"Sena, kenapa kau berlarian." tegur seorang pria tampan yang baru saja tiba dan mendapati sang anak sedang bermain.
Mendengar suara yang begitu di rindukan oleh nya, seketika wajah murung nya tampak berbinar, ia pun mencari asal suara tersebut, setelah mendapati sosok tersebut, anak perempuan kecil itu pun merentangkan tangan.
Haapp...
"Ayah, kapan Ayah kesini? kemana saja Ayah selama tiga hari? apa Ayah juga membenci kami, seperti Mommy yang selalu membenci kami, sehingga Ayah tidak pernah menemui kami lagi?" cecar sang anak dengan lirih nya saat sudah masuk ke dalam dekapan pria tampan itu.
Deg,
Mendengar penuturan sang anak, tubuh Gio menegang, ia meruntuki diri nya karena tidak sempat menyapa anak-anak itu hingga mereka dapat menyimpulkan seperti itu, hati nya terasa sesak saat melihat kesedihan di manik biru sang anak.
"Maafkan Ayah, sayang. Ayah tidak bermaksud menghindari kalian, hanya saja Ayah begitu banyak pekerjaan akhir-akhir ini hingga Ayah tak sempat menghampiri kalian, jangan pernah berpikir seperti itu, bagi Ayah Sera maupun Sean adalah berlian yang begitu berarti di kehidupan Ayah, Mommy dan juga Kakek. Dan untuk Mommy kalian, ia tidak membenci kalian kok, Ayah mohon bersabarlah sedikit, Ayah yakin suatu saat nanti keinginan atau harapan kalian akan segera terwujud, kalian bisa bermain dan bercanda bersama Mommy kalian." jelas nya sembari melabuhkan beberapa kecupan ke wajah sang anak.
"Di mana Sean?" tanya nya saat tak mendapati anak lelaki nya.
"Sean ada di dalam bersama Uncle Fa." balas nya sembari menunjuk ke arah dalam villa.
"Mau ikut Ayah nggak, di sini ada tempat yang begitu indah, dan Ayah ingin menunjukkan tempat indah itu kepada kalian berdua. Panggil Sean, kita akan bersenang senang bertiga, hari ini Ayah akan menghabiskan waktu Ayah bersama kalian." ajak Gio untuk mengalihkan pemikiran sang anak.
"Oke, Ayah tunggu di sini, jangan kemana-mana Sena panggil Sean dulu." balas nya dengan penuh kegembiraan.
"Oke!" ucap Gio melepas dekapan pada anak perempuan itu.
Di lain tempat seorang wanita cantik baru saja selesai menyiapkan berkas untuk pertemuan yang telah di sepakati, tepat pukul sembilan wanita itu meninggalkan rumah dan mengemudikan mobil nya menuju tempat pertemuan yang berada di luar kota yang mengharuskan ia pergi pada waktu dua jam sebelum pertemuan, dari kota yang ia tinggali ia harus menempuh perjalan kurang lebih hampir dua jam lama nya, karena perusahan yang di kelola oleh nya berada tepat di kota S di mana perusahan nya berada dan menjadi tempat pertemuan bersama calon rekan bisnis nya.
Sepanjang jalan ia tersenyum ketika melihat rekaman yang di kirimkan oleh sang kakak, di mana kedua anak nya sedang bermain dengan penuh kegembiraan, ia bersyukur karena Tuhan mengirimkan orang-orang baik seperti Ayah, Kakak dan juga ketiga sahabat nya yang selalu ada saat ia bahagia atau pun terpuruk sekalipun.
'Maafkan aku, Nay. Kelak jika terjadi sesuatu aku harap kalian semua akan selalu mendampingi Sean maupun Sena.' gumam nya seketika bulir air mata nya mulai meluncur menghiasi wajah cantik nya.
Berpura pura tegar dan tak tersentuh hanyalah topeng untuk menutupi segala kerisauan hati nya yang begitu lemah dan rapuh, ada kekosongan yang menggerogoti hati dan pikiran nya, ia terlalu takut untuk terbuka dan jujur mengenai apa yang mengganggu pikiran nya hingga dengan segala ketakutan itu ia memilih di benci oleh kedua anak nya.
