" Tiyah!!!!!! Sini..Sini .. " Zara melambai-lambaikan tangannya memanggil Fathiyah. Fathiyah menoleh ke arah suara itu, lalu kakinya laju mengatur langkah ke tepi padang.
" Zara..puas aku cari kau merata tempat tahu. Rupa-rupanya ada dekat sini. Buat apa dekat sini? hurmm.. kau sekodeng ehhh " tebak Tiyah sekadar bergurau.
Zara mengerutkan dahinya.
" Pandailah kau sekodeng..tak main lah..aku bukan macam kau ushar nun abang jauh di tengah padang tu.."
" Hahaha.. kenapa pipi merah tu? Malu ke?" Zara mengusik lagi sambil bahunya disenggolkan pada bahu Fathiyah.
" Eeiiii..jahatnya kau Zara. Menci lah camni." Fathiyah cuba melarikan pandangan matanya daripada merenung anak bujang orang.
" Tiyahh " Zara memanggil.
" Apa? " balas Fathiyah spontan.
" Aku tanya kau jangan marah tau. "
" Apa dia? Jap! sejak bila kau pandai minta izin ni? Curious sekejap aku. " hehe tersenyum Fathiyah membalas.
" Hishh..serius lah wehhh.. " Zara menjeling tajam.
Fathiyah tergelak lucu memandang muka Zara. " Ye..ye..ye.. maaflah.. gurau pun tak boleh. Cepatlah tanya apa dia? "
" Kau masih sukakan pakcik aku ke? " tanya Zara dengan jujur.
Fathiyah mengangguk sambil tersenyum. Kepala ditunduk memandang ke tanah, tangan kanan diletakkan di dada lalu berkata " selamanya dia yang ada di sini. " Jari telunjuk terarah ke hatinya.
" Perghhhh!!! jiwang oii kawan aku ni.. hahaha.. tidak aku sangka si pendiam ini rupa-rupanya ada taman lah dalam hati dia.. eceh ecehhh.. " Zara berceloteh mengusik Fathiyah lagi.
Mereka berdua tertawa melayan perangai masing-masing.
Tanpa mereka sedar ada mata yang sedang memerhatikan gerak-geri mereka dari jauh.
Share this novel