"Sudah aku katakan kepada kalian untuk memberikan kedua bayi itu kepada Ayah nya saja, tapi kalian ngotot tidak akan memberitahukan apapun kepada pria itu, jadi jangan salah aku jika aku tetap bersikap dingin kepada kedua anak itu!" teriak Azki dengan nafas memburu, ia marah mengingat penolakan keras akan keinginan nya untuk menjauhkan anak itu dari lingkup kehidupan nya.
"Hentikan keegoisan kamu! kakak tak menyangka jika kamu sekeji itu dengan menolak kenyataan mengenai Sena dan Sean sebagai darah daging mu! keputusan kakak udah bulat, kamu harus menikah dengan Stevano dan kakak tidak mau penolakan apapun dari kamu!" balas Giorgio dengan rahang mengeras, ia marah dengan sikap Azki yang terus menerus menolak kehadiran kedua anak kembar nya.
"Terserah kakak, tapi satu yang perlu kakak ingat, SAMPAI KAPAN PUN AKU TIDAK AKAN MENGAKUI KEDUA ANAK HARAM ITU!" balas nya dengan penuh penekanan.
Setelah mengatakan ultimatum itu, Azki berlalu pergi dari mansion sang kakak yang menjadi tempat tinggal mereka yang sekarang.
FLASHBACK ON
Setelah Azki melewati masa kritis dan kembali bangun dari tidur panjang nya, kini ia di pindahkan ke ruang pasien VVIP, di ruangan itu sudah berkumpul Ayah dan para sahabat nya, namun tidak dengan Gio, pria itu memilih menunggu di luar, ia takut menunjukkan diri nya setelah kebohongan nya yang pasti sangat menyakiti sang adik.
Dua orang perawat berjalan memasuki ruangan tersebut dengan menggendong kedua bayi kembar tersebut, Azki yang sejak tadi berbincang bersama kedua sahabat nya kini bungkam ketika melihat dua sosok bayi mungil di dalam dekapan para perawat, sorot mata nya menyiratkan ketidak sukaan nya ketika melihat kehadiran kedua bayi tersebut.
Nayara dan lain nya dapat melihat raut ketidak sukaan itu, namun mereka memilih diam.
"Nyonya, sudah waktu nya anda memberikan asi kepada kedua bayi anda." ucap sang perawat sembari menyodorkan bayi perempuan ke arah Azki.
"Taruh di box saja sus, entar saya susui mereka!" tolak Azki tanpa ekspresi.
"Baiklah Nyonya." balas sang perawat dan berangsur berjalan menuju box bayi, setelah mengatur posisi tidur kedua bayi tersebut kedua perawat itu pun pamit.
Azki terlihat cuek dan enggan untuk melihat kedua bayi nya, Nay mencoba memendam gemuruh di hati nya, emosi yang sejak tadi di pendam nya kian menyeruak kala tangisan kedua bayi itu terus saja menggema di ruangan itu dan sosok Azki tampak tak peduli, sungguh ingin rasa nya Nayara mencekik Azki saat ini.
Murat yang melihat sorot mata tajam Nayara dan kepalan tangan gadis itu pun menghembuskan nafas nya dengan keras.
"Nak, beri mereka asi, mereka pasti haus." bujuk Murat dengan suara melembut, ia mencoba menahan amarah ketika melihat sikap Azki yang tidak peduli dengan kedua cucu nya.
"Ayah, kita udah pernah bahas ini, bukan! berhentilah meminta Kila untuk menyayangi kedua anak itu!" tolak Azki dengan penuh kekecewaan ketika sang Ayah memaksa nya.
"Sungguh ibu yang aneh, kau begitu membenci kedua bayi itu tapi kenapa kau rela di tiduri oleh pria asing itu! sehingga bayi tak berdosa seperti mereka menerima perlakuan kejam mu itu! " bentak Nayara dengan suara menggelegar, amarah yang sudah membara itu pun akhir nya pecah.
Azki diam, sungguh ia tidak tau apa yang terjadi dengan hati nya, ia bukan tidak bisa menerima kehadiran kedua bayi kembar nya, ketidak inginan Azki bukan tanpa alasan, ada sesuatu hal yang tidak di ketahui oleh siapapun, ia belum siap membagi ketakutan nya kepada sahabat atau pun sang Ayah. Ia lebih memilih memendam semua rasa yang berkecamuk di hati nya, ada rasa bahagia ketika tau diri nya melahirkan dua malaikat kecil, namun jauh dari kebahagian nya ada ketakutan yang besar yang coba ia pendam.
"Del, bawa kedua bayi itu keluar! aku ingin istirahat!" pinta nya dengan datar dan meraih selimut untuk menutupi seluruh tubuh nya.