Sebuah alasan yang tidak dapat ia jelaskan kepada siapapun, ia terlalu takut untuk menarik orang-orang terdekat nya masuk ke dalam inti masalah yang ia hadapi.
Tak peduli jika orang menjudge diri nya sebagai seorang Ibu berhati iblis atau tak bertanggung jawab, cecaran dan hinaan akan ia terima dengan lapang dada, ia berharap kelak jika Tuhan masih mengijinkan diri nya hidup, ia akan menebus segala yang ia perbuat terhadap orang-orang terdekat nya terlebih kepada kedua anak nya, kasih sayang yang hilang akan ia tebus semua nya.
Kembali ke Villa Gio, kini semua anggota keluarga sedang duduk berbincang di gazebo, tampak Gio sedang bercengkrama dengan para sahabat sang adik bersama sang Ayah. Namun tiba-tiba fokus mereka teralihkan saat melihat kedua anak kecil yang duduk tak jauh dari mereka sedang berdebat, tak ingin terjadi perkelahian antara kedua kakak beradik itu mereka pun beranjak dan menghampiri kedua anak itu.
Gio menarik tubuh Sean yang tampak muram dan memerah seperti menahan marah, sedangkan Nay menarik tubuh Sena yang tampak tersedu-sedu dengan isak tangis nya.
"Hey, ada apa? kenapa kalian berdebat?" tanya Gio lembut sembari menatap Sena dan Sean bergantian.
Kedua anak itu tampak menunduk takut, tak satu pun dari mereka menjawab pertanyaan Gio.
"Ya sudah jika di antara kalian tidak ada yang ingin menjelaskan maka janji Ayah untuk mengajak kalian keluar Negeri Ayah batalkan saja." goda Gio dengan suara lembut.
Karena takut jika sang Ayah sedih dan kecewa, Sean pun mulai berbicara, ia takut jika sang Ayah mengetahui apa permasalahan di antara dirinya dan Sena, mungkin ada banyak hati yang tersakiti, ingin sekali anak itu menanyakan perihal mengenai siapa sosok Ayah kandung mereka, namun mengingat setiap ucapan di sepanjang malam sang Mommy Sean pun urung menanyakan itu.
"Sena mengatakan aku pria bodoh dan pelit, aku marah dan membentak nya!" cicit Sean dengan suara pelan, dan ucapan Sean membuat Sena melotot namun melihat isyarat mata Sean, Sena pun mengerti dan mengikuti permainan Sean, ia akan menanyakan perihal ini kepada Sean nanti saat mereka di kamar.
"Aku hanya mengatakan itu dan kau, sudah seperti kebakaran jenggot, aku tidak suka di bentak, aku tidak mau bermain lagi bersama mu dan tidak akan membantu mu lagi menyelesaikan rancangan robot mu, bikin kesal saja!" gerutu Sena dengan melipat kedua tangan nya di dada.
"Ya sudah, jika kamu nggak mau bantu, aku juga nggak bakalan bantu kamu memecahkan kode-kode rahasia itu, kita impas bukan?" Sean memutar bola mata nya malas, kerap sekali Sena mengancam nya saat mereka beradu mulut dan diri nya selalu saja mengalah, namun mengingat Sena juga membutuhkan bantuan nya Sean pun tak tinggal diam.
"Nggak boleh, kamu sudah janji membantu ku untuk memecahkan kode numerik itu, jika tidak ak-"
"Ya sudah, aku minta maaf, tapi kamu juga harus janji untuk secepat nya menyelesaikan rancangan ku dan aku pun akan segera memecahkan kode numerik itu." potong Sean saat tau jika Sena sedang mengancam nya.
Kelima orang dewasa itu tak menyela perdebatan kedua bocah itu, mereka hanya menyimak saja perdebatan kecil di antara mereka, hingga beberapa saat kemudian Sena menarik Sean dan membawa sang adik menuju kamar nya.
'Kil, kedua anak mu sungguh perpaduan antara kamu dan Khenet. Sena mewarisi keras kepala kamu dan Sean memiliki sifat dingin dan cuek seperti pria itu' ucap Baron dalam hati.
Share this novel