Honey rasa letih sangat..."
"Sure baby..." Chyril masih setia menemani isterinya walau ke mana jua. Terbit rasa kasihan melihat kesusahan isterinya mengandung dan melahirkan anak-anak mereka.
*************************
Hampir dua jam, Nadia melelapkan matanya. Sehingga tidak sedar dirinya kini berada di dalam wad VIP yang ditempah khas oleh Chyril khas buat isterinya yang tercinta.
"Hai mummy..."
"Hai daddy..."
"They're waiting for you, honey... They're hungry..." Seloroh Chyril sambil memangku salah seorang bayi kembar mereka.
"Sorry, hubby... Honey rasa letih sangat... Sorry babies... Mummy a little bit tired. Come... Let mummy feed you." Chyril menyerahkan bayi kembar yang berada dalam dakapannya pada Nadia...
"Baby, ok ke? Boleh ke nak susukan kedua-duanya secara serentak...?"
"I don't think so... Honey memang tak larat. Lagipun, anak-anak hubby quite big, kan... Semangat sangat... Emm... Sayang mummy..." Diciumnya pipi kemerahan itu bertalu-talu sehingga mengganggu tidur si kecil.
"Takpelah... Nak buat macamana... Dah daddy sado, kan? So, do you think we need susu formula?"
"Honey tak sure... Nanti, honey tanyakan pada Dr Faesah."
"Emm, ok..." Nadia lantas memusingkan tubuhnya ke kiri sedikit untuk menyusukan anaknya. Malu dilihat suaminya. Tertelan air liur Chyril melihat dada gebu isterinya... Terteleng-teleng kepala Chyril melihat si kecil menyusu.
"Hubby..."
"What...? Hubby nak tengok je... Macamana baby menyusu..."
"Yelah tu..." Nadia menjeling suaminya. Macam tak tahu perangai lakinya macamana.
"Ok, done... Dah tidur pun... Hubby..." Chyril menyambut si kecil yang sudahpun terlena selepas menyusu. Diletakkan bayi itu di baby cot sebelum mengambil seorang lagi dan diserahkan pada Nadia...
"Hai, baby... Sayang mummy..." Digomol pipi kemerahan itu sehingga mengganggu si kecil yang sedari tadi terlena.
"Uwerk..."
"Ok, ok... Mummy is here... Come... Mummy susukan dulu, ya... Lepas ni boleh tidur..." Sekali lagi Chyril menelan air liurnya melihat dada gebu Nadia yang satu lagi... Jelas kelihatan halkumnya bergerak. Nadia tergeleng-geleng melihat gelagat suaminya.
"Hubby... Nah..." Bayi tadi disambut sebelum diletakkan di baby cot yang sama.
"Time to sleep babies... Sleep well..." Ciuman diberikan di pipi si kembar.
"Emm... Alhamdulillah... Thank you baby... Hubby dah tak tahu nak cakap macamana... I'm too happy..."
"Alhamdulillah... Rezeki kitakan hubby... Kita kehilangan Muhammad Caden Connor... Allah bagi kita dua sebagai ganti..."
"Betul honey... Hubby bersyukur sangat..."
"Err, hubby... Nama babies..."
"Emm... Actually hubby dah pilih, but I need your approval..."
"Hubby, ini bukan dokumen yang perlukan tandatangan dan approval dari honey..." Tergelak kecil Chyril...
"Ok... Sekejap... Kita ada sepasang kembar, which is seorang lelaki dan seorang perempuan... And Hubby dah cari banyak... But I love this both name..."
Since, cuaca sangat cantik hari ni, sis update awal sikit... Enjoy reading.
Share this novel