Tanpa mereka sadari di balik pintu ada seseorang yang sejak tadi mengepal kan tangan nya, kemarahan tampak di wajah pria tampan itu, ia kecewa dengan sikap sang adik, tapi kali ini ia tidak akan membiarkan semua nya lebih runyam dengan satu sentakan ia mendobrak pintu ruangan tersebut.
Brrakkk
Dentuman pintu yang begitu keras mengejutkan semua orang yang ada di dalam ruangan tersebut, Azki yang terkejut pun mengibas selimut tersebut, mata nya melotot dengan mulut menganga kaget, ia menelisik sosok di depan pintu, sudut bibir nya terangkat, pandangan nya pun beralih ke arah sang Ayah, ia mencoba mencari sesuatu tapi tidak di temukan, ia tertawa layak nya orang gila.
Hahaha
"Kalian sungguh pembohong andal!" desis nya tajam.
"Keluar!" teriak Azki dengan suara meninggi, ia tidak ingin mendengarkan apapun saat ini.
Gio tau akan reaksi sang adik ketika melihat kedatangan nya, namun semua itu ia kesampingkan dulu mengingat kedua bayi itu belum mendapatkan asi dari Azki.
"Beri mereka asi, jangan membuat kakak mengulangi perkataan kakak, Kila!" titah Gio dengan dingin nya.
"Sampai kapan pun aku tidak akan sudi menyentuh kedua bayi itu!" balas nya tanpa rasa takut.
Gio memberi isyarat mata kepada semua yang ada di ruangan itu, mereka yang mengerti dengan isyarat mata dari Gio pun perlahan keluar dari ruangan itu dan menyisakan Gio, Murat dan Azki.
Gio perlahan melangkah mendekati ranjang Azki, ia mengecup puncak kepala sang adik dengan penuh kasih sayang.
"Maafkan kakak, tapi semua ini kami lakukan semata mata untuk menyelamat kan kamu, mungkin cara kakak dan Ayah sudah menyakiti kamu terlebih dengan memalsukan kematian kakak, tapi kakak mohon jangan hukum kedua anak mu seperti itu, mereka tidak bersalah, ayo berikan mereka asi!" bujuk Gio dengan suara melembut.
Azki memilih menutup tubuh nya dengan selimut, ia tidak ingin mendengar penjelasan apapun dari Gio, terlebih ia masih syok ketika mengetahui kenyataan jika sang kakak masih hidup.
"Pergi! aku tidak mau mendengar penjelasan apapun dari kakak atau pun Ayah!" usir Azki dengan tubuh bergetar dan itu semua tidak lepas dari penglihatan Murat maupun Gio.
"Ok, kakak beserta Ayah akan keluar, tapi tolong beri mereka asi, kakak tau kau tak mungkin tega membenci darah daging mu sendiri meski mereka terlahir karena kesalahan semalam." ucap Gio lagi sembari beranjak dan menuntun sang Ayah untuk keluar meninggalkan Azki sendiri beserta kedua bayi nya.
Diam-diam Azki menajamkan pendengarannya, setelah memastikan kedua pria yang sangat di sayangi nya benar-benar pergi, Azki pun perlahan turun dari ranjang, beberapa kali ia meringis kesakitan kala merasakan ngilu di bagian perut nya namun ia coba paksakan untuk melangkah, ia melangkah menuju pintu kamar tersebut, ia tak ingin siapapun masuk ke ruangan nya lagi, pintu pun di kunci oleh nya dari dalam.
Sejenak ia melihat sosok dua pria yang baru saja di usir nya duduk tepat di samping kamar pasien nya, seketika ia pun tak dapat membendung rasa bersalah nya karena telah mengecewakan kedua pria itu. Tubuh nya luruh di balik pintu, dingin nya lantai tak membuat ia beranjak dari sana, ia terus menangis.
'Maafkan Kila, Ayah. Kila hanya tidak ingin sesuatu menimpah kalian terlebih Kila tidak ingin kematian mengincar Sena dan Sean, mereka adalah kelemahan Kila. Benci Kila Ayah, karena hanya cara itu yang bisa membuat orang-orang serakah itu menjauhi kalian.' monolog nya dengan ribuan luka tapi menyiratkan sebuah harapan.
Mendengar tangisan kedua bayi nya, Azki pun beranjak dan menimang kedua bayi tersebut, kembali bulir air mata nya jatuh tanpa bisa di bendung lagi, ia mengamati wajah kedua bayi tersebut, jantung nya berdegup kecang saat mengfokuskan tatapan nya kepada anak laki-laki nya, senyum dan kelembutan seorang pria kembali berputar di otak nya, paras pria itu sungguh memikat nya, adegan malam itu kembali menghantui nya, pria itu begitu lembut memperlakukan diri nya, Azki tak dapat memungkiri jika sejak kejadian malam itu, ada sebuah rasa yang mengeruak di relung hati nya.
FLASBACK OFF
Share this novel