Tanpa mereka ketahui dan sadari, ada dua sosok kecil yang bersembunyi di balik tembok, pembicaraan mereka tak sedikit pun terlewat kan di pendengaran mereka, manik mata kebiruan Sera berembun, ia begitu sedih mendengar penolakan Azki yang berulang kali, ini bukan kali pertama nya Sera mendengar perdebatan antara Ayah dan juga Mommy nya.
"Sera, jangan bersedih! kita berdua bukan orang bodoh, kamu seharusnya tidak terpengaruh dengan ucapan Mommy, bukan? kita berdua juga sering memergoki Mommy yang menangisi pigura kecil kita, aku yakin Mommy memiliki alasan tersendiri mengenai sikap nya ke kita, okey! tersenyum lah, kau terlihat jelek jika sedang menangis." ucapan Sean bagaikan sebuah mantra, Sera yang sejak tadi diam dan terus menangis seketika ceria kembali.
"Maafkan aku Sean, aku tau Mommy menyayangi kita, aku hanya ingin Mommy memeluk dan memberikan kita kecupan barang sekali saja." seru Sera lagi dengan lirih nya.
"Aku juga Sera, tapi sudah lah. Itu tidak mungkin terjadi, berdekatan dengan kita saja Mommy nggak mau, apalagi sebuah pelukan atau pun kecupan." timpal Sean dengan sebuah harapan besar akan kelembutan Azki.
Kini perbincangan kedua anak kecil itu tak sengaja di dengar oleh Baron, hati Baron bagai di tusuk beribu belati, ia kecewa dengan Azki, sikap wanita itu tak sedikit pun melembut terhadap Sera dan Sean, entah hati Azki terbuat dari apa sehingga ia tega menorehkan luka kepada kedua bocah kecil itu. Baron pun beranjak dari sana, ia berpura pura tidak melihat kedua bocah itu, ia berniat mengajak kedua bocah itu untuk berpergian.
"Uncle!" teriak Sean saat melihat keberadaan Baron.
"Mau kah jalan-jalan?" tanya Baron, ia ingin mengalihkan pikiran kedua bocah itu agar tidak bersedih.
"Emang uncle Ba, mau ngajak kita kemana? jangan bilang jika uncle Ba bakalan ajak kita bermain lagi di wahana permainan anak-anak yang kemarin kita datangi. Sera dan Sean bukan anak kecil lagi uncle Ba, okey!" tolak Sera.
"Siapa bilang, Uncle Ba bakalan ajak kalian ke suatu tempat yang sangat indah, kita juga akan bermalam di sana bersama Aunty Na dan Uncle Fa. Bagaimana? apa kalian masih mau menolak ajakan Uncle?" tawar Baron dengan senyum mengembang.
Mendengar tawaran Baron, seketika manik mata kedua bocah itu tampak berbinar, Sena yang gemar traveling itu pun segera mengangguk kan kepala, tapi beda hal nya dengan Sean, anak laki-laki itu tampak tak bersemangat, ia memilih diam, entah apa yang di pikirkan anak laki-laki tersebut.
Baron dapat menangkap keengganan dari Sean, ia tau apa yang sedang mengganggu pikiran anak itu, Sera yang begitu bersemangat pun segera berlari menuju kamar nya, perlahan Baron mengalihkan pandangan nya ke arah Sean.
"Uncle tau apa yang sedang kamu pikirkan Boy, Uncle yakin, kamu dan juga Sena pasti bisa meluluhkan hati Mommy kalian, semua hanya menunggu proses nya saja sayang. Tersenyum lah, tunjukkan pada semua orang terlebih pada Sena jika kamu adalah anak laki-laki yang kuat dan tangguh, jangan menjadi lemah karena Mommy kalian tidak suka dengan sebuah kelemahan." ucap Baron menguatkan hati Sean yang terlihat begitu rapuh dan hampir putus asa.
"Apa Uncle tidak bisa membujuk Mommy untuk ikut bersama kita?" dengan polos nya anak itu bertanya.
"Uncle akan mencoba membujuk Mommy kalian, bersiap lah, uncle akan menunggu kalian di depan, okey!" meski tak yakin bisa membujuk Azki, Baron tetap akan berusaha mengabulkan harapan kedua bocah itu.
"Terima kasih uncle, ya sudah Sean ke kamar dulu." pamit nya dan berlalu pergi meninggalkan Baron yang masih menatap kepergian nya.
'Aku yakin ada yang kau sembunyikan Azki, kau tidak mungkin melakukan ini semua hanya karena trauma kamu dengan sebuah ikatan.' gumam Baron dan kali ini pandangan nya mengarah ke sebuah CCTV yang ia yakini jika wanita itu sedang memperhatikan mereka sejak tadi.
Ya, di setiap sudut rumah itu di pasangi CCTV atas permintaan Azki yang entah apa maksud wanita itu menaruh banyak nya CCTV di setiap area tersembunyi.
'Maafkan Mommy, Nak. Mommy yakin kelak kalian akan mengerti dengan semua yang Mommy lakukan ke kalian, jangan benci Mommy, karena cinta dan sayang Mommy hanya untuk kalian berdua.' gumam Azki dengan lirih nya, sebuah kecupan terus saja ia berikan pada sebuah bingkai foto.
7 Tahun telah berlalu, seiring berjalan nya waktu, Khenet akhir nya bangkit dari keterpurukan nya, segala usaha dan upaya ia lakukan demi menemukan jejak Azki, namun tak sekalipun ia menemukan informasi mengenai keberadaan wanita itu, dengan dorongan sang Ayah, Khenet pun perlahan bangun dan mulai mengembangkan perusahaan nya lagi, kini pria dengan garis wajah mendominasi itu sedang menghadiri konferensi pers, ia di dampingi oleh Satria dan juga Elang selaku asisten baru nya.
"Lang, agenda ku besok bertemu dengan orang dari SERAS Corp kan? tolong ganti kan saya menemui mereka!" seru Khenet sesaat setelah mereka bertiga duduk di dalam mobil.
"Maaf Sir, tapi besok saya akan mengantar Ibu saya kembali ke kota, oleh karena itu saya minta ijin beberapa jam saja."
Khenet terdiam, alasan Elang tidak dapat di tolak oleh nya, meski Elang baru 5tahun bergabung dengan nya, ia cukup mengenal Elang dan keluarga nya, ia pun akhir nya mengangguk.
"Baiklah. Tapi aku belum mempelajari hal terkait perusahan yang akan menjalani kerja sama itu."
"Pimpinan perusahan itu seorang wanita berusia 28 tahun, wanita itu cukup cantik tapi sayang sifat dingin dan keangkuhan nya sangat mendominasi." jelas Elang tanpa mengalihkan pandangan nya dari kemudi.
Mendengar penuturan Elang, Satria terbahak bahak.
"Lang, untuk apa mendeskripsikan seperti itu mengenai CEO SERAS, kau seperti sedang menjelaskan wanita yang akan di kencani oleh CEO kita." celetuk Satria tanpa dosa.
Mendengar penuturan sang asisten, Khenet melotot tajam.
"Apa kerjaan kamu hanya mencari identitas partner kerja kita?" sentak Khenet dengan kesal terlebih mendengar sindiran Satria mood nya kian memburuk.
"Tidak Sir, saya hanya menjelaskan secara garis besar bagaimana karakter rekan bisnis yang akan anda temui besok."
"Pukul berapa saya harus menemui mereka?" tanya Khenet saat melihat Satria yang hendak berucap.
"Saya belum mendapatkan informasi mengenai pukul berapa pertemuan itu akan di laksanakan, karena dari pihak SERAS yang akan menghubungi saya untuk mengkonfirmasi semua nya." jelas Elang lagi.
Setelah obrolan itu, suasana di dalam mobil pun menjadi hening seketika, ketiga nya sibuk dengan pemikiran masing-masing.
Hampir setengah jam menempuh perjalanan, keheningan itu pun berangsur riuh saat dering ponsel Elang berbunyi, di mana tertera sebuah nama bertuliskan CEO SERAS.
"Selamat siang, Nyonya Seras."
"Selamat siang, Tuan. Apakah pertemuan di antara perusahan kita jadi di adakan?"
Elang menyalakan speaker hingga Khenet maupun Satria bisa mendengar suara tegas wanita yang beberapa saat lalu mereka bicarakan.
"Tentu saja Nyonya. Pimpinan perusahan kami sendirilah yang akan menemui anda."
"Baiklah, pukul sebelas di tempat yang telah kita sepakati sebelumnya. Saya tidak mentolerir keterlambatan apapun alasan nya!"
Satria menahan tawa nya, ini kali pertamanya ada seorang wanita yang berani meragukan kedisiplinan seorang Khenet.
'Kau wanita kedua yang berani meragukan Khenet setelah Azkila.' membatin Satria.
Mendengar ucapan wanita itu, Khenet melotot tak percaya, dengan kasar ia meraih ponsel tersebut dari genggaman Elang.
"Anda tak perlu meragukan kedisiplinan waktu saya Nyonya, karena sedetik waktu saya bisa menghasilkan jutaan dollar." ucap Khenet dengan suara meninggi menahan marah.
"Maaf Tuan, saya hanya ingin memberitahu kepada pihak anda agar datang tepat waktu, bukan untuk mendengarkan kemarahan anda atas ucapan saya! selamat siang!"
Dengan perasaan kesal wanita itu memutuskan sambungan telpon tersebut secara sepihak, dan semua itu berhasil membuat darah Khenet mendidih.
"Siapa nama wanita itu?"
Share this novel